Anak Kedua Atau Keempat?

7.2K 342 1
                                    

Dua tahun kemudian

"Pagi jagoan..." Sapa Alvaro pada ketiga putranya yang sudah duduk di meja makan

"Papi telat" ujar Armano sambil memakan roti dengan selai blueberry kesukaannya

Arseno dan Ardano hanya diam sambil memakan sarapan mereka. Alvaro tersenyum melihat ketiga anaknya sudah beranjak remaja. Tidak terasa waktu sudah berlalu cukup cepat. Ketiga anak itu kini sudah akan duduk di bangku kelas lima SD. Umur mereka juga sudah sembilan tahun lebih

'Makin tua aja gue' batin Alvaro

"Pagi sayang" sapa Allecia sambil duduk di kursi yang ada di sebelah Alvaro

"Pagi juga sayang" jawab Alvaro sambil mengecup pipi kiri Allecia

"Mi, pi, please deh. Masih pagi loh ini" protes Armano

Ardano hanya menggelengkan kepalanya dan memakan sarapannya dalam diam. Arseno justru langsung menunduk dan memakan roti selai kacangnya. Alvaro terkekeh geli. Allecia sendiri hanya menggelengkan kepalanya dan mulai memakan roti miliknya. Hanya roti yang diolesi mentega dan ditaburi gula pasir. Allecia menyukai roti seperti itu

Sarapan pagi di keluarga Dimitra berlangsung tenang. Masing-masing dari mereka memakan sarapan mereka dengan tenang juga. Sementara Allecia merasakan sesuatu yang aneh. Dia memakan rotinya dan sampai gigitan keempat Allecia meletakan rotinya dan berlari ke tempat cuci piring diiringi tatapan heran suami dan ketiga anaknya

"Hoek... Hoekk..." Allecia memuntahkan sarapannya beserta cairan bening

Alvaro langsung berdiri dan menghampiri istrinya, sebelah tangannya menahan rambut Allecia, dan tangan satunya memijat tengkuk Allecia perlahan

"Are you okey?" Tanya Alvaro saat Allecia berbalik setelah membasuh mulutnya

"Aku nggak-" baru mau menjawab Allecia kembali berbalik dan memuntahkan cairan bening karena, dia memang belum makan apapun selain empat gigitan roti

Alvaro kembali memijat tengkuk istrinya. Allecia memundurkan badannya dan bersandar pada badan tegap suaminya setelah dia membasuh mulutnya. Lemas, itu yang dirasakan Allecia sekarang. Alvaro menggendong Allecia ke kamar mereka diikuti ketiga putra mereka

"Mi, mami nggak pa-pa?" Tanya Armano

"Mami nggak pa-pa sayang, kalian berangkat sekolah sana. Nanti terlambat loh" ujar Allecia

Ketiga anak itu menatap Alvaro dan Allecia bergantian. Mereka tidak ingin pergi. Allecia menyenggol tangan suaminya

"Kalian sekolah ya. Biar papi jagain mami. Nanti kalau kalian sudah pulang baru gantian, kalian yang jaga mami" ujar Alvaro

Ketiga anak itu mengangguk. Mereka bergantian mencium pipi Allecia dan pamit pada kedua orang tua mereka. Alvaro sendiri sedang memijat tengkuk Allecia dengan baby oil

"Sudah lebih baik?" Tanya Alvaro

Allecia mengangguk

"Kamu sakit? Kecapaian? Atau salah makan?"

"Entahlah. Aku juga nggak tahu. Tadi pas lagi makan tiba-tiba mual"

Alvaro mengangguk. Sebelum dia mengingat sesuatu. Alvaro langsung tersenyum dan memeluk Allecia. Dia menciumi puncak kepala istrinya, membuat Allecia heran sendiri

"Kamu kenapa yang?" Tanya Allecia

"Kamu lupa? Kamu itu belum kedatangan tamu bulanan udah tiga bulan loh" ujar Alvaro

Allecia langsung terbelalak. Dia juga baru menyadarinya. Allecia tersenyum dan memeluk suaminya kembali. Alvaro merasa sangat bahagia. Diusianya yang hampir menginjak kepala empat, dia mendapatkan hadiah kecil lagi dari sang pencipta. Hamil. Satu kata yang terlintas di kepala Alvaro

"Nanti sore ke dokter ya?" Ujar Alvaro

"Iya"

Allecia bersandar nyaman di bahu suaminya. Dia menghirup wangi parfum suaminya yang menenangkan. Sebenarnya, parfum Alvaro memiliki wangi maskulin yang kuat. Entah kenapa, wangi seperti itu malah membuat Allecia selalu nyaman dan tenang

"Kembar lagi nggak ya?" Tanya Allecia

"Entahlah. Yang penting sehat" ucap Alvaro

Allecia hanya bisa tersenyum saja mendengarkan ucapan suaminya. Dia memejamkan matanya sebelum ucapan Alvaro mengundang tawanya

"Yang..." Panggil Alvaro

"Hm? Kenapa?"

"Ini hitungannya anak kedua atau anak keempat ya?"

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang