"Dingin pi"
Alvaro langsung menoleh dan saat itu Allecia memberikan selimut kecil padanya. Di mobil mereka ini memang ada selimut kecil untuk ketiga anak itu. Allecia sendiri yang berpesan untuk selalu meletakan selimut kecil disana dan menggantinya setiap seminggu sekali. Jadi, kalau anak-anak mereka tertidur di mobil, Alvaro dan Allecia akan langsung menyelimuti anak-anak mereka dan sepertinya saat ini selimut itu benar-benar berguna
"Masih dingin kak?" Tanya Alvaro setelah dia membungkus putra sulungnya dengan selimut itu
"Hnnn..."
Alvaro meminta jaket miliknya dari sang istri dan dengan segera Alvaro membungkus badan putranya dengan jaket itu. Alvaro mematikan ac yang ada di bagian depan dan hanya menyalakan di bagian belakang saja. Alvaro memeluk putra sulungnya itu dengan erat dan mengecupi kening putranya
Tiba di rumah sakit terdekat, Alvaro turun sendiri dan meminta Allecia menunggu bersama kedua putranya di mobil. Alvaro menggendong si sulung dalam dekapan eratnya. Mendaftar ke bagian khusus anak dan dengan tidak sabar menunggu antrian
"Sabar ya kak, lima orang lagi kok" bisik Alvaro pada Ardano yang merngerang kecil
"Papi..." Ardano mulai menangis
"Ssshh... Kenapa sayang? Kasih tahu papi apa yang sakit?" Alvaro mulai khawatir saat putra sulungnya menangis. Padahal selama ini Ardano sangat jarang menangis
Ardano tidak menjawab lagi. Anak itu hanya menarik baju ayahnya dengan kencang dan bergelung di dekapan ayahnya dengan tidak tenang seolah mencari sesuatu. Alvaro mengelusi rambut putranya. Dia baru tersadar kenapa tidak membawa putranya ke UGD? Tapi, dia pikir lagi, ke UGD pun tidak akan sespesifik dokter khusus. Menunggu selama tiga puluh menit, akhirnya giliran Ardano untuk masuk
"Siang pak" sapa Dokter anak itu
"Siang dokter"
Alvaro membaringkan putra sulungnya di ranjang pasien untuk di periksa oleh dokter itu. Sang dokter memeriksa dengan teliti. Dia mengangguk dan memberikan Ardano obat melalui suntikan. Setelahnya, dia membiarkan Alvaro menggendong putranya kembali
"Anak bapak terkena flu, gejala radang tenggorokan dan kelelahan. Apa anak bapak habis berpergian?"
"Ya. Kami tadi sedang bermain di Dufan"
Dokter itu mengangguk. Dia menuliskan resepdan memberikan resep itu pada Alvaro
"Tadi saya sudah menyuntikan obat penurun demam. Nah, ini obat yang harus ditebus. Semoga anak bapak cepat sembuh"
Alvaro mengangguk. Dia keluar dan meminta bodyguard yang ikut dengannya untuk menebus obat itu. Alvaro duduk dan mengusap rambut putranya yang sedang terlelap
"Papi..." Igau anak itu Alvaro segera mengusap pelan pipi putranya
"Cepat sembuh kak" ucap Alvaro
Alavaro kembali ke dalam mobilnya dengan wajah cemas Allecia menyambut disana. Alvaro duduk dan menyelimuti kembali putra sulungnya. Rudi menjalankan mobil mereka keluar dari rumah sakit menuju ke rumah majikannya
"Sakit apa Ardan yang?" Tanya Allecia
"Flu dan gejala radang tenggorokan juga kecapaian main tadi"
Allecia mengangguk paham
"Kayaknya aku tahu deh kenapa Ardan bisa sakit" jawab Alvaro
"Kenapa?"
Alvaro bergeser sedikit dan melongok ke belakang. Melihat istrinya yang sedang menatapnya heran sambil menunggu jawabannya
"Ketularan aku kemarin kayaknya. Kan kemarin itu dia sempet peluk aku terus cium-cium aku juga"
"Tapi, kan Arman sama Arsen juga. Mereka okey kok"
"Ardan kan lebih sering pelukin aku kemarin pas aku sakit. Orang kamu aja sampai marah-marah juga kan kemarin"
Allecia mengangguk membenarkan ucapan suaminya. Memang benar kemarin Ardano menempeli ayahnya meski mereka bilang Alvaro sedang sakit dan tidak boleh dekat-dekat. Allecia menghela pasrah
"Jadi, Ardan tidur sama kita dong? Kalau tidur sama Arsen sama Arman nanti pada ikut kena"
Alvaro mengangguk. "Gini aja, Kamu tidur sama Arsen sama Arman. Aku tidur sama Ardan"
"Kan kamu harus kerja yang... Masa mau cuti lagi?"
"Ya mau gimana lagi?"
Allecia mengangguk pasrah. Dia mengiyakan usul suaminya. Alvaro langsung mengabari ayahnya jika dia akan cuti untuk beberapa hari ke depan. Memang Ardano dan kedua adiknya menjadi sangat manja pada ayahnya kalau mereka sedang sakit. Allecia sendiri mengakui itu
"Maafin papi ya kak, kakak jadi ketularan"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...