Makan malam yang romantis dan mewah. Itu merupakan kesan pertama Allecia pada apa yang dilakukannya malam ini. Sesekali Allecia melirik pria di depannya
'Seperti pernah ketemu, tapi dimana ya?' Pikir Allecia
"Saya tahu saya handsome, tapi jangan liatin saya terus dong. Nanti makanannya dingin" ujar Alvaro santai
"Ap- siapa juga yang liatin kakak?" Elak Allecia
Alvaro tersenyum. Dia melanjutkan acara makannya dengan tenang. Allecia sendiri memilih diam dan memakan makanannya
"Em.. Alle" panggil Alvaro
Yang dipanggil hanya diam dan menatap ke arah Alvaro
"Anak-anak yang tempo hari duduk di tukang nasi goreng itu teman-teman kamu?"
"Yang mana ya kak?"
"Yang hari itu saya menitip pesan sama tukang nasi gorengnya"
Allecia mengingat-ingat kejadian itu
"Oh yang itu! Iya. Mereka teman-teman Alle"
"Maaf sebelumnya, bukannya saya ingin ikut campur. Anak-anak itu terlihat seperti bukan anak baik-baik"
"Memang. To be honest, mereka hanya sekedar pengusir sepi buat Alle. Alle sendiri gak pernah benar-benar mengikuti kegiatan mereka. Alle selalu membatasi jam main Alle dengan mereka"
Alvaro diam dan menatap takjub pada gadis di depannya. Masih cukup muda dan cantik juga bebas, tapi pandai menjaga diri
"Alle memang tinggal sendiri, ayah sama bunda sibuk. Tapi, teman-teman Alle itu tidak pernah masuk ke apartement Alle"
"Kamu tidak pernah ikut kegiatan mereka selain tawuran?"
"Nggak pernah. Alle cuma tahu mereka suka adu balap di dekat CNI tapi, Alle gak pernah ikut. Alle tahu kalau Alle ikut kesana akan jadi beda nanti ceritanya. Ya... Kakak tahu lah apa yang Alle maksud"
Alvaro mengangguk
"Mereka tidak pernah ke apartement kamu? Kok bisa? Bukannya kamu suka makan malam bareng sama mereka?"
"Alle selalu pulang lebih dulu dan datang lebih awal. Kalau datang dan pulang Alle akan memutar jalan. Mereka tidak pernah tahu dimana Alle tinggal"
Alvaro mengangguk lagi. Dia benar-benar dibuat takjub oleh gadis kecil di depannya. Gadis yang terpaut tujuh tahun darinya, tapi lebih bisa berpikir dewasa dibandingkan teman-temannya
"Kak, maaf. Alle gak pernah tahu apa-apa tentang kakak, boleh Alle tahu sedikit?"
"Boleh. Tanya saja"
"Kak Varo lahirnya tanggal berapa?"
"28 Juli"
"Oh, lalu, umur kakak berapa?"
"21 menuju 22"
"Oh.. Okey"
'Seumuran kak Alex' batin Allecia
Allecia kembali memakan makanannya. Dia melihat ke arah jendela besar di sampingnya, menatap jalanan ibu kota yang dipenuhi kelip lampu jalan dan kendaraan
"Alle"
"Hm?"
"Apa menurut kamu aneh kalau, seandainya pria seumur saya berpacaran dengan anak seumur kamu?"
"Gak aneh kok kak. Setahu Alle dari yang pernah Alle dengar, kalau jodoh tak peduli berapa jauh umurnya tidak masalah"
"Kalau menurut kamu?"
"Oke-oke aja kok. Selama nyaman mah"
"Kamu sudah punya pacar?"
"Belum. Alle belum memikirkan sampai kesana"
"How about be my girlfriend?"
"Hah?"
Allecia menatap pria di depannya
"Would you be my girlfriend?"
"Kakak bercanda?"
"You think?"
Allecia menatap mata pria di depannya ini, berusaha mencari jejak kebohongan disana. Nihil. Allecia tidak menemukannya. Kalau boleh jujur, Allecia memang tidak pernah tahu bagaimana rasa dari jatuh cinta, tapi sejak hari dimana Alvaro memeluk pinggangnya untuk pertama kali di mall, Allecia merasakan jantungnya berdegup tidak karuan jika dia sedang bersama Alvaro. Seperti sekarang, Allecia sedang mati-matian menyuruh jantungnya untuk tenang
"Ada yang mau Alle tanyakan"
Alvaro tidak menjawab, hanya menatap intens ke arah Allecia
"Apa yang kakak lihat dari Alle?"
"Saya melihat kamu beda dari gadis lainnya. Kalau kamu tanya apa alasannya, saya sendiri juga tidak tahu"
"Lalu, kalau misal. Misal loh ya, misal, Alle jadi pacar kakak. Apa kakak akan mengenalkan Alle ke orang tua kakak?"
"Iya. Saya pasti akan membawa kamu ke rumah saya dan saya kenalkan dengan orang tua saya"
'Oke dia serius dan bertanggung jawab' batin Allecia
"Satu lagi, seandainya ada kejadian dimana kakak harus memilih Alle atau orang yang Alle kenal, siapa yang kakak pilih?"
"Kamu. Saya pilih kamu Alle"
"Meski orang yang Alle kenal misal umurnya tidak panjang?"
"Saya bukan orang yang mengorbankan perasaan saya dan orang yang saya sayang hanya demi menyenangkan orang yang hampir meninggal Alle"
Allecia mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...