Alvaro mengurus administrasi untuk Allecia, dia meminta Allecia dirawat di kamar VIP. Alvaro segera kembali ke kamar rawat istrinya. Dia duduk di kursi yang tersedia di sisi ranjang pasien, matanya menatap lekat wajah istrinya yang tengah terpejam
"Maaf pak, penyakit tumor otak istri bapak sudah berkembang menjadi kanker otak stadium tiga"
Ucapan dokter jaga tadi membuat Alvaro tanpa sadar menangis. Dia menatap wajah istrinya dan memejamkan matanya. Kepalanya berdenyut dan membuatnya pening tapi, rasa sakit di rongga dadanya membuat dia sulit untuk bernapas
"Kenapa kamu nggak bilang sama aku sayang? Kenapa baru sekarang dan dengan cara seperti ini aku tahu semuanya?" Lirih Alvaro
Alvaro mendengar pintu ruang rawat Allecia terbuka dan tertutup, serta suara langkah kaki seseorang memasuki pendengarannya
"Al" panggil orang itu
Sontak saja, Alvaro berdiri dan mencengkram tangan orang itu dan menariknya keluar dari kamar Allecia. Dia menghempaskan tangan itu dengan kasar
"Lo! Lo tahu semuanya dan lo nutupin semuanya dari gue! Kenapa?!"
"Al, sorry. Tapi, istri lo yang minta semuanya Al"
"Dan lo setujuin?! Lo pernah mikir nggak kalau penyakit dia tambah parah seperti sekarang gue harus berbuat apa?! Apa ini sumpah lo sewaktu lo diangkat jadi dokter?!"
"Al! Gue tahu gue salah. Tapi, Allecia ingin semua ini ditutupi karena dia nggak mau membahayakan nyawa anak kalian yang sedang dia kandung! Dia mohon-mohon sama gue untuk nggak ngasih tahu siapapun karena dia tahu, lo atau pun keluarga kalian akan menyuruh Allecia melakukan pengobatan yang tentu saja berbahaya untuk janin yang dia kandung! Ini semua demi lo dan anak kalian!!"
Alvaro terduduk di lantai rumah sakit. Dia tidak menyangka istrinya lebih memilih mengorbankan nyawanya dibandingkan kehilangan anak mereka. Alvaro menangis pilu. Dia sungguh-sungguh merasa kalau dirinya tidak berguna!
"Alle... Kenapa kamu lakuin ini sayang? Bahkan kamu tahu meski kita kehilangan dia, asal kamu sembuh kita masih bisa memberi adik buat anak-anak" lirih Alvaro
Bianca berjongkok dan menepuk bahu Alvaro
"Maafin gue. Kalau gue, gue nggak nyangka kalau Allecia nggak akan meminum obat yang gue kasih. Gue pikir dengan gue bilang itu vitamin, Allecia akan meminumnya dan itu bisa menahan perkembangan penyakitnya. Tapi, Allecia memilih nggak meminumnya. Kalau gue tahu seperti itu, gue nggak akan diam dan berbohong ke lo ataupun Alexander"
Alvaro masih diam, dia menangis. Bianca sudah menelpon Alexander dan menjelaskan semuanya. Setelah lima belas menit mereka berdua berdiam, Alexander datang dan menepuk bahu sahabatnya. Dia tahu saat ini sahabatnya butuh seseorang yang bisa menguatkannya
"Alle butuh lo. Dia butuh lo agar dia bisa jadi lebih kuat. Lo nggak boleh jatuh dan runtuh. Lo harus kuat, kuat buat Alle. Kita semua akan bantu lo"
"Kita?" Gumam Alvaro
Alvaro mengangkat kepalanya dan disana semua keluarga Legiand dan Dimitra sudah berdiri. Mereka semua datang setelah Alexander memberitahu mereka semua cerita yang Bianca katakan
"Ma..." Panggil Alvaro
Sandra memeluk putranya dan tangis Alvaro langsung pecah. Melupakan statusnya sebagai bapak anak tiga yang sudah berusia kepala tiga, Alvaro menangis seperti anak umur lima tahun. Alvaro menangis dan memeluk ibunya dengan erat, bahkan Julio juga memeluk putra sematawayangnya mencoba memberi kekuatan pada putra mereka
"Papa tahu ini berat, kami ada disini untuk kalian..." Ujar Julio
Alvaro masih terisak. Jujur saja, mungkin jika keadaan tidak sedang mengkhawatirkan seperti sekarang, Alexander pasti tertawa melihat Alvaro yang notabane-nya sangat menyebalkan, dingin, kaku, flat, bisa menangis seperti seorang balita. Tapi saat ini, Alexander semakin yakin dan salut pada Alvaro. Dari apa yang dilakukan pria itu untuk adiknya sampai saat ini, Alexander tahu Alvaro sangat teramat mencintai dan menyayangi adiknya
"Sudah sayang, jangan nangis terus. Nanti kalau Alle sadar lalu dia lihat wajah kamu merah dan mata kamu sembab, dia bisa nangis nanti. Ssshh... Jangan nangis lagi!" Ujar Sandra sambil mengusap-usap punggung tegap putranya
Hanya ada satu kata yang bisa dipikirkan oleh semua orang disana saat melihat keadaan seorang pebisnis hebat dan arrogant, Alvaro Kenneth Dimitra pada saat ini. Dan hal itu adalah
'Runtuh'
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...