Sejak hari ulang tahun Alex yang berakhir bencana bagi Alexis, keadaan rumah besar Legiand tak lagi seperti dulu. Meski perbedaan tak terlalu nampak sebenarnya karna, sejak dulu pun Varell dan Agatha memang lebih dekat kepada si bungsu dari pada Allecia
Allecia sudah mulai terbiasa dengan keadaan di rumahnya yang menurutnya berubah derastis. Hanya sang kakak saja lah yang masih suka menemani Allecia untuk bermain. Meski terkadang sang kakak juga sibuk dengan pekerjaan rumah yang diberikan oleh sang guru
"Kak, boleh ajari Al berhitung? Teman-teman Al diajari oleh ibu guru di sekolah tapi Al tidak mengerti kak" pinta Allecia pada sang kakak
Kini Allecia sudah duduk di bangku TK, meski baru TK kecil. Sang ayah dan bunda memasukkan Allecia dan Alexis ke sekolah ternama yang lumayan bagus. Sekolah yang sama dengan kakak mereka
"Al, boleh tidak tunggu sebentar kakak selesaikan ini dulu. Nanti kakak ajari kamu setelah kakak selesai, oke?" Pinta Alex lembut pada Allecia
Allecia hanya mengangguk dan menunggu di sofa yang ada di kamar sang kakak. Sesekali Allecia mencoba berhitung sendiri dengan suara yang sangat kecil karna takut mengganggu sang kakak
....
"Hua..." Alex meluruskan badannya dia melirik ke arah jam di meja belajarnya sudah jam setengah sembilan
Alex berbalik dan menemukan Allecia tertidur di sofa dengan buku di pangkuannya dan sebuah pensil di tangan kanannya. Alex menghampiri Allecia, mengambil buku di pangkuan Allecia dan melihat isinya sejenak
"Maafin kakak Al, kakak sama sekali gak bantuin kamu belajar. Kamu bahkan ngerjain semuanya sendiri" ucap Alex merasa bersalah
Dia membuat adiknya menunggu selama hampir lima jam, hingga sang adik mengerjakan dan mempelajari cara berhitung sendiri. Alex mengambil pensil di tangan Allecia dengan perlahan lalu, ia menggendong tubuh mungil sang adik dan berjalan menuju ke kamar sang adik yang bersebelahan dengan kamarnya
Alex membaringkan Allecia di kasur milik Allecia dan menyelimutinya. Tak lupa Alex mengecup singkat pipi Allecia. Sejenak Alex melihat kamar besar yang dulunya diisi oleh dua buah kasur kini hanya satu kasur saja. Ya, Alexis dipindahakan kamarnya menjadi dekat dengan kamar orang tua mereka
Alex tersenyum miris menatap sang adik yang kini tengah pulas
"Sabar ya Al, kamu harus banyak sabar mulai dari sekarang. Kakak akan ada di samping kamu saat kamu butuh, kakak janji"
Alex meninggalkan kamar sang adik dan beralih ke kamarnya. Rasa pegal yang menyerang dirinya membuat Alex tertidur dengan cepat
....
