60 - Alasan buat Move On

3.8K 385 42
                                    

Suatu ketika, out of nowhere, sepulang kantor gue ketemu Kanaya di tenant Subway Pacific Place. Ya enggak out of nowhere juga sih, kan emang PP deket dari kantor.

"Kak Tasha nggak sih?"

Gue menoleh, mendapati gadis manis itu ternyata lagi ngantri di belakang gue. Wajahnya kelihatan sumringah, cantik seperti biasa dengan setelan turtleneck panjang putih, blazer cokelat muda, dan celana cokelat muda yang senada.

"Hai!! Lama nggak ketemu!" Ia langsung meraih tangan gue yang masih kaku dengan ceria, "Ya ampuun, kapan ya kita ketemu fisik gini? Terakhir tuh aku telepon Kak Tasha nangis-nangis nggak sih? Duh, malu banget lagi!"

Gue harusnya yang malu, Nay. Gue cuma nyengir kaku, karena masih ngerasa bersalah sama anak ini. Gue masih ngerasa dia ditolak Pakdhe, separohnya karena gue yang nggak sengaja kasih ide ke om-om gila itu.

Ya gila, soalnya matanya ditaroh dimana coba. Cewek secakep ini ditolak. Kan ada gila-gilanya. Ya, kecuali kalau dia beneran udah punya bini, sih.

"Btw, Kakak mau dine-in juga? Aku temenin mau nggak?"

"Oh, nggak, Nay. Gue mau take away sih."

Ia merengut sedikit. "Ayolah. Kan kita udah lama nggak ngobrol. Aku juga sekarang udah jarang banget ngumpul sama timnya Mas Tion, gara-gara tim aku yang lain lagi sibuk banget."

Hanya orang tega nggak berperikemanusiaan yang bisa nolak puppy eyes Kanaya dengan mata belonya itu. Gue menghela nafas, lalu tersenyum tipis.

"Yaudah, deh. Gue dine-in."

"Horee!!" ia bersorak kayak bocah bau matahari dibeliin layangan, "Sekalian nungguin cowok aku balik lembur, Kak. Hehehe."

Alis gue mengerut. "Hah? Cowok?"

Kanaya mengangkat alisnya sambil nyengir lebar. "Iya, cowok. Aku nggak jomblo lagi lho Kak sekarang."

***

"Cakep kan?"

Gue memandangi layar handphone Kanaya yang dia sodorkan ke gue. Akun instagram cowoknya nggak di-private, isinya foto-foto estetik, yang juga mendukung mukanya yang estetik. Namanya Brandon. Yah lu pasti taulah bentukan koko-koko yang mirip oppa-oppa korea, dengan setelan yang sama stylishnya sama Kanaya.

"Dia senior aku di tim sebelah, Kak." Kanaya menarik balik handphonenya. "Sebenernya dia suka aku udah lama, cuma aku cuekin aja. Hehehe."

"Karena lu dulu naksir sama Mas Tion?"

Dia tersenyum malu-malu. Tapi tanpa ekspresi sedih. "Iya, hehe. Dulu aku nggak enak kalau mau terima Kak Brandon. Masa iya aku pacarin dia tapi aku mikirinnya Mas Tion mulu."

Gue tertawa sambil menyantap egg mayo sandwich di depan gue. "Udah move on dong lu?"

Ia mengangguk cepat. "Tau nggak sih Kak, habis aku ditolak itu, aku ada call sama Kak Brandon. Trus dia tau suara aku serak habis nangis, langsung nyamperin ke rumah aku. Langsung ngajak aku makan bareng biar nggak sedih lagi. Bahkan dia sampe beraniin diri ketemu Mama waktu ngejemput aku makan"

"Hah? Sumpah?"

"Iya, untung waktu itu ada Kak Tasha sama Kak Brandon sih. Kalau nggak ada, kayaknya aku udah pingsan."

Gue merasa deja vu sama cerita soal Brandon itu. "Sumpah Brandon ke rumah lu?"

"Iya, beneran. Itu yang bikin aku move on sih, Kak." ia memelankan suaranya sambil tersipu malu. "Dia ternyata sayang banget sama aku, sampai bela-belain naik mobil dari klien ke rumah aku. Habis itu ngajak jalan-jalan sampe aku lupa kalau habis patah hati. Meleleh banget nggak sih digituin."

Pakdhe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang