Allecia dibawa oleh Alvaro ke lantai teratas kantornya. Rooftop. Alvaro membuat sebuah taman kecil di rooftop sebagai penghilang penat untuknya dan sekarang taman itu menjadi saksi bisu pertengkaran Alvaro dengan sang istri
"Sumpah yang, aku gak kayak gitu" ucap Alvaro untuk kesekian kalinya
"Kan bisa nolak! Kenapa gak nolak?!"
"Yang, dia itu cuma temen. Udah lama juga gak ketemu makanya tadi pas ketemu"
"Pas ketemu langsung cium gitu? Emang kamu tinggal di negara apa? Temen juga gak gitu-gitu amat!"
"Yang... Please, ngertiin aku. Aku cuma menganggap dia sebagai teman dan dia juga cuma sekedar melepas kangen karena udah lama gak ketemu"
Allecia mendengus. Hatinya sakit mendengar suaminya membela perempuan itu habis-habisan. Alvaro tidak pernah seperti ini. Membela perempuan lain sampai seperti ini
"Jawab jujur, siapa dia sebelum statusnya hanya teman buat kamu?" Tanya Allecia
Alvaro terkejut dengan pertanyaan itu. Allecia melihat Alvaro membuka mulutnya seolah berniat menjawab tapi, kemudian dia mengatupkannya kembali
"Jawab Alvaro Kenneth Dimitra!" Bentak Allecia tidak sabaran
"Kamu kenapa sih?!!!" Alvaro membentak lebih keras
Allecia tersentak. Air mata yang sedari tadi dia tahan runtuh seketika. Allecia menunduk dan mengangguk kecil
"Maaf ganggu. Aku permisi" ucap Allecia kecil
Dia berjalan melewati suaminya. Alvaro sendiri kaget dengan apa yang dia lakukan. Terlebih melihat istrinya langsung menunduk
"Alle..." Panggil Alvaro dan Allecia hanya diam di ujung pintu rooftop
"Please, aku cuma-" ucapan itu terpotong saat Allecia mengangkat kepalanya dan menatap suaminya dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya
"Aku yang salah. Maaf. Aku titip anak-anak" ucap Allecia sambil tersenyum
Alvaro menarik tangan istrinya membuat Allecia meringis kecil
"Kamu nggak akan kemana-mana. Masalah ini harus selesai hari ini" ujar Alvaro
Allecia mengangguk. Dia mencoba melepaskan tangan suaminya tapi, Alvaro berkeras hati menggenggam tangan itu
"Aku salah. Maaf. Mungkin aku terlalu kekanakan untuk kamu. Aku mungkin kurang pantas untuk kamu"
"Alle, kamu ngomong apa sih?"
Alvaro melepaskan tangannya dari tangan Allecia dan beralih menangkup kedua pipi Allecia untuk menatapnya. Ibu jari Alvaro mengusap air mata Allecia dengan lembut
"Kamu itu, istri aku. Ibu dari anak-anak aku. Kalau aku pikir kamu kurang pantas buat aku, sejak awal aku nggak akan mengajak kamu menikah. Aku juga nggak akan mengizinkan kamu menyandang nama Dimitra. Kenapa kamu bilang kamu kurang pantas ketika aku sudah sangat yakin kamu yang paling pantas?"
Allecia terdiam. Alvaro masih mengusap pipi Allecia dengan ibu jarinya. Hati Alvaro ikut merasa sakit melihat istrinya menangis dan itu karena ulahnya
"Dia hanya teman. Aku terlalu kaget tadi saat dia menciumku tiba-tiba. Tapi, sungguh Alle kamu satu-satunya perempuan yang pernah dan akan selalu tidur di sisiku bersama aku, dan kamu satu-satunya perempuan yang aku berikan seluruh milikku. Hanya kamu. Cintaku, hatiku, tubuhku, nyawaku, hartaku, dan semua milikku itu punya kamu"
Allecia mencoba mencari kebohongan di mata suaminya. Mata cokelat itu begitu teduh dengan segala keyakinan dan cinta untuk Allecia seorang. Allecia mengangguk kecil dan Alvaro mencium keningnya dengan lembut dan lama sebelum dia menarik istrinya ke dalam dekapannya
"Jangan marah lagi, please!" Pinta Alvaro
"Tapi, dia menginginkanmu Varo. Aku bisa melihatnya" ucap Allecia
"Tapi, aku hanya butuh kamu dan anak-anak. Keluarga kecil kita"
Allecia tersenyum. Dia menjauhkan diri dari suaminya dan merapikan dasi serta pakaian suaminya
"Ayo kembali. Aku tidak mau anak-anakku berada dengan 'simpanan'-mu terlalu lama"
"Hey! Dia bukan 'simpanan'ku. Aku tidak pernah punya simpanan"
Allecia tersenyum dan melangkah meninggalkan suaminya. Alvaro langsung menyusul istrinya dan merangkul mesra pinggang sang istri untuk kembali ke ruangannya
"Mami...." Jerit Arseno dan Armano saat suami istri itu kembali ke ruangan Alvaro
"Eh... Kenapa sayang?" Tanya Allecia
Alvaro masih merangkul pinggang istrinya. Ketiga anak kembar itu berlari ke arah orang tua mereka dan memeluk erat kedua orang tuanya
"Kenapa?" Tanya Alvaro
"Dia bilang dia calon ibu kami" ucap Ardano sambil menunjuk teman Alvaro
"Dasar Medusa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...