Begitu mobil berhenti di area parkiran sebuah rumah sakit, semua orang yang menumpangi mobil tersebut langsung keluar dan bergegas menuju gedung rumah sakit.
Mereka berjalan dan menghadap resepsionis. Papa Afgan yang berada di depan pun bertanya pada salah satu petugas di rumah sakit tersebut.
"Maaf, kami sedang mencari pasien bernama Edgar Dirthayasa, apakah ada pasien atas nama itu di sini?" Tatapan mata papa Afgan tertuju lurus pada dua resepsionis di hadapannya.
"Tunggu ya, Pak, kami cari sebentar," ujar salah satu resepsionis. Papa dan dua wanita yang bersamanya mengangguk dan menunggu dengan sabar.
"Ada, Pak, pasien atas nama Edgar Dirthayasa baru saja dipindahkan ruangan, saat ini berada di ruang nomor 235, Pak."
Mendengar itu, papa Afgan lantas mengangguk mengerti dan mengucapkan terima kasih pada resepsionis. Mereka kemudian melangkah pergi menuju ruang rawat sesuai dengan yang disebutkan oleh wanita di tadi.
"Ya ampun, Vania, semoga Edgar gak kenapa-kenapa ya. Mama khawatir banget," ucap mama Naomi sambil menggenggam tangan Vania.
Vania mengangguk pelan. "lya, aamiin, Ma. Vania juga khawatir, tapi kita serahkan semuanya sama Allah ya, Ma. Kita doakan semoga mas Edgar baik-baik aja." Gadis itu pun menyahut.
Mama mengangguk Genggaman tangannya kian erat mengiringi setiap langkah mereka, hingga tiba lah mereka di sebuah ruangan dengan nomor persis seperti yang disebutkan oleh resepsionis di depan tadi.
Papa mengintip kaca yang ada di bagian atas pada pintu sebelum memutuskan untuk masuk.
Setelah pasti bahwa yang menghuni ruangan itu adalah Edgar, papa Afgan pun menoleh pada istri dan menantunya, memberikan gerakan anggukan.
Tok, tok, tok.
Pintu itu diketuk sebanyak tiga kali. "Masuk saja, Sus." Lalu terdengar suara dari dalam.
Detik berikutnya, papa Afgan pun meraih knop pintu dan mendorong benda tersebut.
"Edgar!" Mama berseru sambil berlari terhuyung-huyung menghampiri putranya yang terlihat berbaring lemah di atas ranjang pasien.
Papa dan Vania segera menyusul langkah mama Naomi. Vania berjalan dengan perasaan yang campur aduk, antara sedih, cemas, khawatir, takut dan bersyukur lantaran masih diberi kesempatan baginya untuk melihat sosok yang dia cintai.
Kini Vania berdiri di samping Edgar, sedang lelaki itu masih di peluk oleh mama Naomi yang menangis tersedu karena terlalu khawatir dengan keadaan Edgar.
"Hiks, bagaimana kamu bisa sampai seperti ini, Ed? Apa yang kalian pikirkan sampai terjadi kecelakaan?"
"Tega sekali kamu bikin Mama dan orang rumah khawatir karena kamu yang sama sekali gak ada kabar!" Mama hendak memukul dada Edgar, namun urung saat ingat akan kondisi lelaki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Fiksi Remaja→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...