Selang dua hari kemudian, Edgar baru saja dibawa pulang ke rumahnya, sedangkan Ciko sudah pulang sehari sebelumnya.
Selama di rumah sakit, siapapun pasti dapat menebak bagaimana sikap Edgar kepada Vania.
Ya, pasti lelaki itu akan menyalakan mode manja seperti bayi baru lahir yang selalu ingin diurusi setiap kebutuhan terkecilnya, minta diperhatikan seribu kali lipat dari biasanya, dan selaluu merengek setiap kali Vania tidak peka terhadap keinginannya.
Ralat. Bukan hanya saat di rumah sakit saja mode manja itu aktif, karena kenyataannya saat ini lelaki itu baru saja merengek saat mobil baru saja berhenti di garasi rumah.
"Vania, tolong aku," ucap Edgar sembari mengatungkan satu tangan yang terbebas ke hadapan Vania.
Vania yang sudah keluar pun menoleh, "lya, Mas, aku juga mau bantuin kok. Aku kan baru saja keluar," ujar gadis itu sambil menghela napas akibat tingkah sang suami.
Edgar hanya tersenyum saja tanpa dosa. Satu tangannya masih menggantung di udara, menunggu Vania meraihnya.
Melihat itu membuat mama Naomi geleng-geleng kepala. "Ada saja tingkahnya yang kekanakan itu," cetus wanita itu.
"Pelan-pelan, Vania, kakiku kan juga sakit."
"lya, Mas, Hati-hati melangkahnya,” sahut Vania sambil melingkarkan lengan sang suami ke pundaknya.
Edgar keluar dari mobil dengan sangat hati-hati, mama Naomi juga turut membantunya karena takut kalau sewaktu-waktu Vania tidak dapat menjaga keseimbangan karena tubuh Edgar yang jauh lebih besar darinya. Benar-benar tidak sepadan.
Setelah lelaki itu berhasil keluar, baru lah mama Naomi membiarkan Vania yang menjaga Edgar, karena mama Naomi yakin kalau lelaki itu sebenarnya kuat walau tanpa dibantu Vania. Dia masih bisa berjalan sendiri walau harus pincang dan sangat hati-hati.
Mama Naomi berjalan dahulu, sedang Edgar tentu saja masih sangat menikmati momen yang sama persis seperti yang ada dalam bayangannya.
Selama berjalan, yang Edgar lihat bukan jalan di depannya melainkan wajah Vania dari samping yang kelihatan sangat teduh dalam indera penglihatannya.
"Awas, Mas!" Tiba-tiba sosok itu berteriak sambil sedikit menarik tubuh Edgar hingga menabrak tubuhnya.
"Mas kalau jalan mikirin apa sih sampai mau nabrak pintu, padahal besar banget loh pintunya." Mendengar omelan tersebut, Edgar hanya menanggapi dengan cengiran andalannya saja.
"Kamu masih saja nanya aku mikirin apa,” cetus lelaki itu membuat kening Vania berkerut bingung.
"Abisnya Mas seperti lagi mikirin hal berat. aja.”
"Bukan hal berat, tapi hal yang bikin aku ketagihan," sahut lelaki itu lagi tak jelas.
"Jangan mikirin yang enggak-enggak deh, Mas, fokus dulu sama penyembuhan kamu," ujar Vania memberi saran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...