Setelah dua hari yang lalu, Alvaro memperkenalkan ketiga putranya pada keluarga sang bunda. Alvaro beserta keluarga Dimitra mengizinkan Agatha dan Varell menjenguk Allecia kapan pun mereka mau. Meski demikian, Alexander justru masih kesal pada ibunya dan kerap kali mencurigai Agatha apabila Agatha hendak menjenguk Allecia. Seperti hari ini, Alexander membatalkan rapatnya dan bergegas menuju rumah sakit saat salah satu pengawalnya mengabarkan Agatha datang ke rumah sakit
Alexander membuka pintu di depannya dan menemukan Agatha tengah duduk sambil memandang Allecia. Sesekali tangan Agatha mengusap pipi Allecia
"Maafkan bunda nak, bunda mohon bangunlah. Bunda rindu dengan kamu" Agatha menangis di samping seorang gadis cantik yang kini tengah menutup matanya
Tatapan sendu Agatha sangat sarat akan kesedihan. Putrinya kini berada di hadapannya dengan tubuh penuh perban dan selang-selang medis
"Percuma bun, Al mungkin gak akan bangun lagi" ujar Alexander
"Gak! Gak boleh! Al harus sadar" bentak sang ibu
Remaja pria itu hanya terkekeh meremehkan sambil menggelengkan kepalanya
"Bunda kemana aja selama ini? Selama 19 tahun bunda kemana?" Sang ibu tersentak mendengar pertanyaan putranya
"Apa bunda ada di dekat Al selama 19 tahun ini?" Ucap Alexander sarkastik
"Bunda ada di disana Alex" jawab Agatha yakin
Pemuda itu kembali tersenyum merendahkan
"Yakin? Bukannya bunda sibuk dengan Lexie?"
"Alexander Marvello Legiand!" Bentak sang bunda
"Kenapa bunda marah? Alex cuma bertanya"
Keheningan melanda ruangan itu hanya suara dari alat medis saja yang terdengar disana
"Kalau bunda benar ada selama 19 tahun ini, apa bunda tau berapa penghargaan, piagam dan piala yang dia bawa pulang dengan nama Allecia Marvello Legiand? Dalam katagori apa dia menangkan semua itu? Dimana dia bersekolah? Apa bunda tau semua itu?"
"Tentu bunda tau! Al sekolah di Sekolah SL2 sampai lulus SMA kemarin"(maaf ya, saya gak berani menyebutkan nama sekolah secara blak-blakan karna saya bukan alumni sana)
Lagi Alexander tertawa, tawa yang begitu merendahkan. Jika saja saat ini sang ayah ada di ruangan ini dapat dipastikan Alexander akan menerima bogem mentah atau tamparan sang ayah
"Kenapa kamu tertawa?"
"Bunda bahkan gak tau kalau Allecia udah gak sekolah disana sejak dia masuk SMP"
Sang ibu memandang putranya dengan tatapan terkejut. Sementara Alexander yang ditatap hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu dan tidak mau memberikan penjelasan
Suara pintu dibuka membuat keduanya menyudahi adu mulut dan memilih melakukan perang dingin. Sang ayah datang bersamaan dengan gadis yang memilik rupa yang sama dengan Allecia, Alexis...
"Bunda, kakak" panggil Alexis
"Lexie, kemari nak" sang ibu tersenyum manis dan mengulurkan tangan itu pada putrinya
Alexander mendengus "andai bunda bisa seperti ini sama Al, Alex yakin Al masih ada di rumah sama kita" sindir Alexander
Alexander berjalan mendekati sang adik dan mengecup dahi Allecia dengan lembut
"Kakak pulang dulu ya dek, besok kakak kesini lagi" bisik Alexander pada Allecia
"Kakak pulang dulu ya Xie (baca: Si), sampai ketemu di rumah. Atau Lexie mau ikut kakak pulang?" Tanya Alexander pada Lexie adiknya
Alexander kesal dan marah memang tapi bukan pada adiknya, melainkan pada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya adalah penyebab Allecia menjadi seperti ini
"Lexie disini saja. Mau temani bunda"
Alexander hanya mengangguk singkat dan menatap sinis ke arah Agatha sebelum berbalik dan pamit pada ayahnya
"Jaga dan awasi mereka! Terutama Lexie dan ibu Agatha!" Ujar Alexander pada anak buahnya yang menunggu di luar kamar Allecia. Alexander benar-benar kesal dan marah pada Agatha, sangat marah sampai-sampai dia tidak ingin memanggil Agatha dengan panggilan Bunda
"Jika bisa, Alex tidak mau memiliki ibu seperti bunda" gumamnya
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...