84

450 32 0
                                    


°°°

Adara terlihat baru sampai, ia pun langsung turun dari taxi. Setelah mobil taxi tersebut sudah pergi. Adara langsung memasuki pagar.

"Selamat sore non adara." Sapa pak adi sembari tersenyum.

"Sore juga pak adi."

"Ohiya, non. Ada yang nungguin tuh."

Adara mengerutkan dahinya. "Siapa?"

"Ga tau, saya ga kenal."

"Terus sekarang orangnya mana?" Tanya adara.

"Itu, tadi saya nyuruh dia buat Nungguin di depan teras rumah."

Adara mengangguk paham. "Oke."

Adara pun melangkah untuk menghampiri orang tersebut. Adara menghentikan langkahnya begitu melihat motor yang terlihat familiar. kemudian ia pun kembali melanjutkan langkahnya.

Andrew tersenyum begitu melihat kedatangan adara. ia langsung beranjak dari tempat duduk, lalu ia pun mendekati adara.

"Akhirnya lo pulang juga." Ucap andrew.

"Sebenernya lo tuh siapa sih! Kenapa lo selalu ngikutin gue? Kenapa lo bisa tau nomer hp gue dan alamat rumah gue?!" Pekik adara.

Andrew ingin mengusap pipi adara, namun adara langsung menepisnya.

"Jangan berani-beraninya lo nyentuh gue!" Ucap adara penuh penekanan.

"Gue suka sama lo!" Ucap andrew lantang.

Adara melotot ke arah andrew. "Dasar gilak! Lo gak kenal gue, gue juga gak kenal lo, bisa-bisanya lo ngomong kaya gitu, Aneh!"

Adara pun ingin langsung masuk ke dalam rumah, namun andrew langsung menggenggam pergelangan tangan adara. Adara memejamkan matanya sejenak, Setelah itu ia kembali menatap andrew.

"Lepas!" Sentak adara.

Andrew menyringai, setelah itu ia mendekatkan wajahnya ke wajah adara. ia pun berbisik di telinga adara. "Lo bakal jadi milik gue."

Plakkk

Adara sepontan menampar andrew. Adara menatap tajam ke arah laki-laki yang ada di hadapannya.

"Pergi! Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi!" Pekik adara.

Setelah itu adara langsung masuk ke dalam rumah. Lagi-lagi Andrew menyringai. Tamparan dari adara sama sekali tidak terasa menurutnya.

"Ini yang gue suka dari lo, cukup menantang. Dan gue gak bakalan nyerah." Gumam andrew.

°°°

Malam telah tiba. adara terlihat sedang membaca novel. Tidak lama kemudian suara pintu kamar terbuka. Pandangan adara langsung tertuju pada ayahnya. Wijaya pun menghampiri adara.

"Belom tidur?" Tanya Wijaya sembari duduk di tepi kasur.

"Hehe, belom, yah."

"Ohiya, ayah mau ngasih tau kalo besok ayah udah harus balik ngurus kerjaan di Singapore."

Adara melotot kaget. "Hah?! Besok? Kok mendadak sih, yah."

"Iya sayang. Soalnya tadi sekertaris ayah baru ngabarin." Jelas wijaya.

Adara langsung terlihat lesu.

"Kamu ga papa kan tinggal di rumah sendiri?"

"Ya aku sih ga masalah, yah. Tapi aku tuh gak rela kalo ayah balik lagi ke sana." Ucap adara sendu.

Wijaya terkekeh sembari mengusap lembut pucuk kepala gadisnya. "Tenang aja, ayah bakal sering-sering pulang kok."

"Beneran?"

[POSESIF BROTHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang