"Sayang..."
Allecia yang baru saja tertidur jadi kembali terbangun lantaran dia mendengar suara suaminya. Allecia menoleh dan mendapati Alvaro tengah berdiri dengan napas terengah dan pakaian yang cukup berantakan. Alvaro menghampiri Allecia dan mengecup kening Allecia
"Selamat datang" ujar Allecia
"Kamu baik-baik saja?" Bukannya membalas sapaan istrinya, Alvaro justru melontarkan pertanyaan baru pada Allecia
Allecia hanya terkekeh. Alvaro mendesah lega. Bukan apa-apa, Alvaro tengah berada di DC untuk bertemu dengan kliennya, tiba-tiba saja dia mendapat telepon dari ibunya kalau Allecia dilarikan ke rumah sakit karena kelahiran anak mereka yang lebih cepat dari perkiraan. Jelas saja Alvaro langsung menyudahi pertemuan mereka, meminta maaf dan menjelaskan alasannya lalu, terbang pulang ke Indonesia dengan pesawat pribadinya
"Bagaimana meeting-nya?" Tanya Allecia
"Ditunda..."
Allecia mengangguk
"Anak-anak kita tampan loh..."
Alvaro mengangguk. Dia masih berusaha menghilangkan rasa khawatir di dalam hatinya. Sesekali Alvaro menghirup wangi sampo istrinya dan mengecup puncak kepala sang istri dengan lembut. Tak lama pintu ruang rawat itu terbuka dan menampakan perawat yang membawa box bayi ke kamar Allecia. Alis Alvaro saling bertautan ketika dia melihat tiga box di depanya
"Kenapa?" Allecia bertanya setelah perawat-perawat itu pergi
"Anak kita kembar tiga?"
"He-em..." Allecia berdeham sambil mengangguk
Alvaro mengerjapkan matanya
"Serius?"
"Ya kamu lihatnya bagaimana?"
Alvaro langsung memeluk Allecia dan menciumi pipi sang istri dengan sangat senang
"Yang... Kasih nama dulu itu anak-anak kita" rengek Allecia saat Alvaro masih saja menciuminya
Alvaro mengangguk dan melepaskan pelukannya. Dia melihat papan yang terletak di box bayi dan melihat jam lahir mereka
"Yang paling tua Deo Ardano Kenneth Dimitra"
"Yang kedua?"
"Yang kedua, Gio Armano Kenneth Dimitra"
"Yang bungsu?"
"Yang kecil ini aku beri nama Rio Arseno Kenneth Dimitra"
"Nama yang bagus"
Allecia tersenyum bersama Alvaro sampai dia mengingat sesuatu
"Yang..."
Alvaro menoleh, menatap Allecia
"Maaf..." Alvaro mengernyit heran
"Kenapa?"
"Kata dokter Arseno agak lemah fisiknya"
Alvaro terdiam dia mendengarkan ucapan istrinya
"Jarak Arman ke Arsen cukup dempet. Dan itu bukan salah kamu sayang..." Bujuk Alvaro saat Allecia selesai menceritakan keadaan anak-anak mereka
Ya, jarak kelahiran antara Ardan dengan Arman memang agak jauh sekitar 15 menit sedangkan, jarak kelahiran Arman dengan Arsen hanya terpaut lima menit saja. Jelas hal semacam itu pasti terjadi, dan Alvaro sama sekali tidak menyalahkan Allecia. Alvaro tahu betul dengan jarak waktu lima menit mana bisa istrinya beristirahat. Nyawa Arseno dan Allecia selamat saja sudah merupakan keajaiban tersendiri untuk Alvaro
"Kata kak Vale, Arsen harusnya bisa sehat seiring dengan bertambahnya umur dia. Karena dengan umur dia yang bertambah, otomatis daya tahan tubuhnya makin kuat"
Alvaro mengangguk dia mencium puncak kepala Allecia
"Kalau begitu, yang harus kita lakukan sekarang adalah memberikan ketiga anak kita kasih sayang yang sama dan juga nutrisi yang sama-sama bagus untuk mereka dan sedikit lebih banyak nutrisi untuk Arsen"
Allecia mengangguk, menyetujui ucapan Alvaro. Dalam hati dia berjanji akan menyayangi ketiga anaknya dengan jumlah cinta dan kasih sayang yang sama. Agar tidak ada satu orang pun dari ketiga anaknya yang merasakan rasa yang pernah dia alami
"Lebih baik kamu istirahat. Biar aku yang jaga anak-anak..."
"Sebentar lagi juga mereka dibawa balik ke ruang bayi. Kamu mau ikut jagain mereka disana?"
Alvaro menampakan raut berpikir
"Nggak deh. Aku jaga mami-nya anak-anak saja kalau begitu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...