Selamat membaca
***
"Aku ingin melangkah maju lebih cepat agar bisa menyamai kecepatannya dan menyelaraskan langkahku dengannya."
"Aku selalu menahan langkahku walaupun itu terkadang membuatku jatuh hanya untuk berjalan di sampingnya."
"Sejak kapan hubungan kami jadi seperti ini?"
"Sejak kapan perasaan di hatiku ini timbul dan memilihnya?"
"Ini adalah kesalahanku, karena sifatku. saat itu, di tempat itu, momen itu, membuatku menyadari sesuatu."
"Saat aku melihat punggungnya ketika melindungiku dan saat meninggalkanku. Aku ingin membelanya, dia dihukum bukan karena kesalahannya. Aku baru menyadari bahwa aku yang lemah telah menangis di pelukannya. Karena itu..."
***
"Aku tidak pernah tertarik dengan apapun. Namun, aku adalah yang tercepat dalam proses melangkah maju. Tidak ada satu pun yang bisa menahan langkahku."
aku tidak tertarik dan berambisi pada apapun. Aku tidak memiliki tujuan besar yang ingin kuraih. Dan Aku juga tidak suka bersaing untuk menjadi yang terbaik di segala hal. Aku hanya ingin hidup normal dan terus melangkah maju agar tidak tertinggal Dengan yang lainnya.
Mungkin satu satunya keinginanku yang sebenarnya nggak harus kucapai sih adalah, karena ibuku yang bersinar layaknya mentari, aku jadi ingin bernyanyi satu panggung bersamanya. Namun, tujuan itu hanya bisa kucapai saat dewasa nanti. Jadi, buat apa memikirkannya sekarang.
Aku selalu berusaha alakadarnya, tidak benar benar berambisi untuk mendapatkan sesuatu atau menjadi yang terbaik. Aku hanya melakukan semua hal semampuku saja, tidak pernah berusaha lebih.
Wisnu umur sebelas tahun, di lomba pertandingan taekwondo di SD-nya, dia melesat ke belakang lawannya menghindari serangannya lalu menendang punggung lawannya sampai terdorong ke depan beberapa langkah.
Dia kemudian berputar dan melompat rendah lalu melakukan tendangan yang menghantam tepat ke kepala lawannya yang membuat lawannya terjatuh, saat hendak berbalik badan ke arah Wisnu.
"Selesai." Pada saat itu wasit segera menghentikan pertandingan karena ronde terakhir sudah berakhir.
Wisnu melangkah ke posisinya lalu tersenyum kecil. "Senior, bukan aku yang kuat. Tapi, kaulah yang terlalu lemah. Dasar payah," bisik Wisnu pelan sehingga hanya bisa didengar oleh musuhnya yang hendak berdiri, musuhnya Wisnu terlihat menunjukkan ekspresi wajah kesal.
Setelah penilaian yang cukup lama dari juri. Akhirnya pemenang pertandingan ini telah diputuskan bahwa poin Wisnu jauh lebih unggul dari musuhnya sehingga dia berhak menjadi pemenang lomba pertandingan taekwondo sebagai juara pertama, dan mendapatkan sebuah piala kecil.
Aku memang tidak ambisius. Namun, bukan berarti aku tidak bisa apa apa. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa. Dan, alakadarnya diriku itu berarti kelebihan untuk sebagian banyak orang.
Aku hidup dengan penuh pemikiran, karena aku tidak ingin repot. Aku tidak ingin melakukan hal yang tidak harus aku lakukan. Aku hanya mengikuti alur dan melangkah maju agar aku tetap bisa hidup santai dan tetap bertahan.
Keesokan harinya. Setelah kelas kosong, di karenakan semua murid sudah pulang duluan. Widya dan Wisnu berdiri di depan pintu kelas mereka. "Huh.. kau pulang duluan saja, Widya. Kau sudah tahu kan, kalau aku memiliki tugas tambahan karena seorang gadis bod*h. Merepotkan, kenapa aku yang harus mengurusnya?" Wisnu terlihat kesal, setelah mengatakan itu dia langsung berbalik badan kembali masuk ke dalam kelas, meninggalkan Widya yang hanya membalas dengan menganggukkan kepalanya dan keluar dari kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Sandara : my brother is a criminal (S2 Dimulai)
Action[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Tubuh dikendalikan oleh pikiran. Tetapi, pikiran mengikuti hati." Dulunya Keluarga Sandara alexander adalah keluarga yang sangat harmonis dan bahagia. Walaupun, keluarga itu memiliki sebuah rahasia yaitu ayah dan...