Keanehan

6.1K 289 7
                                    

Alvaro terus menatap wajah istrinya yang sedang terlelap. Dia heran dengan apa yang terjadi dalam kurun waktu tiga hari. Alvaro mengulurkan tangan besarnya dan menangkup sebelah pipi sang istri. Dia mengusap pipi itu dengan ibu jarinya

"Kamu kenapa sebenarnya? Kenapa kamu nggak kasih tahu aku sayang?" Bisik Alvaro lirih

Alvaro memutuskan keluar dari kamarnya dan turun ke ruang tamu. Dia menghubungi Atnan, tidak peduli saat itu jam sudah menunjukan pukul dua pagi

"Atnan, maaf ganggu waktu istirahat kamu. Saya mau tanya, beberapa hari yang lalu, Alle benar-benar ke dokter?"

"Iya pak. Saya yang mengantar ibu ke rumah sakit waktu itu"

"Ke rumah sakit mana?"

"Rumah sakit M, pak"

"Oh... Ya sudah thanks, maaf ganggu..."

"Iya pak, tidak apa-apa"

Alvaro mengakhiri panggilan itu dan meletakan ponselnya di meja ruang tamu. Dia duduk di sofa dan menundukan kepalanya

"Rumah sakit M. Itu... Tempatnya Bianca, kan?" Gumam Alvaro

Alvaro segera mengambil ponselnya dan menghubungi Alexander. Tiga kali menghubungi sahabatnya itu dan hanya berkahir dengan tidak diangkat. Alvaro kembali menghubungi Alexander lagi

"Halo"

"Lex"

"Et..dah! Lo gila apa sinting? Ini udah jam setengah tiga pagi hoy!"

"Sorry Lex. Gue mau nanya"

"Nggak bisa besok?"

"Nggak. Ini penting!"

"Ya udah. Tanya apaan?"

"Bianca kerja di rumah sakit M, kan?"

Alvaro mendengar bunyi ribut dan setelahnya suara penuh kemarahan dari Alexander memasuki telinganya

"Ngapain lo nanyain Bianca? Lo mau selingkuh dari adik gue?! Lo mau tikung si Bianca?! Gak! Nggak bisa!!"

"Sabar Lex... Sabar... Gue mau tanya karena kemarin Alle kesana"

Seketika nada suara Alexander terdengar menurun tapi dipenuhi nada khawatir

"Alle? Kesana? Buat apa?"

"Empat hari yang lalu, sebelum gue ke Tokyo, Allecia sakit. Gue minta dia ke dokter. Dia bilang di pergi ke dokter keesokan harinya, bareng sama gue yang berangkat ke Tokyo. Gue sudah tanya Atnan dia bilang Alle pergi ke rumah sakit M. Gue tanya Bianca kerja disana karena, gua mau tanya ke dia hasil pemeriksaan Alle"

"Emang dia periksa ke bagiannya Bianca?"

"Gue juga nggak tahu tapi, kalau mendengar waktu itu dia pernah bilang bakal minta tolong Bianca, gue jadi yakin kalau dia kesana dan minta tolong Bianca"

"Ya sudah, besok siang kita lunch sama Bianca"

"Hn. Thanks. Sorry ganggu tidur lo"

"Nggak pa-pa. Good night"

Alvaro meletakan ponselnya di atas meja ruang tamu. Dia sama sekali tidak bisa tidur. Sesuatu terasa mengganjal di hatinya dan membuatnya tidak nyaman. Sampai semua terbongkar, Alvaro mungkin tidak akan bisa tidur nyenyak. Alvaro memutuskan mengerjakan pekerjaannya yang belum sepenuhnya selesai. Setelah dia mengerjakan pekerjaan itu. Dia beranjak ke dapur dan membuat sarapan bagi keluarganya

"Hhh..." Alvaro menghela berat

"Kamu kenapa sih Alle? Apa yang kamu sembunyikan dari aku?"

Allecia terbangun dan kaget saat melihat suaminya tidak ada di sebelahnya. Allecia bergegas ke kamar mandi dan membersihkan badannya. Dia segera turun dan menemukan Alvaro sedang membuat susu juga kopi

"Kenapa nggak bangunin aku?" Tanya Allecia

"Hm?" Alvaro mengangkat kepalanya dan tersenyum

"Pagi sayang. Nggak pa-pa kok. Sekali-sekali gantiin istri bikin sarapan"

Allecia menggeleng pelan. Dia beranjak menuju ke kulkas

"Aw.." Ringis Allecia

"Kenapa yang?" Tanya Alvaro yang justru membuat Allecia merutuki kebodohannya yang meringis dengan kencang

"Ng-nggak pa-pa. Cuma kepentok kulkas"

'Bohong lagi... Kamu kenapa sayang?' Batin Alvaro

Ya. Alvaro tahu istrinya berbohong. Tidak mungkin istrinya terbentur kulkas, jika Allecia saja belum benar-benar sampai di depan kulkas dan juga dia belum membuka pintu kulkas. Alvaro hanya bisa tersenyum miris. Dia menghampiri Allecia dan memijat kening istrinya

"Lain kali hati-hati"

"Iya"

'Kamu aneh sayang. Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan?'

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang