"Assalamualaikum, Ran."
"Waalaikumsalam," ujar sosok di balik telepon.
Vania menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan.
"Cie... dengar-dengar ada yang mau bulan madu nih," cetus Rani dengan nada menggoda.
Mendengar itu wajah Vania seketika berubah merah padam.
Dia sungguh malu, untung saja mereka hanya melakukan panggilan biasa sehingga sosok di seberang sana tidak dapat melihat wajahnya yang merona ini.
"Enak ya kalau nikah sama sultan mah, bisa bulan madu ke luar kota. Keliling dunia juga kayaknya bisa," cetus Rani lagi.
"Cariin aku sultan juga dong, Van, biar nasibku bisa berubah sedikit lah," lanjut Rani dengan guyon.
Vania sontak tertawa mendengar keluhan dan rengekan sahabatnya itu. "Kamu ada-ada saja, Ran. Aku mana kenal sama sultan-sultan di sini. Lagi pula jodoh itu sudah ada yang ngatur loh. Mintanya jangan sama aku, tapi sama Allah, Ran." Vania menyahut.
"Iya, tapi minta bantu doa dari kamu juga dong, Van, tau sendiri kan kalau aku gak taat-taat amat seperti kamu." Vania langsung berdecih mendengar permintaan Rani yang terdapat unsur merendahkan diri.
"Ck, apa sih kamu, Ran. Jangan bilang begitu. Apa yang aku lakukan ini juga belum tentu cukup untuk menutupi dosa-dosa yang aku lakukan, Bisa jadi kamu lebih dipandang mulia sama Allah." Vania berusaha membesarkan hati Rani, dia juga tidak suka jika dirinya mendapat pujian yang terlalu berlebihan.
Mereka sama-sama manusia, yang kelihatan taat belum tentu yang terbaik di mata Allah SWT, begitu juga sebaliknya. Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Adil, Dia tahu setiap apa saja yang bersemayam di hati manusia sekalipun itu sangat samar.
"Punya suami yang bisa membimbing kita menjadi lebih baik dan dekat dengan Allah, bertanggung jawab, setia dan tau caranya memperlakukan istri dengan baik itu juga rezeki yang luar biasa loh, Ran. Gak semua kekayaan membawa kebahagiaan. Karena nyatanya gak sedikit laki-laki kaya yang gak bisa menghargai istrinya," ujar Vania.
Rani mendengkus. "Iya, iya, Ustadzah. Maafin aku yang sudah terlalu tinggi berkhayal." Gadis itu lantas menyahut.
Sontak saja suara kekehan menyeruak masuk gendang telinga Rani. Gadis itu mencebik karenanya.
"Ya sudah lah, aku mau lanjutkan pekerjaanku dulu. Semoga perjalanan kalian lancar ya, dan satu lagi...." Rani menggantung kalimatnya, membuat Vania semakin penasaran.
"Selain bawa oleh-oleh keponakan, jangan lupa juga bawain sahabatmu ini oleh-oleh yang lain. Kalau bisa sih jangan cuma satu," lanjut Rani sambil tertawa kecil. Vania ikut tertawa.
"Memangnya kamu ingin oleh-oleh apa, Ran? Nanti biar aku carikan. Apa sih yang gak buat kamu?” tanya Vania sambil terkekeh pelan.
"Apa saja, yang penting bermanfaat deh. Ditambah sama oleh-oleh makanan khas Lombok juga gak nolak, Van.” Lagi-lagi Rania mengkode Vania dengan candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Novela Juvenil→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...