26 - Si Paling Belagu

3.4K 352 9
                                    

Writer's Note: Hai, makasih banyak buat 1,8K view, vote, dan commentnya yaa. It means so muchh 😭 Nggak nyangka sih, tulisan yang tadinya cuma gibah ini bisa menghibur kalian yang capek habis kerja, pusing kuliah, dan yang lainnya. Tapi gue cuma pengen share, sih, dan menunjukkan bahkan orang-orang keren di kantor pun kadang kelakuannya gak masuk akal.

Anyway chapter ini bakal banyak teknis, bahasa enggres & sedikit logat Malaysia ya. Terinspirasi dari salah satu klienku yang unik, orang Malaysia.

Semoga tetep semangat ya semuanya! (Pakdhe dan teman2ku di dunia nyata, jangan berhenti gilanya ya biar aku terus bisa selipin kelakuan aneh kalian disini, jiahaha)

***

"You crazy, ah?!"

Bapak-bapak paruh baya, mungkin sekitar 50 sampai 60 tahunan, membanting sebendel kertas dengan keras ke meja. Di ruangan klien saat itu cuma ada tiga orang, gue, Pakdhe, dan si Bapak. Saking kerasnya, gue sampai agak terlompat. Sementara Pakdhe, ya lu tahu lah. Santai aja dia, bahkan mukanya makin sengak menatap orang tua itu.

Bukannya dia yang kemarin bilang, yang sopan kalau sama orang tua? Emang susah kalau nggak sadar diri.

Si Bapak, klien kami ini, bukan orang Indo. Namanya Pak Ah Meng. Kata Pakdhe, dia orang Malaysia yang disuruh jadi perwakilan cabang perusahaan Malaysia di Indonesia. Orangnya tinggi kurus, muka khas keturunan Tionghoa tulen, dengan rambut yang sudah 80% putih. Namanya bapak-bapak, emang labil kata Pakdhe. Kalau kumat dia bisa maki-maki orang.

Pak Ah Meng memakai setelan yang sama sekali nggak kelihatan kalau dia vice president perusahaan - kaos polo putih yang keliatan lusuh, celana panjang belel yang nggak disetrika, dan sendal jepit warung. Bahkan sebelum dikenalin Pakdhe, gue sempet mengira dia pengantar paket. Berbanding terbalik dengan gue dan Pakdhe. Pakdhe seperti biasa tampil rapi dengan kemeja biru tua, celana slim-fit, dan sepatu hitam mahalnya. Gue memakai blus lengan panjang batik, rok span panjang hitam, dan sepatu pantofel murahan.

Orang kaya yang beneran kaya, emang kadang keliatan lebih gembel sih.

"You orang bilang valuasi kita overvalued, 70 miliar, ah? You said i paid for buy anak perusahaan, terlalu mahal 70 miliar?!" ia mulai nyerocos dengan nada tinggi.

"Ya. Bapak harusnya nggak bayar semahal itu." nada Pakdhe sesantai di pantai.

"I already sign the document, Pak, sekarang you bilang kemahalan. Itu semua money, Pak, bukan leaves!" ia masih mengomel, kali ini menggebrak meja. Pakdhe yang diomelin tampak tetap tenang. Ia bahkan masih sempet bersandar di kursi dengan kaki yang dilipat.

Gue kasih tahu sama kalian ya. Kalau kalian jadi gue, kalian akan berpikir orang paling belagu di dunia adalah dia. Tapi yang lebih nyebelin, dia emang pantes belagu karena pinter dan ganteng. Sebel kan lu?

"You should blame your consultant, Pak. Not us. Bapak tanya saya, benar atau tidak pembelian anak perusahaan Bapak, I just saying that the valuation is incorrect." Pakdhe menjawab santai. Dalam hati gue mengagumi logat British Pakdhe yang fasih. Kok bisa sih orang-orang bagus banget bahasa inggrisnya.

"Bapak pasti salah, ah! Tak mungkin m'reka tipu I. You know how much I paid them?!"

"Much bigger than us, 'kan?"

"Right."

Pakdhe memajukan badannya, lalu melipat tangannya diatas meja. Wajahnya berubah serius. "Listen, I don't care berapa Bapak bayar mereka. I will not accept that valuation. I will tell you, mereka mungkin tak tipu Bapak, but I tell you that was incorrect. Harga Perusahaan yang ditawarkan ke Bapak, terlalu mahal dibandingkan nilai sebenarnya."

Pakdhe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang