Matahari telah terbit dan mata Justin terbuka lebar sambil menatap kosong ke langit-langit putih.
Tubuh telanjangnya yang dipenuhi cupang dan bekas gigitan berada di bawah selimut.
Dia sepertinya tidak bisa memproses apa yang terjadi di antara mereka tadi malam. Seolah-olah semuanya hanya mimpi baginya, tapi bukan itu masalahnya.
Begitu dia bangun, dia merasa seperti seember air dingin berisi es dituangkan ke kepalanya.
Malam beruap yang mereka alami satu sama lain setelah Tristan menandai dia terus bermain-main di dalam kepalanya, membuatnya merasa semakin malu seiring berjalannya waktu.
'Apakah ini benar-benar terjadi? Apakah aku tidak sedang bermimpi?' Justin berpikir sambil melamun. 'Apa yang akan aku lakukan setelah aku kembali ke rumah? Bagaimana aku akan menjelaskan semuanya pada si kembar? Lebih penting lagi, bukankah sebaiknya aku kembali sekarang juga?' dia pikir.
Dia menoleh dan melihat Tristan yang sedang tidur nyenyak di sampingnya. Wajah tidurnya terlihat begitu tenang dan lembut, sangat berbeda dengan apa yang biasa ia tunjukkan kepada para karyawan di perusahaan.
'Aku sebaiknya mengirim SMS saja ke Jamie, untuk saat ini, untuk menyiapkan anak-anak ke sekolah. Aku benar-benar harus membayarnya dua kali lipat atas masalah yang kutimbulkan padanya, haaa...' batin Justin sambil duduk dan turun dari tempat tidur.
Dia berjalan menuju celananya yang tergeletak di lantai dan mengambil ponselnya dari sakunya untuk mengirim pesan kepada Jamie.
Saat dia mengirim pesan padanya, dia mendengar tempat tidur berderit, membuatnya menoleh untuk melihat apakah Tristan sudah bangun.
"Oh, kau sudah bangun," Justin tersenyum sambil menurunkan ponselnya.
Tristan menatapnya dengan mata terbelalak. Dia tidak percaya kalau Justin benar-benar ada di dalam kamarnya dan apa yang terjadi tadi malam bukan sekedar mimpi atau khayalan belaka.
"Selamat pagi. Sepertinya aku tidak bisa tinggal di sini untuk sarapan karena aku masih harus mengantar anak-anak ke sekolah. Bolehkah aku mandi sebentar?" Justin berkata sambil berjalan ke tempat tidur dan duduk, telanjang bulat. Dia menutupi bagian bawah tubuhnya dengan selimut agar tidak membangunkan binatang buas yang melahapnya tadi malam.
Tristan masih menatapnya, tidak bisa mendengar apa yang dia katakan. Ia begitu terkejut hingga skenario yang diimpikannya selama lima tahun lamanya akhirnya terulang kembali.
Terlebih lagi dia sudah menandai Justin dan mereka sudah menjalin ikatan satu sama lain, artinya hubungan mereka sudah abadi.
"Apa kau baik baik saja?" Ucap Justin sambil duduk di tempat tidur dan menatap Tristan dengan tatapan khawatir. "Benarkah itu kau? Atau aku hanya berhalusinasi?" Tristan bertanya sambil merentangkan lengannya, berusaha meraih wajah Justin.
"Apa yang kau bicarakan? Aku akan jadi siapa lagi?" Justin terkekeh saat merasakan hangatnya tangan Tristan di pipinya. Mata sang alpha berbinar kegirangan saat dia akhirnya mendapat kepastian bahwa Justin benar-benar ada di sana dan dia tidak sedang berhalusinasi.
Tristan mencondongkan tubuh ke depan dan memeluk Justin sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang omega.
"Kita terikat kemarin, kan? Sekarang kita mate, kan?" bisiknya sambil sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat tengkuk Justin.
"Ya, kita terikat dan kami mate," Justin terkikik sambil balas memeluknya, mendapati reaksi Tristan lucu.
Sang alpha hanya bisa terkikik seperti orang bodoh saat melihat bekas gigitan di tengkuk Justin. Jantungnya berdebar kencang karena respon omeganya terhadap apa yang dia tanyakan, membuat pipi dan telinganya menjadi merah padam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, My Omega! [BL]
FanfictionTitle : Love Me, My Omega! Author : surprisinglypretty Genre : Romance , Adult, Yaoi All Credit Going To Author!!! Tristan Lee, seorang alpha dominan, bertemu Justin Vincent Alvarez-seorang omega yang belum pernah mendapatkan heat pertamanya selama...