Judul itu adalah pertanyaan gue, keluar gitu aja dari mulut waktu ngeliat bos gue keesokan harinya.
"Heeeh?"
Pakdhe yang baru dateng, baru naruh tas di dalam ruangan, menatap gue yang berdiri di depan ruangannya dengan tatapan heran. Ini beneran, pagi-pagi jam delapan gue udah ngantor gara-gara gue nggak bisa tidur semaleman. Tentu saja kantor masih sepi, cuma ada OB yang masih beberes.
Dan gue tahu hari ini Pakdhe bakal dateng lebih pagi karena jam sepuluh ada meeting. Gue langsung nongkrong di depan ruangan Pakdhe ketika ngeliat sosoknya masuk kantor.
"Apa-apaan nih? Ini gue dateng belom ada sepuluh menit lho. Pantat gue baru touchdown banget di kursi. Trus dateng-dateng lu langsung nanya gue siapa?"
"Iya. Saya nggak tahu Mas siapa."
"Hah? Kenapa sih lu? Abis jatoh pala lu?" alisnya makin mengerut, "Duduk dulu disono, noh! Maksud lu apaan nanya begitu?"
Gue nurut dan duduk di hadapannya. Entah muka gue kayak gimana sekarang. Pria itu bingung setengah mati dengan muka kocaknya, sambil tangannya sibuk menghidupkan laptop.
"Coba ulangi lagi lu bilang apa tadi? Lu nggak tahu gue? Lu nggak tahu siapa gue?"
Gue menggeleng. Mengamati sejenak bos gue yang masih cakep-cakepnya karena baru dateng. Belom kusut karena belom marahin orang. Gue agak deg-degan waktu pria itu melepaskan jaket hitamnya dengan santai. Berusaha keras nggak salah fokus ke torsonya yang tercetak sekilas di balik kemeja birunya.
"Nggak apa-apa. Saya cuma ngerasa selama ini nggak kenal Mas sama sekali." lanjut gue lirih.
"Oh, yaudah ayo kenalan lagi." ia mengulurkan tangannya dengan polos, "Jatmiko Gumelar Nasution. Senior Manajer 3. Doyan nasi goreng kambing tapi takut kolesterol."
Emang ya, antara polos sama bloon beda tipis.
"Bukan itu maksudnya!" gue menepis tangannya dengan kesal. "Bukan kenal yang itu!"
"Hah? Terus apaan maksudnya?"
"Saya nggak tahu Mas Tion itu siapa, latar belakangnya gimana. Tahu-tahu kita udah ketemu aja disini!"
Ia makin mengerutkan alis. "Mmm ... nggak ngerti ..."
Suasana hening sebentar, ia tampak berusaha keras memahami maksud dan tujuan kata-kata gue. Gue pelan-pelan sadar juga, gue ngomong apa dah barusan! Preketek banget kaya radio rusak! Dasar Tasha gila!
"Tapi ... Kan emang kita baru kerja bareng disini, Sha. Emangnya lu berharap ketemu gue saat apa? Sekolah? Kuliah?" ia menggaruk kepalanya. "Waktu gue kuliah kan lu masih ngedot sama mak lu."
Iya juga ya. Gue menghela nafas, udahlah, emang gue salah ngomong aja tadi.
"Maksudnya, saya kenal Mas, tapi nggak tahu sama sekali latar belakang Mas."
Ia diam sebentar. Masih mencoba memahami gue. Sedetik kemudian Pakdhe menoleh ke belakang, lalu ke gue lagi.
"Tembok, kan. Latar belakang gue, tembok."
Ini boleh udahan aja nggak? Perasaan dialog gue ngomongnya sama bos, bukan sama Komeng.
"Maksud saya, saya nggak tahu Mas udah nikah atau belum! Mas Tion sebenernya udah nikah belum sih?!"
"Hah?"
Anjir.
Anjir!
ANJIR!
Dia bengong, kayaknya kaget dengan pertanyaan gue. Jangankan dia, gue juga sama kagetnya. Tapi seperti biasa, gue stay cool aja seolah-olah itu pertanyaan biasa. Padahal jantung gue udah joget-joget dan hampir berontak dari tubuh gue. Gue cuma menarik nafas sambil mencoba pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakdhe!
ChickLitKalau kata Raditya Dika, manusia di dunia itu cuma bisa punya dua diantara tiga kelebihan : 'cakep', 'pinter', atau 'waras'. Bos gue di kantor, alias Mas Tion, alias Pakdhe, hanya punya kelebihan 'cakep' dan 'pintar'. Artinya, dia sinting, annoying...