Allecia menutup pintu kamar putranya. Dia yakin ketiga putranya sudah tertidur walau masih sedikit terisak. Allecia melangkah ke kamarnya dan membuka pintu kamar itu. Dia melihat Alvaro sedang berbaring di atas ranjang. Allecia menghela pelan dan menutup pintu sebelum dia mendekati suaminya
Allecia mendekat dan terlihatlah wajah Alvaro yang agak pucat dengan bulir keringat yang mengucur di wajah tampan yang tengah terpejam itu. Allecia meletakan punggung tangannya di kening Alvaro dan menghela pelan
"Sakit beneran" gumamnya
Dengan segera Allecia turun ke dapur, mengambil baskom kecil dan juga beberapa obat dan seteko air hangat beserta gelas bersih. Lalu, Allecia kembali ke kamarnya. Dia meletakan teko air, obat dan gelas di nakas di sisi Alvaro sementara dirinya mengambil air hangat dari kamar mandi dan mengambil dua buah handuk kecil
"Makanya, kalau dibilangin tuh nurut!" Gumam Allecia pelan
"Sampe sakit gini kan"
Allecia meletakan handuk hangat di kening Alvaro, lalu dia melepaskan kaus kaki suaminya dan melemparkan kaus kaki itu ke lantai, lanjut dengan melepaskan dasi, ban pinggang, dan kemeja suaminya. Allecia membiarkan Alvaro tertidur dengan bertelanjang dada, tentu saja Allecia menyelimuti suaminya dengan selimut mereka yang cukup tebal. Selesai melepaskan semua itu, Allecia membawa itu ke keranjang cucian dan segera kembali untuk mencelupkan handuk di kening suaminya ke air hangat kembali
"Cepat sembuh sayang..." Bisik Allecia pelan
Allecia menunggui Alvaro dan dengan sabar mengganti handuk kecil di kening suaminya itu. Sampai Allecia melihat kening alvaro sedikit berkerut dan matanya mulai terbuka
"Sudah bangun?" Tanya Allecia pelan
"Ini dimana?"
"Di rumah tentu saja"
Alvaro mengangguk. Allecia duduk di tepi ranjang dan membantu Alvaro duduk. Setelahnya Allecia menyodorkan air putih untuk suaminya minum
"Apa kepalamu pusing?" Tanya Allecia dan Alvaro mengangguk kecil
Allecia memberikan obat penurun demam dan obat sakit kepala kepada Alvaro, dengan segera Alvaro meminum itu dan menyandarkan kepalanya ke sandaran ranjang di belakangnya
"Coba kalau kemarin malam kamu menurut dan tidak begadang sampai pagi, gak akan sakit kayak gini kamu pasti!" Allecia menasehati
Alvaro membuka matanya dan memeluk Allecia, dia menyandarkan kepalanya di bahu sang istri
"Maaf, nggak lagi-lagi deh" ucap Alvaro
"Iya sekarang lagi sakit bilang begitu, ntar juga kalo udah sembuh balik lagi!"
Alvaro terkekeh kecil. Dia mengusapkan hidungnya ke bahu Allecia, berusaha menghirup wangi istrinya yang cukup menenangkan baginya
"Kamu tuh ya, marahin anak-anak sampai Arman nangis tadi"
Alvaro langsung menjauhkan badannya dari Allecia dan menatap heran istrinya
"Aku?" Ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri
"Marah-marah sama anak-anak?" Tanya Alvaro
"Iya" Allecia mengangguk mantap
"Kamu marahin anak-anak eh lebih tepatnya membentak dengan sangat keras sampai Arman yang nggak pernah nangis, nangis kencang banget tadi"
Alvaro langsung beranjak dari ranjangnya dan bergegas ke kamar anak-anaknya. Alvaro melihat mereka terlelap, tangan Alvaro mengusap pipi Ardano lalu, beralih ke ranjang Armano dan mengusap pipi itu. Bahkan, Alvaro terkejut saat merasakan pipi anaknya sedikit basah
"Maafin papi ya" bisiknya
Ardano terbangun dan melihat ayahnya ada di dekat adiknya. Jelas saja Ardano terdiam. Dia tidak menangis tapi, dia memang takut pada ayahnya. Merasa seseorang memperhatikannya, Alvaro menoleh dan mendapati Ardano tengah duduk di atas ranjangnya sambil menatap ke arahnya dengan takut
Alvaro beranjak dan mendekati Ardano. Sontak saja Ardano gemetaran. Miris hati Alvaro melihat putranya sendiri takut padanya. Alvaro duduk di tepi ranjang Ardano
"Maafin papi ya kak" ucap Alvaro
Ardano masih diam saja dia masih takut pada ayahnya. Ayahnya tadi siang sangat menyeramkan. Saat mereka berdua tengah terdiam, Alvaro mendengar isakan keras di belakangnya. Saat Alvaro menoleh dia melihat Armano sudah terbangun dan sedang menangis di sudut kamarnya. Sementara Arseno hanya bisa menangis dalam diam
"Arman... Papi minta maaf ya" ucap Alvaro
"Mami....!" Jerit Armano keras membuat Alvaro semakin merasa bersalah
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...