Berjuang

6.4K 304 3
                                    

"Sayang..." Panggil Alvaro sambil memeluk sang istri dari belakang

Allecia memang sedang berdiri menatap langit yang sudah tiga hari ini terus mendung. Alvaro yang baru saja kembali dari Tokyo langsung menemuinya di kamar mereka. Alvaro memeluknya dengan penuh kerinduan

"Selamat datang" ujar Allecia

Alvaro membalikan badan istrinya dan menatap wajah ayu sang istri. Dia mengusap pipi istrinya dan mencium kening sang istri dengan penuh sayang

"Sudah ke dokter?" Tanya Alvaro

Seketika Allecia kembali mengingat pembicaraan dirinya dengan Bianca. Termasuk hasil pemeriksaannya

"Sayang? Hey... Kenapa?" Tanya Alvaro saat Allecia menatap kosong dirinya

"Hm? Tidak ada apa-apa. Aku sudah ke dokter saat kamu berangkat kemarin"

"Lalu? Apa kata dokter?"

"Kelelahan saja. Terlebih sekarang ada yang ikut disini" ujar Allecia sambil mengusap perutnya

"Syukurlah. Aku lega kamu nggak kenapa-kenapa" ucap Alvaro dan Allecia hanya tersenyum kecil

Allecia menyuruh Alvaro segera mandi dan istirahat. Dia tahu suaminya pasti tidak tidur selama ada di Tokyo demi agar dia bisa cepat kembali ke Jakarta. Allecia menatap punggung suaminya yang menghilang di balik pintu kamar mandi dan saat itu airmatanya jatuh

'Maafin aku sayang. Aku melanggar janji pernikahan kita... Aku minta maaf' batin Allecia

Allecia berbohong pada Suaminya, ah... Tidak. Bukan hanya suaminya tapi, juga anak-anaknya, ayah dan ibunya, kedua mertuanya, kakak dan adiknya, bahkan dirinya sendiri. Allecia mengusap airmatanya dan kembali menatap langit mendung

'Sampai kapan aku bisa menyembunyikan ini?' Tanya Allecia dalam hatinya

Allecia tahu segala sesuatu yang merupakan ketidakjujuran tidaklah baik. Tapi, untuk yang satu ini, Allecia bertekat untuk menutupi sementara waktu. Karena, dirinya sendiri belum bisa menerima kenyataan itu, dia belum menerima kenyataan mungkin dia tidak bisa bersama dengan anaknya yang akan lahir nanti. Kenyataan bahwa di harus kehilangan semua kasih sayang yang sudah dia dapatkan dari keluarganya, kenyataan bahwa dia akan meninggalkan Alvaro, orang yang sangat mencintainya sampai tahap rela melakukan apapun untuknya

"Aku nggak sanggup..." Gumamnya lirih

"Nggak sanggup apa?"

Allecia terlonjak kaget mendengar suara yang sudah sangat dia hafal di dalam kepala dan hatinya. Suara seseorang yang sudah mencintainya bahkan ketika dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Entah kapan dan bagaimana, sosok itu kini berdiri di belakangnya dan memeluk erat dirinya juga menanyakan hal yang sanggup membuat pertahanannya runtuh seketika

"Hm?" Gumam Allecia berusaha ceria di depan suaminya. Allecia berbalik dan mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi sang suami sebelum dia memeluk suaminya

"Aku nggak sanggup kalau kamu tinggalin lama-lama. Baby-nya nyariin papi-nya terus" ujar Allecia

'Maaf aku harus berbohong sayang... Ini demi kamu dan keluarga kita juga demi anak kita'

Allecia mendengar Alvaro terkekeh, walau sebenarnya kekehan itu terdengar agak kaku dibanding biasanya. Alvaro meletakan dagunya di puncak kepala Allecia. Dia mengeratkan pelukannya dan menarik napasnya dalam-dalam sambil memejamkan matanya

'Kenapa kamu bohong sama aku sayang? Apa yang aku lewatkan selama aku di Tokyo?' Batin Alvaro

"Sayang..." Panggil Allecia

"Hm?"

"Anak-anak sudah mau pulang loh. Kamu yakin mau kayak gini terus? Maksud aku, cuma tutupin pinggang kamu pakai handuk. Gak takut masuk angin?"

Alvaro menjauhkan badannya dan mengecup kening istrinya. Dia tersenyum lembut dan mengusap kedua pipi istrinya

"Aku pakai baju dulu kalau begitu" ujar Alvaro

Alvaro beranjak menuju lemari bajunya dan mulai memakai pakaiannya. Allecia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami yang seperti anak kecil

"Sss..." Ringis Allecia

Allecia memegang kepalanya dan mulai berjalan untuk duduk di sofa. Dia memijat keningnya perlahan dan berusaha menahan ringisannya. Dia takut Alvaro mendengar ringisan itu walaupun, semua itu sia-sia sebenarnya. Alvaro mendengar ringisan itu

'Ya Tuhan, sakit sekali...'

Allecia melirik ke arah lemari dan dia menarik napasnya dalam-dalam. Mencoba menenangkan dirinya dan menghilangkan rasa sakit di kepalanya

'Ayo Alle, kamu harus berjuang! Berjuang untuk keluarga kamu!'

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang