Execution

7.1K 368 9
                                    

Alvaro kembali bersama ketiga putranya. Dia membawa Allecia ke mobil dan mengobatinya. Akhirnya acara menonton film mereka batal karena, baik Alvaro maupun ketiga anaknya tidak mengizinkan Allecia untuk menonton. Mereka berempat malah menyuruh Allecia untuk istirahat di rumah

"Kalian berempat berlebihan. Padahal mami cuma tergores sedikit saja" gerutu Allecia sementara Alvaro dan ketiga anak mereka malah sibuk menatap Allecia

"Lihat ke depan nyetirnya papi" suruh Allecia

Alvaro langsung kembali terfokus pada jalanan di depannya. Ketiga anak mereka memperhatikan Allecia dari kursi penumpang di belakang

"Mi, tangannya sakit nggak?" Tanya Arseno

"Nggak kok. Makanya harusnya tadi kita nonton aja"

"No! Nggak boleh. Kita itu harusnya ke dokter mi, obatin tangan mami" omel Armano

Ardano hanya sibuk memandangi Allecia dalam diam. Alvaro terkekeh mendengar ucapan putranya. Memang benar, Alvaro tadi juga berpikir begitu sebenarnya. Allecia menggelengkan kepalanya

"Kalian berempat overprotective" ucap Allecia

"Karena kita sayang mami" ucap Ardano yang sedari tadi terdiam

Alvaro tertawa kecil. Sebelah tangannya mengusap rambut Allecia dengan lembut

"Terima saja. Kamu memang ditakdirkan untuk disayangi oleh kami" ucap Alvaro

"Setuju!" Ujar ketiga putra mereka dengan kompak

Allecia mau tidak mau jadi ikut terkekeh geli. Sekitar satu jam perjalanan dan mereka sampai di rumah mereka. Allecia turun lebih dulu dan menemukan sebuah kotak kado berwarna  biru disana. Si kembar yang sudah mengantuk langsung bergegas turun dari mobil sambil membawa tas ransel kecil milik mereka. Allecia membuka kotak kado itu

Bruggh...

Alvaro langsung menoleh dan mendapati istrinya pingsan di depan pintu rumah mereka

"Alle!"

"Mami!"

Alvaro dan ketiga anaknya langsung berlari menghampiri Allecia. Alvaro mengangkat kepala istrinya dan menepuk pelan pipi sang istri sambil memanggil namanya

"Aaaa....!!" Jerit Armano keras

Atnan, Rudi dan asisten rumah tangga langsung keluar karena teriakan Armano. Alvaro sendiri kaget mendengar teriakan putranya. Arseno yang penasaran hendak melihat apa yang dilihat Armano tapi, tangan Ardano menutupi kedua matanya

"Jangan dilihat! Arman aja teriak begitu. Lebih baik kamu jangan lihat" ucap Ardano dan Arseno mengangguk

Atnan langsung menyuruh asisten rumah tangga, mengajak ketiga anak itu ke dalam. Alvaro menggendong Allecia, matanya sempat melirik ke arah kotak yang sudah membuat istrinya pingsan dan anaknya menjerit kencang. Seketika rahang Alvaro mengeras

"Atnan, rapikan itu, cari kurir yang mengantar itu kesini dan tanya siapa pengirimnya" suruh Alvaro pada Atnan yang hanya dijawab dengan kata "baik pak" oleh Atnan

Alvaro menggendong istrinya ke kamar mereka. Dia membaringkan istrinya di ranjang dan dia segera melepaskan sepatu istrinya. Alvaro mengambil segelas teh hangat dan baby oil lalu, dia segera kembali ke kamar mereka. Alvaro mengusapkan baby oil itu ke hidung istrinya

"Sayang..." Panggil Alvaro

Alvaro menghembuskan napas lega saat kening Allecia berkerut dan mata cantik itu mulai terbuka. Allecia langsung memeluk suaminya dengan erat. Alvaro mengusap rambut istrinya dengan lembut. Dia bisa merasakan istrinya gemetar ketakutan dan itu membuat Alvaro kesal

"Ssshh... Jangan takut sayang! Kan, ada aku disini" ucap Alvaro

Alvaro tahu dengan jelas siapa yang mengirim hal konyol seperti itu ke rumahnya. Hanya ada satu orang yang berani melakukan itu dan orang itu sudah mengibarkan bendera perang padanya. Tentu saja Alvaro akan melayani dengan senang hati

'Lo ngirim bangkai dengan kondisi berantakan ke rumah gue, maka gue akan balas dengan menjadikan lo bangkai yang mengenaskan secara perlahan. Natasha, tunggu ajal lo dengan manis'

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang