POV-nya:
Pesan Troy sangat menggangguku, tapi aku memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya. Aku kembali ke kamarku untuk mengganti seprai karena sisa feromonnya di tempat tidurku bisa menimbulkan masalah bagiku. Saat mataku mengamati seluruh ruangan, sebuah ransel yang tergeletak di lantai menarik perhatianku.
Itu adalah ranselnya.
Aku berjalan ke arahnya dan menekuk lututku untuk mengambilnya dari lantai. Aku meletakkan tas itu di tempat tidurku dan mengeluarkan barang-barangnya untuk melihat apakah ada alamat di mana aku bisa mengirimkan ini. Sayangnya, aku tidak menemukan apa pun kecuali ID yang terlihat sudah cukup usang. Mungkin sudah digunakan lebih dari dua tahun ya? ID tersebut mencantumkan namanya dan universitas tempat dia kuliah.
Justin Vincent Alvarez dari Universitas X ya?
Untungnya, aku tahu jalanku di Universitas X karena itu adalah aku alumni sana.
Aku tidak pernah menyangka bahwa hal sepele seperti itu akan bermanfaat.
Aku menuju ke universitas dan menunggunya. Di mana pun dia berada, dia mungkin akan lewat di alun-alun ini karena alun-alun tersebut berada di dekat gerbang universitas. Tapi mungkin dia tidak masuk kuliah hari ini karena sedang heat. Tentu saja, aku tidak mencoret kemungkinan tersebut, karena kemungkinan besar akan terjadi.
Seandainya dia tidak datang ke sini, aku serahkan saja ini pada salah satu profesor yang kukenal, meski aku benci meminta bantuan darinya karena itu menyebalkan.
Aku menunggunya selama beberapa jam, dan aku bahkan melewatkan makan siang karena kupikir dia akan lewat. Ada banyak orang yang menanyakan nomor teleponku, tapi setiap kali mereka bertanya, aku hanya berkata, "Maaf, aku sudah punya omega," seperti yang terjadi saat ini.
“Oh, kurasa mau bagaimana lagi. Aku harap hubungan kalian tetap kuat,” kata wanita itu sambil tersenyum padaku. "Terima kasih," kataku, berusaha menahan diri untuk tidak tersenyum.
Hubungan, ya?
Membayangkan hubungan dengan Justin saja membuatku bahagia. Apakah ini aneh? Aku baru saja bertemu dengannya kemarin, namun aku sudah merasa seperti ini kepadanya. Haaa... Aneh.
Mungkin dia... Fated mate*-ku.
*Fated mate adalah pasangan yang ditakdirkan.
Aku menunggu beberapa menit lagi. Aku hampir menyerah menunggunya sampai aku mencium aroma familiar yang melayang di udara. Aku menoleh ke arah asal aroma itu, dan aku merayakannya dalam pikiranku ketika aku melihat bahwa itu memang dia.
Aku mengambil ranselnya dan berjalan ke arahnya, tapi dia berdiri dan mulai berjalan sangat cepat sehingga aku tidak punya pilihan selain berlari. Aku melepas kacamata hitamku saat aku semakin dekat dengannya. Aku meraih pergelangan tangannya dan menariknya untuk menghentikannya berjalan.
"Aku menemukanmu." Aku berbisik saat mata kami bertemu. "Hai, kau Justin kan? Maaf aku melihat barang-barangmu tanpa seizinmu. Aku hanya ingin mengembalikan tasmu padamu, makanya aku menunggu berjam-jam untuk mengembalikan barang-barangmu." kataku sambil mengangkat ranselnya. "Ini milikmu, kan?" kataku dan tersenyum.
Brengsek. Aku bisa mencium feromonnya semakin kuat. Aku tidak bisa membiarkan dia berlama-lama di sini karena dia mungkin akan diserang oleh alpha.
"Kau baik-baik saja? Apa kau masih heat? Wah, itu pertanyaan bodoh. Tentu saja kau masih heat," kataku sedikit panik. Apakah dia tidak akan menjawabku? "Hei, tolong jawab aku. Apa kau baik-baik saja?" aku bertanya sekali lagi.
Dia mulai terengah-engah saat dia menatapku. Ada apa dengan sorot matanya itu...?
Dia tiba-tiba menangkup pipiku dan menciumku. Bibirnya yang manis dan lembut membuatku semakin menginginkannya. Aku ingin melakukan sesuatu yang lebih dengannya...
Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik, "Kumohon lakukan itu denganku."
Karena situasiku yang tidak berdaya, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengumpat, "Brengsek." Aku menggigit bibir bawahku saat melihat wajahnya yang memerah. Aku melihat sekeliling dan melihat banyak orang sedang melihat kami, dan aku bisa mencium berbagai feromon alpha menjijikkan di suatu tempat.
Aku mengeluarkan feromonku sampai satu-satunya aroma yang bisa kucium adalah aroma kami. Orang-orang yang melirik dan berbisik diam dan lewat dengan cepat agar tidak terjebak dalam benturan feromon kami. Para alpha yang telah menunggu kesempatan untuk menerkamnya gemetar ketakutan saat mereka menghindari tatapanku.
Kita harus meninggalkan tempat ini. Selain dari kenyataan bahwa itu mungkin berbahaya baginya, juga sangat tidak sopan jika aku membiarkan feromonku keluar di depan umum.
"Di mana alamatmu? Aku akan mengantarmu pulang," kataku sambil mengatupkan rahang. Dia hanya menatapku dengan tatapan kosong.
Sial. Apa yang harus kulakukan sekarang? Bukannya aku bisa meninggalkannya begitu saja di sini. Beberapa alpha acak mungkin akan menangkapnya. Itu akan menjadi kasus terburuk yang mungkin terjadi saat ini.
Omega yang sedang heat akan menarik banyak alpha dan bahkan beta. Tidak mungkin orang membiarkannya begitu saja saat dia dalam keadaan seperti ini.
"Di mana alamatmu? Tolong beritahu aku," ulangku. Aku tidak ingin berhubungan seks dengan seseorang yang tidak memiliki kemampuan berpikir rasional. Aku berjanji pada diri sendiri bahwa aku tidak akan pernah berhubungan seks dengan orang yang sedang heat.
Aku tidak ingin menjadi seperti ayahku. Aku tidak ingin menjadi seperti alpha yang paling kubenci.
Bibirnya bergerak sedikit seolah sedang membisikkan sesuatu. Aku mendekatkan telingaku ke mulutnya untuk mendengar apa yang dia katakan.
"Crystal Condo... Unit 1004..." bisiknya.
Ah... Kondominium itu... Letaknya berlawanan dengan kondominiumku. Tempat itu dekat universitas ini.
Aku melihat sekeliling dan melihat beberapa orang masih menatap kami.
Kami mungkin harus pergi sekarang karena kami mungkin mendapat lebih banyak perhatian yang tidak diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, My Omega! [BL]
FanfictionTitle : Love Me, My Omega! Author : surprisinglypretty Genre : Romance , Adult, Yaoi All Credit Going To Author!!! Tristan Lee, seorang alpha dominan, bertemu Justin Vincent Alvarez-seorang omega yang belum pernah mendapatkan heat pertamanya selama...