6 tahun kemudian
Allecia berlari ke kamar sang kakak sesaat setelah ia sampai di rumah. Dengan semangat ia membuka pintu kamar kakaknya. Kosong. Hanya itu yang terlihat oleh Allecia
"Hm? Kakak kemana?" Allecia segera berbalik dan berjalan dengan gontai menuju ke kamarnya
Bi Wati yang sejak dulu bekerja di rumah besar itu kini tengah menatap Allecia yang berjalan gontai menuju kamarnya
"Ada apa non?" Tanya bi Wati penasaran
"Kak Alex kemana bi? Al ke kamar kakak tapi kakak gak ada"
"Oh, den Alex gak pulang hari ini non. Nginep di sekolah karna besok ada kejuaraan basket kan non"
"Oh, ya udah deh kalo gitu. Al ke kamar dulu ya bi, makasih udah kasih tau Al kakak kemana tadi"
Bi Wati hanya mengangguk. Dalam hati bi Wati merasa iba pada Allecia
Allecia melemparkan tas sekolahnya ke sofa di kamarnya. Allecia mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah lalu, ia mengerjakan tugas dari sekolah. Allecia tidak akan bertanya dimana orang tuanya karna, Allecia sudah tau dimana mereka
'Ayah? Tentu saja ke kantor dan keluar kota bahkan tak jarang keluar negeri untuk mengurus bisnis. Jika ayah ada di rumah maka, ayah akan berada di kamar Alexis. Bunda? Tentu saja selalu bersama Alexis setiap hari, meski terkadang bunda menemani ayah untuk datang ke acara jamuan bisnis. Tapi, sebagian besar waktu bunda dihabiskan bersama Alexis' begitu pendapat Allecia, yang memang tidak salah sebenarnya
Allecia selesai mengerjakan tugasnya dan bergegas mandi. Setelahnya Allecia turun untuk makan malam bersama kedua orang tuanya dan Alexis
"Malem yah, bun, Lexie" panggil Al
"Malem kak Al"
"Hm"
"Malem"
Jawaban singkat dari kedua orang tuanya terkadang membuat Allecia ingin menangis tapi, tak pernah ia lakukan. Ia tau keadaan Alexis tidak baik, dan orang tuanya memang harus mengurus Alexis secara khusus
"Bun, Al..." Allecia ingin bercerita tentang piagam yang ia dapat dari sekolahnya tapi, ia urungkan. Sang bunda menatapnya dengan tatapan yang menurut Allecia menyeramkan
"Tak ada apa-apa" Allecia akhirnya memilih diam
"Ayah, bunda, Lexie tadi mendapat penghargaan loh" seru Alexis
"Benarkah?" Tanya Agatha dengan antusias dan Alexis mengangguk
"Penghargaan apa Lexie?" Varell ikut bertanya
"Penghargaan lomba membaca puisi. Penghargaannya ada di kamar Lexie"
"Biar nanti ayah dan bunda lihat" ujar Varell
Alexis menceritakan semua yang terjadi di sekolah hari ini termasuk penghargaan dari lomba yang ia menangkan. Varell dan Agatha mendengarkan dengan antusias, sedangkan Allecia? Allecia memilih bungkam dan menghabiskan makan malamnya
"Al sudah selesai, Al duluan ya bunda, ayah. Lexie, aku duluan ya" ucap Al yang lagi-lagi hanya dijawab seadanya oleh sang ibu dan sang ayah
Allecia masuk ke kamarnya mengambil penghargaan itu dan berlari memasuki kamar Alex. Allecia meletakan penghargaan itu di meja belajar sang kakak. Bagi Allecia cukup Alex saja yang melihat penghargaan itu
Allecia pergi tidur dengan segera. Pukul sebelas pintu kamar Allecia dibuka dan seseorang memasuki kamar itu dengan mengendap-endap
"Kyaaa...." Jerit Allecia saat ia merasakan seseorang memeluknya
Seluruh orang di rumah itu berlari ke kamar Allecia
"Al! Apa-apaan kamu teriak-teriak begitu! Ini sudah malam!" Bentak Agatha
"A-Al..."
"Astaga Lexie, kamu ngapain disini sayang? Ayo kembali ke kamarmu nak" bujuk Agatha
Panas. Hanya itu yang dapat dirasakan oleh Allecia. Rasa panas di matanya membuat Allecia terdiam. Allecia menatap Alexis yang memiliki wajah serupa dengannya
"Le-Lexie mau tidur disini bun, yah. Lexie kan dulu tidur disini, Lexie kangen sama kamar ini"
Agatha menatap Lexie dan menatap Allecia sekilas lalu kembali menatap Lexie dan beralih menatap Varell sang suami
"Al, kamu pindah ke kamar lain dulu sana. Biar Lexie tidur disini malam ini"
"Tapi bun..."
"Gak ada tapi! Sekarang kamu pindah pokoknya!"
Allecia mengangguk pasrah. Dia mengambil baju seragamnya dan juga tas sekolahnya. Allecia menatap sekilas pada ayahnya. Berharap Varell akan membelanya namun, Varell tak melakukan itu. Allecia melangkah keluar dari kamarnya
"Bi Wati..." Panggil Allecia saat melihat bi Wati lewat di depannya
"Iya non, ada apa?"
"Al, tidur di kamar bibi boleh?"
"Loh, kenapa memangnya non?"
"Kamar Al di pake Lexie bi, jadi Al tidur di tempat bi Wati yah?"
Bi Wati hanya bisa mengangguk dan menuntun Allecia untuk ke kamarnya, kamar pembantu yang lumayan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...