"So, what your answer?"
"Okey"
Alvaro menatap wajah Allecia dengan tatapan tidak percaya
"I'll be your girlfriend"
"Serius? Meski saya bilang jika kamu jadi pacar saya sama artinya kamu jadi milik saya?"
"I'll be yours"
Senyuman manis terkembang di bibir Alvaro. Dia tidak menyangka jika gadis di depannya akan menerimanya
"Thanks. I promise I'll always love you and make you smile"
Allecia mengangguk. Mereka menghabiskan makan malam dengan tenang. Pukul sembilan malam Allecia dan Alvaro kembali ke apartement Allecia
"Besok saya jemput" ujar Alvaro
Allecia mengangguk "hati-hati di jalan"
"Have nice dream"
"You too"
Alvaro tersenyum. Dia menatap punggung gadisnya memasuki gedung apartement dan segera melajukan mobilnya ke rumah pribadinya
"Ini?" Ujar Alvaro saat melihat ponsel iPhone tergeletak di dashboard mobilnya
"Punya Alle?"
Alvaro membawa ponsel itu bersamanya dan masuk ke dalam rumah. Sepertinya Alvaro akan tidur nyenyak dan bermimpi indah malam ini
.....
"Pagi Alle" sapa Alvaro
"Pagi kak"
Alvaro melirik ke arah gadisnya yang tampak agak kusut
"Kak..."
"Hm?"
"Kakak lihat ponsel Alle gak?"
"iPhone?"
"Iya kak. Kakak lihat?"
Alvaro mengeluarkan ponsel Allecia dari saku jasnya dan memberikan ponsel itu pada Allecia
"Tertinggal di mobil kemarin" ujar Alvaro
"Thanks God, ini gak hilang"
Alvaro tersenyum. Dia menatap lekat-lekat gadis di sampingnya ini, semakin dilihat semakin Alvaro terpesona oleh gadis di sebelahnya
"Tuan, maaf. Kita sudah sampai" uja supir Alvaro
Allecia menoleh ke arah Alvaro yang masih melihat ke arahnya
"Kak, Alle turun dulu ya?"
"Alle... Nanti siang saya jemput"
Allecia mengangguk "sampai ketemu nanti siang" ujar Allecia sambil berlari memasuki pelataran sekolahnya
.....
Seperti janji Alvaro menjemput Allecia. Setelah lebih dari lima belas menit Allecia tidak juga nampak. Alvaro baru saja mau menyusul Allecia, dan yang ditunggu justru datang dan langsung duduk di sebelah Alvaro
"Alle?" Tanya Alvaro heran
Allecia mengangkat wajahnya. Alvaro terkejut bukan main melihat wajah Allecia kini dipenuhi banyak baret, memar dan perban di dahi juga plester luka dimana-mana
"Jangan tanya Alle! Ini bukan salah Alle" ujar Allecia pelan
Alvaro mengangguk. Dia menyuruh supirnya melajukan mobilnya ke rumah sakit
"Saya mau bertanya, bukan menyalahkan. Saya hanya penasaran. Kenapa wajah kamu penuh luka?"
"Jadi tadi, Alle lagi piket pagi terus ada kakak kelas yang kebetulan lewat di koridor depan yang baru saja Alle pel. Alle menegur dia dan dia gak senang gitu. Nah, pas jam istirahat di sengaja menyelengkat kaki Alle sehingga Alle jatuh dari tangga. Well, karna Alle kesal, Alle menjambak rambut orang itu dan dia juga menjambak Alle lalu, menggunting asal rambut Alle. Jadi, intinya Alle berkelahi sama kakak kelas Alle itu"
Alvaro mengangguk paham
"Masih sakit?"
"Sedikit, tapi gak apa kok"
"Tetep ke dokter ya? Lalu ke salon untuk rapikan rambut kamu itu"
Allecia mengangguk. Mobil Alvaro berhenti di lobby rumah sakit. Alvaro segera turun dan melangkah ke lantai empat, lalu berjalan ke meja resepsionis dengan Allecia di sebelahnya
"Dokter Vale ada?" Tanya Alvaro
"Dokter Vale sedang cuti pak"
"Kalau dokter Tania?"
"Ada pak, beliau sedang di ruangannya"
"Pasiennya banyak atau tidak?"
"Tidak pak. Dokter sedang memeriksa pasien terakhir untuk hari ini sebelum berkeliling ke kamar rawat"
"Oh oke. Thanks"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...