Papi Bangun...

8.9K 392 8
                                    

Allecia menyuruh Alvaro kembali ke kamar mereka, terlebih Alvaro memang belum terlalu sehat. Allecia memeluk Armano dan menepuk pelan punggung putranya

"Ssstt... Jangan nangis sayang..."

"Papi kan tadi nggak sengaja... Papi juga sudah minta maaf kan?"

Armano menggeleng kuat. "Papi hiks jahat hiks...hiks" ucapnya

"Nggak kok sayang. Papi nggak sengaja, tadi papi itu lagi pusing karena papi sakit sayang" Allecia memberi penjelasan

"Jangan marah sama papi lagi ya? Kasihan kan papi lagi sakit..." Bujuk Allecia lagi

"Biarin! Biarin papi sakit! Papi hiks jahat... Arman hiks nggak sayang hiks papi lagi..."

"Eh... Jangan gitu dong sayang. Kan papi nggak sengaja"

Allecia menyerah, membujuk Armano cukup sulit terlebih anak itu sudah terlalu takut pada ayahnya sendiri. Allecia akhirnya mengalah dan keluar dari kamar itu kembali ke kamar suaminya. Dan dia dikejutkan oleh Arseno yang sudah ada di kamarnya bersama dengan Alvaro

"Maafin papi ya de... Papi nggak sengaja bentak kalian" Ucap Alvaro

Arseno mengangguk kecil. Dia mengusap airmatanya sendiri dan memeluk Alvaro

"Papi sakit?"

"Cuma demam"

"Papi bobo, biar cepet sembuh" ujar Arseno

Alvaro tersenyum dan mengusap rambut anaknya dengan penuh sayang. Alvaro akhirnya mengangguk dan melihat Allecia ada di pintu

"Arsen mandi dulu ya, udah sore. Papi janji deh papi tidur" ucap Alvaro dan Arseno mengangguk

"Cepat sembuh papi" ucap Arseno

Arseno segera berlari keluar dari kamar orang tuanya dan masuk ke kamarnya

"Arsen yang bakal bujuk kakak-kakaknya" ucap Allecia seolah paham kekhawatiran suaminya

"Kamu istirahat aja, demamnya nanti naik lagi loh"

Alvaro mengangguk. Dia memejamkan matanya kembali dan mulai terlelap dengan bantuan efek samping dari obat penurun demam yang tadi diminumnya. Allecia segera keluar dan menyiapkan makan malam untuk anak-anaknya. Sekitar jam tujuh malam, kembar tiga itu sudah duduk di meja makan dan menyantap makan malam mereka. Allecia melihat Armano masih berwajah cemberut

Tak lama Alvaro turun dan duduk di kursinya. Dia melihat Armano tidak melihatnya sama sekali. Alvaro hanya menghela pasrah. Dia mulai memakan makanan yang ada di meja dengan perlahan. Tenggorokannya terasa sedikit sakit, karena itu dia makan perlahan

"Arman selesai" ucap Armano sebelum berjalan keluar dari ruang makan

"Kak, maafin papi ya" ucap Alvaro pada Ardano dengan suara cukup serak

Ardano mengangguk dia turun dari kursinya dan naik ke pangkuan Alvaro hanya untuk memeluk ayahnya

"Cepat sembuh papi, suara papi kayak kodok" ucap Ardano

Alvaro terkekeh geli diikuti tawa Ardano. Ardano turun dari pangkuan ayahnya dan segera duduk lagi di kursinya. Armano yang kesal mendengar tawa kakaknya akhirnya jadi lari keluar dari rumahnya, kebetulan saat itu Alvaro hendak menghampiri Armano dan dia melihat putra keduanya itu berlari keluar sementara di luar sedang hujan

"Arman..." Panggil Alvaro pelan, suaranya serak dan tenggorokannya sakit. Alvaro menyusul putranya

Arman mendengar panggilan itu, tapi karena dia kesal pada ayahnya dia berlari menjauh dan saat itu dia tersandung kakinya sendiri

"Arman!" Teriak Alvaro kaget

Allecia dan kedua anaknya serta Atnan supirnya langsung menghampiri Alvaro karena teriakan yang cukup keras itu. Mereka menemukan Armano ada dalam pelukan ayahnya, tergeletak tepat di sebelah tangga dan dinding pilar rumahnya

"Astaga!" Pekik Allecia

"Arman, kamu nggak apa-apa?" Tanya Allecia saat Armano berhasil duduk dan pelukan Alvaro terlepas

"Nggak pa-pa. Tapi, papi..." Ucap Armano pelan

"Pi... Papi.." Panggil Armano sambil menggoyangkan lengan ayahnya yang kini terpejam

"Atnan, tolong bantu saya bopong bapak ke kamar" ucap Allecia dan Atnan segera mengangguk

Armano menangis di kamar ayahnya, dia menangis karena Alvaro tidak bangun-bangun sejak tadi. Sudah lewat empat puluh menit dan ayahnya belum bangun. Allecia sudah membujuk Armano agar tidak menangis. Vale juga sudah datang dan memeriksa Alvaro

"Jangan nangis jagoan! Papi kamu kuat kok. Dia cuma sedang tidur aja" ucap Vale menenangkan keponakannya

Allecia mengantar Vale yang harus kembali ke rumah sakit. Vale bilang, Alvaro hanya pingsan karena terbentur dinding pilar dan sepertinya saat itu kepalanya tengah pusing. Allecia menangguk paham dan mengucapkan terima kasih pada kakak sepupu ipar-nya. Kembali ke kamar Allecia dan Alvaro, Armano masih sibuk menangis disana sambil duduk di atas kaki ayahnya dan memegangi kaus ayahnya dengan erat

"Papi.... Bangun..."

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang