Allecia tersenyum saat melihat Alvaro terlelap dengan pulas di sisi ranjangnya. Kepala Alvaro berada di sisi ranjang Allecia atau lebih tepatnya di atas sebelah tangannya yang dia lipat di atas tepi ranjang Allecia, sementara tangan satunya menggenggam sebelah tangan Allecia
"Ssstt..." Allecia mendesis memberi tanda pada seseorang di ujung ruangannya untuk tidak berisik
"Alle?" Orang itu berbisik dengan terkejut
Seketika itu ruangan Allecia ramai dengan para tamu yang berkunjung yang tak lain kedua mertua Allecia dan kakak iparnya
"Kapan kamu bangun?" Tanya Sandra
"Tadi pagi ma"
"Alvaro tidur dari tadi?"
Allecia menggeleng pelan. Tangannya yang bebas mengusap rambut hitam kecokelatan suaminya dengan sayang
"Baru lima menit yang lalu. Sepertinya dia lelah sekali"
"Memang lelah Alle" ujar Valencia
"Hm?"
"Dia selama kamu dirawat disini, dia tidur hanya satu sampai dua jam setiap harinya"
"Pantas saja. Begitu terlelap langsung pulas"
Sandra tersenyum dia mengusap rambut Allecia dengan penuh sayang. Valencia mengambilkan selimut dan menyelimuti punggung Alvaro. Tangan Allecia terus digenggam oleh Alvaro
"Alle"
"Ya ma?"
"Ada yang mau bertemu kamu. Tapi, nanti jangan marah ya?"
"Siapa?"
"Nanti mereka datang"
"Oh. Lalu anak-anak dimana ma?"
"Sama mereka dan papa"
"Oh... Ya sudah. Tapi, mereka datangnya nanti sore saja ma, kasian Varo kalau baru tidur sudah bangun lagi. Biar Varo tidur sampai puas dulu ma"
Sandra mengangguk dia memahami betapa suami istri di depannya ini saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Terlihat dari wajah tenang Alvaro saat tertidur. Terkadang keningnya berkerut seperti bermimpi buruk namun, saat itu Allecia akan mengusap rambut atau pipi Alvaro dan seketika wajah Alvaro kembali tenang dalam tidurnya
"Alle..." Panggil Alvaro lirih
Allecia tersenyum dan menunduk
"Ssstt... Aku disini sayang... Jangan khawatir...!" Bisik Allecia sembari mencium pipi Alvaro yang mulai berjanggut
Sesudahnya tangan Allecia dia letakan di pipi Alvaro. Demi agar Alvaro ternyenyak kembali
......
Alvaro menggenggam tangan istrinya erat. Meyakinkan dirinya akan ada di sisi istrinya. Allecia menatap Alvaro dengan heran saat melihat tamunya
"Maaf. Ada perlu apa anda sekalian kesini?" Tanya Allecia dengan nada datar
"Al, bunda mau menjenguk kamu sayang" ujar Agatha
Allecia mengernyit mendengarnya. Apa dia tidak salah dengar? Dia tidak terlempar ke dimensi lain kan? Bagaimana bisa seorang Agatha berbicara padanya dengan selembut itu?
"Maafkan bunda nak, bunda salah selama ini" ujar Agatha lagi saat Allecia tidak kunjung berbicara
Allecia mendengus, membuat semua anggota keluarga Legiand bingung. Dan saat mereka menatap Allecia saat itu juga hati mereka, terutama Agatha dan Varell mencelos. Allecia menyunggingkan senyum sinisnya pada mereka. Sorot mata ibu tiga anak itu amat dingin dan menusuk
"Saya rasa anda semua salah ruangan. Saya lelah, saya mau istirahat" ujar Allecia mengusir secara halus
"Al, bunda-"
"Maaf, saya hanya punya satu orang ibu dan itu ibu Sandra. Selain itu saya hanya punya satu keluarga yaitu, keluarga besar Dimitra" ucapan Allecia yang menyela perkataan Agatha membuat jantung Varell berdenyut nyeri
"Sayang, aku ke tempat anak-anak dulu ya" ujar Alvaro
Allecia menahan tangan Alvaro untuk tetap tinggal. Alvaro hanya tersenyum. Dia mengecup puncak kepala Allecia dan berbisik
"Selesaikan dulu masalahmu dengan mereka. Gunakan hati dan pikiran yang tenang. Ada hal yang kamu tidak tahu tentang ayah. Ayah sangat menyayangi kamu"
Bisikan Alvaro membuat Allecia terkejut. Dia ragu pada apa yang diucapkan oleh suaminya. Allecia akhirnya membiarkan Alvaro pergi. Allecia memastikan pintu kamarnya tertutup rapat sebelum berucap dengan santai
"Saya masih hidup kalau itu yang sebenarnya kalian ingin ketahui"
Seluruh anggota keluarga Legiand di ruangan itu terkejut juga bingung
"Ah! Saya hampir lupa. Anda pernah menawarkan sejumlah uang asal putri anda selamat, kan nyonya Agatha Rexsil? Apa anda kesini untuk meminta saya menandatangani cek lagi? Kalau begitu, sebaiknya anda semua pulang. Saya tidak menerima bayaran apapun dan mulut saya akan terkunci rapat-rapat. Lagi pula..." Allecia menggantungkan ucapannya. Dia menarik napasnya, mencoba menghilangkan sakit di dadanya yang sedari tadi mengganggunya
"Bukankah anda bilang itu kewajiban saya, untuk memberikan segalanya bahkan nyawa saya untuk melindungi putri anda? Sebagai tanda syukur atas jasa anda memunculkan saya di dunia ini. Jadi, saya tidak meminta bayaran apapun selain..."
"Tolong berikan saya dan keluarga saya kedamaian. Jangan rusak kebahagian keluarga kecil saya! Hanya itu saja yang saya minta dari anda nyonya. Bisakah anda melakukannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...