"Kemana saja kakak selama empat tahun hah?! Al sendirian di rumah, ayah dan bunda menganggap Al gak pernah ada!"
"Al"
Alexander menatap Allecia dengan tatapan menyesal
Allecia mendengus kembali dengan senyum mengejek
"Ada atau gak ada aku di rumah tidak ada bedanya kan? Perempuan di belakang kakak lebih penting dan lebih berharga dari apapun"
"Al... Jangan bilang begitu!"
Alvaro hanya menjadi penonton karna dia sama sekali tidak tahu kalau Allecia adalah adik dari sahabatnya
"Apa?! Kakak membelanya juga sekarang?"
"Al, dia adik kita"
"Dan dia juga yang membuat Al diusir dari rumah!! Apa kakak tahu itu?!!"
"Al" lirih Alexander, Alvaro kini membulatkan matanya tidak percaya
"Bunda mengusir Al empat tahun yang lalu dan ayah sama sekali tidak membela Al atau menahan Al! Kenapa?! Karna dia!!" Tunjuk Allecia pada Alexis
"Karna semua sandiwara dia! Karna dia yang gak pernah bisa sadar diri kalau dia itu penyakitan!"
"Allecia!!! Jaga ucapan kamu!!"
Allecia menatap Alexander tidak percaya. Tidak pernah Alexander membentaknya. Allecia tersenyum merendahkan. Perih dan sakit tersirat di matanya
"Bagus! Bagus banget! Hebat kamu Lexie, setelah bunda dan ayah sekarang kak Alex?"
Alexis terdiam begitu pula Alexander. Alexis menatap takut Allecia, sedangkan Alexander merasa bersalah pada adiknya
"Tapi gue gak heran. Karna pada dasarnya semua orang cuma menatap lo Lexie. Dulu, kak Alex mendorong gue demi nolong lo yang sebenarnya sudah ditolong ayah. Seluruh keluarga Legiand meninggalkan gue sendiri seolah lupa kalau gue juga ada disana"
Allecia menatap ke arah Alexander. Tangannya menarik poni yang menutupi dahinya
"Saya gak akan pernah lupa dengan ini. Terima kasih untuk hadiahnya!" Ujar Allecia pada Alexander
Rasa bersalah Alexander semakin menumpuk saat melihat bekas luka di kening adikya yang sampai saat ini belum menghilang. Luka yang disebabkan olehnya
"Satu hal yang anda lupa! Luka ini, meski bekasnya hilang sekalipun tapi rasa sakit disini tidak akan pernah hilang!!!" Allecia menepuk dadanya sendiri
Allecia berbalik dan melangkah menjauh
"Ah... Saya hampir lupa..." Allecia berhenti dan berbalik dengan senyuman paling manis di wajahnya
"Beritahu keluarga Legiand saya akan kesana beberapa hari lagi untuk mencabut nama saya dari keluarga Legiand"
Allecia meraba lehernya, kalung pemberian kakaknya saat ulang tahun ke tujuhnya. Allecia melepas kalung itu dan menarik tangan Alexander. Allecia meletakan kalung itu di telapak tangan Alexander dan menutup tangan Alexander dengan jemari Alexander sendiri
"Saya kembalikan sisanya nanti. Terima kasih untuk semuanya" ujar Allecia sambil tersenyum manis
"Saya permisi"
Allecia berjalan menjauh, Alvaro memilih menyusul Allecia
....
"Kamu ngapain ikuti aku kak?"
"Gak apa. Saya cuma pengen aja"
"Kak Varo teman dia?"
"Hn. Kan saya pernah ke rumah kamu waktu itu, dan kamu pernah memarahi saya karna saya tidak pakai jaket padahal saya naik motor"
Langkah kaki Allecia terhenti. Allecia langsung berbalik dan menatap Alvaro
"Jadi, kakak?"
Alvaro mengangguk. Alvaro mendekat dan mengusap wajah Allecia. Ada sedikit luka memar disana
"Ke dokter ya?" Tawar Alvaro
"Ke tempat tantenya kak Varo maksudnya?"
"Hmm... Iya"
"Memangnya parah banget apa kak?"
"Memangnya gak sakit yang?"
"Sakit sih, dikit..."
"Ke dokter aja ya? Saya gak tega ngeliat wajah kamu memar-memar begini"
"Ya sudah"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...