"Wow, ini banyak sekali!" Tristan berkata sambil melihat ke dua keranjang penuh stroberi. "Bisakah kau menghabiskan semuanya?" Dia berkata dan terkekeh sambil menatapku. “Bodoh, aku akan memberikannya juga untuk Daryl dan saudara-saudaramu, lho,” kataku sambil menggigit sandwich dengan selai stroberi.
Setelah memetik buah strawberry, kami memutuskan untuk makan makanan ringan di kantin tempat ini. Aku dengar ini adalah tempat wisata dan banyak orang pergi ke sini terutama saat akhir pekan. Beberapa menit setelah kami mulai memetik stroberi tadi, banyak orang yang datang sehingga agak ramai.
"Rasanya enak sekali! Bagaimana kalau kita beli selai?" Dia berkata sambil mengunyah sandwich. "Kau mau?" Tanyaku sambil menatapnya sambil tersenyum. Dia terlihat seperti anak kecil saat ini.
Imut-imut.
“Ya, aku akan membelinya nanti,” katanya sambil menganggukkan kepalanya. “Tapi aku sudah membeli beberapa,” kataku dan menunjukkan padanya dua botol selai stroberi. “Kapan kau...” Aku terkekeh karena ekspresi wajahnya. Dia terlihat bingung dan kaget disaat yang bersamaan. “Aku membelinya saat kau membayar stroberi tadi,” kataku sambil tersenyum.
"Oh, begitu," katanya sambil terkekeh. Aku menatap wajahnya saat dia tertawa. Semuanya... Segala sesuatu tentang dia terlalu menggemaskan. Kenapa aku menjadi seperti ini?
Aku menempelkan telapak tanganku ke pipiku. Aku mungkin terlihat sangat merah sekarang dan aku tidak ingin dia melihatku dalam keadaan seperti ini. "Hei, kau baik-baik saja?" Aku menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan diri sebelum melepaskan tanganku dari menutupi wajahku. "Ya, benar," kataku sambil menghindari tatapannya.
Benarkah? Benarkah Justin? Kenapa aku jadi seperti ini sekarang padahal sudah cukup lama aku mengenalnya?
"Maaf," dia tiba-tiba berbicara entah dari mana. Aku mengerutkan alisku dan menatapnya dengan bingung. “Untuk apa kau minta maaf?” Kataku sambil sedikit memiringkan kepalaku. "Aku tahu kencan ini bukanlah kencan yang sempurna. Aku ingin membuat kencan ini berbeda dari kencan lainnya. Menonton film, makan malam, dan minum kopi adalah hal yang terlalu umum, jadi aku ingin kencan ini menjadi agak unik karena... Aku ingin itu pas untukmu. Kencan unik sangat cocok untuk orang baik sepertimu."
Mataku melebar karena apa yang dia katakan. Aku tertawa canggung ketika aku mencoba menenangkan diriku secara mental agar diriku tidak tersipu lagi. "A-Apa yang kau bicarakan?" Kataku sambil mataku mengembara ke mana-mana, berusaha menghindari tatapannya.
Bagaimana aku harus bereaksi ketika dia tiba-tiba menjadi begitu mahir seperti itu?
"Jangan pedulikan apa yang aku katakan jika kau merasa tidak nyaman. Maafkan aku," ucapnya sambil tersenyum meminta maaf. "Tapi aku ingin kau tahu kalau aku bersungguh-sungguh dengan setiap kata yang kuucapkan," lanjutnya sambil terkekeh.
++++++++++
Kami sudah dalam perjalanan pulang dan aku bisa merasakan kelopak mataku semakin berat. Setelah kami pergi ke perkebunan strawberry, kami berjalan-jalan di beberapa tempat wisata.
Aku merasa sangat mengantuk dan lelah saat ini, tapi harus kuakui, aku bersenang-senang hari ini. Aku tidak terlalu mengharapkan kencan seperti ini jadi ini membuat hariku lebih menyenangkan.
Hari ini... sangat menyenangkan.
"Justin?" Hmm... Kenapa dia memanggil namaku? "Justin?"
Aku membuka mataku dan hal pertama yang kulihat adalah wajah tersenyum Tristan yang berada dekat denganku karena dia mencondongkan tubuh ke arahku. “Kita sudah sampai,” katanya sambil bergerak mundur. "Oh, aku pasti tertidur. Maafkan aku," kataku sambil tersenyum meminta maaf.
Aku tahu tidur di sebelah pengemudi adalah tindakan yang tidak sopan karena mereka juga bisa mengantuk karenamu, tapi aku tidak bisa menahannya. Mungkin aku terlalu lelah.
"Tidak apa-apa. Bolehkah aku mengantarmu masuk?" Ucapnya sambil tersenyum manis. "Terima kasih, tapi tidak. Aku bisa masuk ke rumah sendiri. Hati-hati dalam perjalanan pulang," kataku sambil tersenyum. Aku melepas sabuk pengaman dan saat aku hendak keluar, dia memegang pergelangan tanganku.
"Hmm?" Aku melirik ke arahnya dan ke sabuk pengaman. Aku kemudian memusatkan pandanganku padanya dan sedikit memiringkan kepalaku. “Ada apa? Ada yang ingin kau katakan?” Aku bertanya.
"Aku..." Dia menghela nafas. Dia tampak ragu-ragu apakah dia harus mengatakannya kepadaku atau tidak.
"Stroberi dan selainya. Ada di belakang," katanya sambil tersenyum. “Aku turun dari mobil untuk membantumu membawanya,” ucapnya membuka pintu mobil. Sebelum aku sempat membuka pintu mobil di sisiku, dia sudah berada di samping jendela, tersenyum lebar. Dia membukakan pintu untukku dan ketika aku keluar, aku berterima kasih padanya.
“Aku hampir lupa tentang itu,” kataku dan terkekeh. “Aku juga. Aku baru sadar kita membelinya, ketika aku melihatnya, ketika aku sedang melihatmu, ketika kau hendak membuka pintu,” katanya sambil terkekeh. Dia mengambil kantong kertas berisi stoples selai di dalamnya dan menyerahkannya kepadaku. Ia kemudian mengambil keranjang dan menutup pintu mobil dengan mendorongnya menggunakan siku. "Maaf, tapi bisakah kau mengambil kunci dari sakuku? Tekan saja tombol itu dan semua pintu akan terkunci," katanya sambil tersenyum. Aku mengangguk dan berkata, "Oke."
Ini agak canggung. Aku merasa seperti sedang meraba-raba dia, ugh.
Aku melakukan apa yang dia perintahkan dan setelah aku mengunci pintu mobil, aku memegang kuncinya dan kami menuju ke dalam kondominium. Aku akan memberi kuncinya nanti. Akan sangat canggung jika aku memasukkan tanganku kembali ke sakunya.
Kami masuk ke dalam lift dan anehnya suasananya sepi saat kami naik. Satu-satunya orang di dalam lift adalah kami berdua. Keheningan yang seharusnya canggung, ternyata tidak canggung sama sekali. Nyatanya, aku merasa nyaman meski tadi merasa canggung.
"Apa kau mau keluar denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, My Omega! [BL]
FanfictionTitle : Love Me, My Omega! Author : surprisinglypretty Genre : Romance , Adult, Yaoi All Credit Going To Author!!! Tristan Lee, seorang alpha dominan, bertemu Justin Vincent Alvarez-seorang omega yang belum pernah mendapatkan heat pertamanya selama...