Chapter 46

19 3 0
                                    

"Apa-apaan ini?"

Aku mendongak untuk melihat siapa orang itu dan melihat bahwa itu adalah Justin.

"Kau lagi syuting drama atau gimana? Kau pandai sekali berakting seolah-olah kaulah korbannya, Andre," ucapnya sambil berjalan mendekat ke arah kami.

Dia memegang dua botol air. Tadi, dia pergi mengambilkan kami air karena aku bilang aku haus dan dia baru saja kembali sekarang.

Aku agak gugup sekarang karena dia ada di sini. Apakah dia gila?

"Daryl, lepaskan bajingan itu," perintahnya dengan nada berwibawa. Aku hanya menatapnya, menolak melepaskan Andre.

"Apa yang kau lakukan? Aku bilang lepaskan," ucapnya sambil keningnya berkerut.

Dia marah.

Aku tahu dari feromonnya. Tidak, bahkan tanpa feromonnya, aku tahu dia pasti marah.

Tapi...

"Tidak," kataku tegas sambil memelototinya. Ekspresi wajahnya menjadi semakin terdistorsi. "Daryl," dia memanggil namaku dengan nada peringatan.

"Aku tidak mau," kataku, masih belum ingin melepaskannya.

Aku... Aku masih mencintai Andre dan dia tidak berhak memisahkan kami. Aku paham dia hanya mengkhawatirkanku, tapi apa yang bisa kulakukan? Hatiku meneriakkan namanya. Aku mencintainya dengan setiap serat di tubuhku.

Dia berjalan ke arah kami dan menarik kerah Andre, membuatnya sedikit tercekik.

"Apa yang sedang kau lakukan?!" teriakku sambil berjalan di antara mereka.

Andre terbatuk sambil duduk di lantai. Wajahnya pun tampak memerah karena perbuatan Justin.

Aku mengertakkan gigi.

"Ini sudah keterlaluan, Justin. Walaupun kau sahabatku, kau tidak berhak berbuat seperti itu padanya," desisku.

Itu benar. Dia telah melewati batas dengan menyakitinya.

“Daryl, apa kau benar-benar akan membela pria itu?” Dia berkata sambil menatapku dengan mata gemetar. Dia kelihatannya akan menangis kapan saja, tapi aku tidak peduli.

"Ya," kataku tegas dan membantu Andre berdiri. "Apa kau baik-baik saja?" tanyaku padanya sambil menangkup pipinya. Wajahnya masih memerah karena menangis dan matanya tampak bengkak.

Dia pasti banyak menangis.

"Baik. Lakukan sesukamu. Tetaplah bersama penipu itu jika dia membuatmu bahagia," kata Justin dan berjalan keluar dariku.

Aku mengatupkan rahangku dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan diri.

Dia tidak bisa memberitahuku apa yang harus kulakukan. Aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan dan aku mampu membuat keputusan sendiri. Aku tidak membutuhkannya.

"Apa yang telah terjadi?" Kakakku tiba-tiba datang dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Aku baru saja melihat Justin. Apa kalian bertengkar?" Dia bertanya.

Aku tidak repot-repot menjawabnya dan memegang tangan Andre. “Kita pergi,” ucapku sambil menyeret Andre keluar dari tempat itu.

Saat kami berjalan, saat itulah aku akhirnya menyadari bahwa banyak orang memperhatikan kami. Kami menyebabkan keributan jadi tidak terlalu mengejutkan mengetahui bahwa mereka menyaksikan kami saling berteriak.

Kami menuju ke mobilku dan segera masuk ke dalam. Saat aku mengantarnya pulang ke tempatnya, kami berdua terdiam.

Keheningan canggung memenuhi mobil dan terasa semakin canggung ketika aku tiba-tiba teringat perkataanku tadi.

Love Me, My Omega! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang