Baik Alvaro maupun Alexander sama-sama berada di kamar itu menjaga Allecia. Mereka bergantian mengompres Allecia dengan handuk hangat
"Thanks" ujar Alexander
"For?"
"Lo udah bantuin gue menjelaskan ke Allecia. Kalau gak mungkin dia masih marah sama gue"
"Itu gunanya teman kan?"
Alexander mengangguk
"Lagi pula lo kan calon kakak ipar gue Lex"
"Lo serius pacaran sama adik gue?"
Alvaro menggeleng. Alexander menatap jengkel Alvaro saat Alvaro menggelengkan kepalanya
"Bukan memacari, tapi gue mau nikahin adik lo"
Alexander terkejut mendengar penuturan Alvaro
"Lo gila apa sinting?"
"Gak dua-duanya. Gue serius. Kan gue udah bilang sama lo"
"Iya sih. Tapi, emang Allecia mau?"
"Mau. Dia aja udah manggil bokap sama nyokap dengan sebutan papa dan mama kok"
"Serius lo?"
"Duarius!"
"Terserah kalian aja kalau gitu mah..."
Alvaro dan Alexander menatap wajah Allecia yang terlelap. Kedua pria itu tersenyum lembut menatap wajah damai Allecia yang seperti anak kecil
"Cantik" ujar mereka berdua tanpa sadar
"Memang adik gue cantik" ujar Alexander pada Alvaro
Alvaro hanya tersenyum dan menggeleng
"Iya deh yang adiknya cantik mah..." Ejek Alvaro
Alexander terkekeh pelan. Alvaro hanya tersenyum. Mereka menjaga Allecia semalaman sampai tertidur di kamar itu dengan posisi Allecia berada di tengah sedangkan Alvaro berada di sisi kiri dan Alexander di sisi kanan Allecia
"Hmm?" Gumam Allecia bingung saat melihat kedua pria itu di sisinya
Allecia menarik bibirnya untuk tersenyum simpul. Allecia memandang wajah damai Alexander dan Alvaro ketika mereka tertidur. Setelah puas memandang kedua pria itu Allecia memilih kembali tidur
.....
"Kak..." Panggil Allecia pelan
"Kakak..."
Allecia menggoyangkan lengan Alexander, tak ada jawaban. Allecia berbalik ke menghadap ke kiri dia menyentuh pelan pipi Alvaro
"Nggh..." Alvaro melenguh pelan
"Ada apa yang?" Tanya Alvaro dengan suara serak
Alvaro mengerjapkan matanya dan menatap Allecia. Allecia langsung bergelung manja di pelukan Alvaro
"Laper..." Bisik Allecia pada Alvaro
Alvaro tersenyum dia melihat jam tangannya
"Aku buatkan makan siang dulu kalau begitu"
Allecia mengangguk dan melepaskan pelukannya. Alvaro bangun perlahan dan meninggalkan Allecia dengan Alexander yang masih tertidur
'Al kangen banget sama kakak' batin Allecia
"Uhuk..uhuk..." Allecia terbatuk dan membuat Alexander terlonjak kaget
"Kenapa de?"
"Gak apa kak, cuma agak gatel aja tadi tenggorokannya"
Alexander menghela napas lega. Alexander segera meletakan punggung tangannya di kening Allecia
"Sudah jauh lebih baik"
"Hn.."
"Varo mana?"
"Kak Varo sedang membuat sarapan eh- makan siang maksud Al"
"Kakak ikut ke bawah kalau gitu"
"Al ikut..."
"Gak boleh"
"Yah! Kakak..."
"Gak boleh turun pokoknya"
Alexander meninggalkan Allecia di kamar itu dan menyusul Alvaro ke dapur. Alexander membantu Alvaro membuat sarapan pagi. Alvaro membuat bubur sedangkan Alexander membuat sup untuk Allecia
Tap...tap...tap
Bruughh
"Yang? Kenapa?" Tanya Alvaro kaget saat Allecia menabrak badannya dan memeluknya erat
"Yang?" Tanya Alvaro khawatir saat Allecia tidak menjawabnya
"Yang... Lepas dulu kita keluar dulu"
Allecia menggeleng. Dia tetap memeluk Alvaro dengan erat. Alvaro segera mengusap helaian rambut Allecia dan menatap Alexander
Plak...
Alexander memukul dahinya
"Gue lupa! Dia jangan ditinggal sendiri" ucap Alexander tanpa suara
"Maafin aku yang. Harusnya aku gak tinggalin kamu sendiri di kamar. Maaf. Maaf. Maaf..." Ujar Alvaro pada Allecia dengan penuh penyesalan
Perlahan Allecia menjauhkan badannya dari Alvaro. Allecia mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Alvaro
"Aku takut yang" cicit Allecia
"Maaf. Aku minta maaf. Kita ke kamar ya?"
"Gak mau. Takut"
"Ya sudah kita makan di ruang makan saja kalau begitu"
Allecia mengangguk. Alvaro menggendong Allecia ke ruang makan dan mendudukkan gadis itu di kursi
"Tunggu sebentar, sebentar lagi sarapan kita akan jadi"
Allecia mengangguk kembali. Alvaro mengecup singkat puncak kepala Allecia dan bergabung kembali bersama Alexander di dapur
"Gue merasa kita kayak baby sitter" bisik Alexander
"Asal buat Alle mah, jadi pembantu pun gue mau Lex"
Alexander menggelengkan kepalanya mendengar apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...