"Sudah lah, lebih baik kamu tante obati dulu" usul Tania
Tania mengobati luka di wajah Allecia
"Demam?"
Pertanyaan Tania membuat Alvaro dan Sandra terbelalak. Sandra langsung memegang kening Allecia dengan punggung tangannya. Alvaro menatap Allecia khawatir. Tania mengambil thermometer dan mengukur suhu badan Allecia
"38.5 derajat celsius" ujar Tania saat melihat thermometer
"Alle tidur di rumah mama saja ya nak?" Ajak Sandra
"Gak usah ma, nanti Alle ngerepotin mama"
"Alle"
"Alle gak apa ma. Cuma demam"
"Gak boleh! Pokoknya Alle gak boleh tidur sendiri di apartement"
"Ma..." Ujar Allecia
"Mama gak mau tahu. Alle gak boleh tidur di apart. Gak ada yang jagain kamu sayang, nanti kalau kamu tambah parah bagaimana?"
"Di rumah sakit saja ya?"
Allecia menggeleng
"Alle mau pulang..."
"Alle..."
"Sayang... Aku mau pulang..." Rengek Allecia pada Alvaro
Alvaro mengangguk
"Tapi, kamu tidur di rumah aku ya?"
Allecia menatap Alvaro sambil cemberut
"Aku khawatir sayang. Kamu tidur di rumahku saja ya"
"Iya Alle, tidur di rumah Varo saja. Biar nanti mama kirimkan pembantu kesana"
Allecia menatap Alvaro dengan memelas
"Pilih rumah sakit atau rumahku?"
"Rumah kamu saja deh sayang"
"Nah gitu dong"
Dengan kesepakatan antara Alvaro, Allecia dan Sandra , Tania kembali melanjutkan pekerjaanya yang sempat tertunda. Setelahnya dia memberikan resep untuk Allecia dan menyuruh susternya untuk mengambilkan obatnya di apotik rumah sakit
Allecia mulai merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Dia menarik kaus Alvaro pelan. Alvaro segera mendekat ke arah Allecia. Allecia langsung menyandarkan kepalanya di perut Alvaro
"Pusing yang?"
"Hn.." Allecia berdehem pelan. Dia menutup matanya untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya
Alvaro mengusap pelan rambut Allecia. Setelah lima belas menit, sang suster kembali dengan kantung obat di tangannya
"Nih Varo, dengarkan tante. Obat yang ini untuk turunin demamnya makan sehari tiga kali sehabis makan, kalau demamnya sudah turun gak usah diminum. Nah yang ini obat pusing minum kalau Alle pusing saja. Lalu yang ini antibiotik, sehari dua kali saja, harus dihabiskan. Ini salep buat lukanya Alle"
Alvaro mengangguk
"Tan, gak ada plester demam apa?"
"Gak ada. Jangan kasih dia plester demam lah! Nanti dia menggigil. Mending kompres dengan air hangat saja"
Alvaro mengangguk lagi
"Sana pulang! Sepertinya demamnya sudah naik lagi"
Wajah Allecia memerah, dan mulai berkeringat
"Yang kita pulang yuk" ajak Alvaro
"Gendong..." Rengek Allecia manja
Alvaro menggendong Allecia dengan bridal style. Dia pamit pada ibu dan tantenya lalu berjalan keluar
"Ma, tolong panggilin supir Varo dong" ujar Alvaro sebelum dia benar-benar keluar
"Siapa yang ikut kamu?"
"Atnan"
"Oke, mama telfonin dia"
"Thanks ma, Varo pulang dulu"
Sandra mengangguk dan segera menelfon Atnan untuk ke lobi. Alvaro dan Allecia memasuki Lift yang mulai sepi. Tetap saja tak sedikit orang yang menatap pasangan itu
"Kamu ringan banget sih yang. Makannya sembarangan deh pasti"
"Hn.."
Alvaro menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Allecia. Allecia dimasukkan ke dalam mobil dengan perlahan lalu Alvaro ikut masuk ke dalam mobil itu
"Sayang..." Panggil Allecia
"Kenapa yang?"
"Dingin..." Ujar Allecia pelan, matanya masih terpejam
Alvaro segera menarik jasnya yang masih tergantung rapi di kursi belakang dan menyelimuti Allecia
"Masih dingin yang?"
"Masih..."
Alvaro menarik Allecia ke dalam pelukannya dan menarik kepala Allecia untuk bersandar di dada bidangnya. Allecia menggumam pelan, entah apa yang diucapkannya Alvaro juga tidak mengerti
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...