61

1.3K 55 2
                                    

°°°

Jam sudah menunjukan pukul 18:10. Pintu kamar adara terbuka. Wijaya berdiri di Ambang pintu. pandangannya tertuju pada gadisnya yang masih tidur. ia pun langsung menghampirinya.

"Maghrib-maghrib tidur." Gumam Wijaya.

Sebelum membangunkan gadisnya, pandangan Wijaya langsung tertuju pada ponsel adara. Wijaya langsung mengambil ponsel tersebut. Wijaya melihat wajah arhan di layar ponsel tersebut, karna ternyata panggilan videonya masih terhubung. Arhan juga terlihat sedang tertidur. Wijaya tak mengucap satu kata pun. ia langsung manaruh kembali ponsel tersebut di samping adara.

"Sayang, bangun, udah Maghrib." Ucap Wijaya sembari nenggoyangkan lengan adara.

Tidak butuh waktu lama, adara pun langsung menggercapkan matanya.

"Bangun, sayang."

Adara pun bangun sembari mengucek matanya.

"Bisa-bisanya video call sampe ketiduran."

Adara spontan melotot kaget ke arah ayahnya. "Kok ayah bisa tau?!"

"Liat tuh, panggilan videonya aja masih terhubung."

Adara langsung menatap ponsel yang berada di sampingnya. ia mengambil ponsel tersebut. Adara melihat wajah arhan yang ternyata juga sedang tidur. Adara sudah tidur cukup lama, ia pikir arhan sudah mematikan telfonnya, namun ternyata panggilannya masih tetap terhubung.

"Itu arhan kan?"

"Kok ayah bisa tau kalo nama dia arhan?!" Ucap adara heboh.

Wijaya terkekeh. "Kan ayah pernah ketemu sama dia."

"Kapan?!"

"Pas dia mau jengukin kamu di rumah sakit."

"Ohya?"

Wijaya mengangguk.

"Tapi kok waktu itu adara gak liat dia?"

"soalnya waktu itu bang deril sempet mau nonjok dia gara-gara dia mau jengukin kamu. Untung ayah liat, Kalo engga, bisa-bisa mereka berdua berantem di rumah sakit. Nah, makanya ayah suruh dia pulang aja. Dia sampe mohon-mohon ke ayah supaya di izinin masuk buat nemuin kamu, tapi ya tetep ayah suruh pulang. Soalnya abang bener-bener keliatan gak suka banget ngeliat dia. Lagian kan waktu itu kamu Udah mau pulang, Jadi ayah nyuruh dia buat nemuin kamu lain waktu aja."

Setelah mendengarkan penjelasan dari ayahnya, adara hanya diam mematung. ia merasa heran dengan kakaknya. Kenapa kakaknya bisa terlihat sebenci itu dengan arhan. Padahal setau adara, arhan tidak pernah membuat masalah kepada kakaknya.

Wijaya menatap gadisnya yang masih diam mematung. "Udah ga usah di pikirin."

"Adara cuma heran, yah, sama bang deril. Ga tau kenapa abang keliatan benci banget sama arhan, Abang tuh posesif banget! Berlebihan!" Ucap adara sedikit kesal.

Wijaya sudah tau alasan kenapa deril begitu sangat posesif terhadap adara. Namun Wijaya tidak akan memberi tau ke adara jika sebenarnya deril mempunyai perasaan lebih terhadap Adara. Karna jika adara sampai tau, pasti adara akan menjadi canggung kepada deril. Dan mungkin mereka tidak akan seakrap seperti sekarang. Wijaya tidak mau itu terjadi.

"Emang Kamu ada hubungan apa sama arhan?" Tanya Wijaya.

"Ayah ngebolehin aku pacaran kan?" Tanya adara lirih.

Wijaya mengangguk. "Asal gak ganggu sekolah kamu."

"Em, Aku sama arhan pacaran, yah." Ucap Adara lirih.

Wijaya tidak terlihat terkejut sama sekali, Justru ia malah merasa senang. Karna jika deril tau adara sudah mempunyai pacar, Kemungkinan Perlahan prasaan deril terhadap adara bisa hilang dengan sendirinya.

[POSESIF BROTHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang