Membujuk Part 3

9.6K 532 0
                                    

"Dan alasan dia merintis usahanya dari awal ya, karna dia ingin kamu bahagia Alle. Alex pernah bilang, kalau dia akan mendirikan perusahaannya sendiri dan membawa kamu bersamanya, dia juga bilang dia akan menjaga kamu dan membahagiakan kamu. Karna itu, dia memilih kuliah di London agar dia bisa terfokus pada tujuannya. Sayang, sudahlah jangan marah lagi pada Alex. Dia sangat sayang padamu. Apa kamu tahu? Tadi dia kesini dengan wajah sangat pucat karna ketakutan. Dia bahkan memberikan aku banyak wejangan untuk menjaga kamu"

Allecia terdiam, tak ada jawaban ataupun protes yang keluar dari mulut Allecia. Alvaro berpikir mungkin Allecia terlelap dalam pelukannya. Alvaro baru saja ingin bangkit dari ranjang itu namun, suara isakkan membuatnya terkejut dan segera melepaskan pelukannya

"Sayang? Ada apa? Apa ada yang sakit?"

Allecia menggeleng, tangisannya semakin kencang. Alvaro bingung, dia langsung memeluk Allecia dan mengusap punggung gadisnya

"Sssttt... Sudah yang, jangan menangis lagi. Katakan ada apa? Apa ada yang sakit? Jangan seperti ini"

Allecia menarik bagian depan kaus yang dipakai Alvaro. Alvaro semakin bingung, akhirnya, tangannya mengetik sebuah pesan singkat pada Alexander

"To: Alex M.L.

Lex cepet kesini! Alle nangis w bingung!"

Alvaro berusaha menenangkan Allecia. Alvaro mengusap-usap punggung Allecia. Alvaro melirik ke arah pintu, menanti kedatangan Alexander

"Allecia!" Panggilan keras Alexander membuat Alvaro bernapas lega

Mendengar suara berat sang kakak membuat Allecia melepaskan tangannya dari kaus Alvaro. Allecia langsung bangun dari tempat tidurnya dan berlari menubruk badan tegap kakaknya

"Al, kamu kenapa? Ada yang sakit? Bilang sama kakak"

Allecia masih diam tak menjawab, hanya isakkan dan cengkraman erat pada kausnya yang Alexander dapatkan

"Lo apain ade gue?" Tanya Alexander tanpa suara

Alvaro menggeleng "gue gak apa-apain" jawab Alvaro tanpa suara juga

Alexander menghela napas pelan. Dia menggengdong adiknya seperti anak sekolah dasar dan duduk di salah satu sofa dengan Allecia di atas pangkuannya. Alexander mengelus pelan rambut Allecia dengan sebelah tangannya dan menepuk pelan punggung adiknya itu dengan tangannya yang lain

"Al, kamu kenapa? Jawab kakak. Jangan buat kakak takut Al" ujar Alexander lembut

"-f"

"Hm?"

"-af"

"Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Ma-"

"Al... Kenapa kamu minta maaf?"

"Maaf"

Alexander tahu bagaimana sifat adiknya saat dia sedang sakit seperti ini. Alexander memilih mengalah

"Sudah Al. Kamu gak perlu minta maaf. Kamu gak salah apa-apa. Kakak juga gak marah sama kamu" ujar Alexander sangat lembut

Allecia tidak menjawab, dia masih terisak. Alexander mendorong adiknya pelan untuk membuat jarak diantara mereka

"Coba kakak lihat wajah kamu" ujar Alexander pelan sambil mengangkat dagu Allecia dengan tangannya

"Kenapa kamu menangis? Beritahu kakak siapa yang sudah membuat adik kesayangan kakak menangis seperti ini?" Ujar Alexander sambil mengusap sisa airmata yang mengalir di pipi Allecia

Allecia diam, dia memeluk kakaknya dengan erat. Kepalanya ia sembunyikan di leher sang kakak

"Al kangen sama kakak" lirih Allecia hampir berbisik

"Al minta maaf, karna Al sudah membentak kakak tadi"

"Maafkan Al kak. Al menyesal. Jangan benci pada Al. Al takut kakak pergi meninggalkan Al sendiri lagi"

Mata Alexander membesar karna terkejut dengan ucapan Adiknya. Alexander mengembalikan ekspresinya seperti semula dan mengusap helaian rambut adiknya dengan penuh kasih sayang

"Kakak gak mungkin bisa membenci kamu Al. Kamu adik kakak yang paling kakak sayang"

Alexander melepaskan pelukan adiknya dan menatap wajah adiknya yang memerah karna demam dan juga sembab karna menangis

"Jangan pernah berpikir kakak akan membenci kamu, karna hal itu tidak akan pernah terjadi Al! Tidak akan pernah"

"Al kangen kakak"

"Kakak juga Al. Maaf kakak banyak melanggar janji sama kamu"

Allecia menggeleng

"Tidak apa-apa. Al mengerti. Kak Varo sudah menjelaskan pada Al"

Alexander menoleh menatap Alvaro. Alvaro hanya mengangguk

"Sepertinya demammu naik lagi de. Ayo tidur! Nanti kamu tidak sembuh-sembuh"

Allecia mengangguk dia mengalungkan tangannya di leher sang kakak, tanda kalau dia ingin digendong ke tempat tidur oleh kakaknya

"Kamu masih manja de, seperti dulu"

"Jadi, kakak gak mau?"

"Bukan gitu de"

Allecia melepaskan tangannya dari leher Alexander. Dia menatap ke arah Alvaro

"Sayang... gendong..." Rengek Allecia

Alvaro langsung menghampir kakak dan adik itu. Alvaro menggendong Allecia seperti seorang putri

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang