Allecia tersenyum saat melihat ketiga putranya sudah mendapatkan rapor mereka. Allecia mendatangi satu per satu kelas putranya. Mereka tergolong anak cerdas untuk ukuran anak kelas satu. Baru merasakan pendidikan sekolah dasar dan mereka bertiga sudah menjajaki peringkat satu dengn nilai yang cukup memuaskan
"Anak mami hebat... Mau makan apa nanti malam?" Tanya Allecia saat mereka dalam perjalanan pulang
"Makan apa ya?" Pikir Armano
Ardano malah sibuk mengutak-atik mainan miliknya yang ada di mobil mereka. Arseno sedang sibuk duduk di paling belakang dan sudah bersiap tidur di mobil mereka
"Arsen mau makan apa?" Tanya Armano
"Terserah papi aja" ucap Arseno santai
"Loh kok terserah papi? Kan yang nanya aku"
"Tapi, yang bayarin makan malamnya papi, kan?"
Allecia tertawa sedangkan Atnan tersenyum kecil medengar celotehan anak-anak boss-nya yang sudah akan menjajaki kelas dua sekolah dasar
"Mau pulang apa ke kantor papi?" Tawar Allecia
Dengan antusias ketiga anak itu menjawab
"Kantor papi" Armano dan Arseno menjawab kompak dan Ardano hanya menjawab "papi"
Allecia mengangguk dan meminta tolong agar Atnan mengantar mereka ke kantor suaminya. Sesampainya di kantor, Armano dan Arseno langsung berjalan menuju ke lift. Ardano masih sibuk dengan mainannya dan Allecia sedang menggandeng sebelah tangan Ardano
"Tante... Papi ada di dalam nggak?" Tanya Armano pada sekretaris ayahnya
"Eh, ada anak-anak... Siang bu" sapa sekretaris itu pada Allecia
"Siang kak. Bapak ada?" Tanya Allecia sopan
"Ada bu, bapak di dalam tapi, sedang ada tamu"
"Klient atau rekan bisnis?"
"Bukan bu, tapi, teman kuliah"
Allecia mengangguk. Mengetahui itu bukan rekan bisnis dan bukan juga klient membuat Allecia mengizinkan ketiga anaknya membuka pintu ruangan sang ayah
"Papi..." Jerit ketiga anak itu riang
Mereka berhenti berlari saat melihat perempuan di depan mereka sedang memeluk ayahnya
"Mami!!" Teriak ketiga anak itu memanggil Allecia yang masih berbincang dengan sekretaris suaminya
"Kenapa kalian teriak begitu?" Tanya Allecia
Dan saat Allecia melihat hal itu. Allecia hanya bisa tersenyum paksa
"Maaf mengganggu" ucap Allecia singkat
"Ar ayo pulang" ajak Allecia pada ketiga anaknya
Dengan segera Alvaro mengejar istri dan ketiga anaknya yang berjalan menjauh
"Sayang tunggu... Sayang..." Panggil Alvaro
Alvaro berhasil menggenggam tangan istrinya. Allecia berbalik dan menatap suaminya dengan penuh kekecewaan
"Sudah bosan sama aku, hm? Sangat bosan sampai cari yang baru? Kenapa nggak dibawa ke rumah? Kenalin ke anak-anak ibu baru mereka" ucap Allecia
"Sayang, aku nggak gitu. Cuma salah paham aja yang. Aku nggak kayak yang kamu pikirkan"
"Nggak? Masa sih? Emangnya gak bisa nolak?" Allecia masih bersabar sedikit. Allecia mengingat ada anak-anaknya, tidak mungkin dia bertengkar di depan ketiga anaknya
"Ada anak-anak. Kalau mau bicara nanti saja. Selesaikan saja urusan kamu sama ibu barunya anak-anak"
"Sayang..."
"Ar, kalian mau disini apa ikut mami pulang?" Tanya Allecia
"Mami mau pulang?"
"Iya Arman, mami mau pulang. Arman masih mau disini?"
Armano menggeleng. Dia memegang tangan Allecia erat
"Kita bertiga ke dalam dulu aja deh" ucap Ardano
"Mami jangan pulang dulu ya" ucap Arseno
Mereka bertiga meninggalkan kedua orang tua mereka. Kembar tiga itu masuk ke ruangan ayahnya dan melihat perempuan itu masih disana
"Tante siapa?" Tanya Armano
"Kalian siapa?"
"Aku Gio, ini kak Deo itu adik aku Rio"
"Saya gak tanya nama kalian!"
"Kita anak papi sama mami"
"Siapa pula itu papi?"
"Papi itu orang yang punya perusahaan ini"
"Oh. Kenalin kalau begitu. Aku calon ibu kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...