Epilog - End Call [Other POV😁]

7K 467 83
                                    

Writer's Note:

Yayyy!! Its Epilog!! Makasih banyak yaa semuanya yang udah setia sama cerita Tion dan Tashaaa! Cerita ini akhirnya ditutup tepat disaat aku dilanda peak season 😂

Sebelumnya so sowwy ya, setelah kupikir-pikir, kayaknya author disini paling banter cuma bisa bikin POV pihak ketiga dicampur sama POV Tion. Author ga mampu bikin full POV seorang Jatmiko Nasution 😭, kuatirnya aku malah merusak karakter dia. Kira-kira gini alesannya:

- Dia terlalu jenius dan absurd 😭 aku sepertinya nggak bisa mengimbangi isi otaknya
- Dia bapak-bapak 44 tahun, author nggak tau isi otak bapak-bapak 😥
- Mungkin di dunia bapak-bapak (apalagi yang baru ditinggal bininye) sebenernya ada pikiran 18+ kalo lagi sama cewek, apalagi ceweknya sepolos Tasha 😂 aku tidak mau membongkar wibawamu Mas Tion 🙏

Tapi semoga episode epilog ini menjawab penasaran kalian, apa yang Tion rasain ke Tasha.

Enjoy and see you on the next time!

Anyway, 13+ ya. Nggak ada adegan macem-macem sih, cuma namanya om-om emang otaknya suka agak menjurus menjurus.

Best Regards, Author ❤

***

Jatmiko Nasution mendadak pusing melihat layar ponselnya malam itu. Pusing, tapi sedikit senang setelah sekian lama ia harus pisah dari mantan istrinya. Ia duduk di atas tempat tidurnya sambil menahan senyum. Laptopnya yang menyala dan memainkan lagu Cigarettes After Sex seperti mendukung suasana hatinya malam ini.

Natasha Andriana. Bocah kemarin sore yang berani-beraninya menyatakan cinta ke bapak-bapak sepertinya.

Sebetulnya Tasha bukan satu-satunya, banyak gadis muda yang melakukan hal sama, salah satunya Kanaya. Tapi entah kenapa, gadis kecil inilah yang kadang-kadang berhasil membuat sedikit kupu-kupu kecil beterbangan di perutnya. Ini malam kedua sejak ia membiarkan gadis itu menyatakan rasa sayangnya, dan sekarang langsung gadis itu minta call malam-malam.

Perasaannya ke mantan istrinya mungkin memang jauh lebih besar, tapi perasaannya ke gadis ini beda. Jauh lebih kecil, kayak cinta monyet waktu SD, tapi menyenangkan. Seperti ia berbaring di tengah taman bunga dengan cicitan burung-burung kecil, atau malam cerah dengan percikan-percikan dari kembang api kecil. Rasanya memang masih sedikit, tapi polos dan damai.

Ah. Tapi jarak umur sialan itu mengganggu pikirannya. Mana mungkin ia tak kepikiran kalau gadis ini hampir seumuran Gaput, yang dulu ia gendong-gendong waktu masih kuliah.

Yah, mudah-mudahan cewek ini cepet dapet yang lebih baik dari gue.

Pria paruh baya itu menghela nafas sekali lagi sambil bersiap mengangkat telepon gadisnya.

"Halo, Mas Tion."

Suara malu-malu Tasha sukses membuat garis senyum Tion sedikit melebar, membayangkan gadis lugu itu pasti menyiapkan diri untuk meneleponnya.

Yaelah, Yon, Yon, inget lu udah bangkotan. Masih aja deg-degan kaya bocah sekolah. Norak lu. Batinnya dalam hati.

"Ape, malem-malem." Tion berusaha keras membuat suaranya tetap stabil.

Gadis di seberang berdehem sebentar. "Nggak apa-apa."

"Kangen sama gue?"

"Iiih!" pekikan gadis itu kali ini terdengar manja, nggak kayak waktu mereka pertama kali sleepcall. Tion nggak sanggup menahan kekehannya menanggapi Tasha.

Pakdhe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang