Bangunnya Sang Putri Tidur

10K 453 1
                                    

Alvaro menundukkan kepalanya. Dia memejamkan matanya sambil menggenggam tangan istrinya yang semakin mengurus. Sudut hati Alvaro terus berdoa agar istrinya kembali membuka mata cantiknya. Bahkan Alvaro masih ingat bagaimana dia jatuh cinta pada seorang anak kelas 3 SD hanya karena dia melihat senyuman tulus anak itu

"Cepatlah bangun... Aku merindukanmu" gumam Alvaro

Tidak terhitung berapa banyak air matanya yang mengalir sejak kejadian itu terjadi. Meski Alvaro selalu tersenyum atau berwajah datar di depan semua orang termasuk keluarganya, adakalanya Alvaro akan menangis. Dan itu hanya ketika dirinya berada di satu ruangan yang sama dengan Allecia dan hanya berdua saja, seperti sekarang. Air mata Alvaro terus mengalir tanpa mau berhenti

"Sayang, apa kamu tidak merindukanku, hm? Apa disana banyak pria yang lebih tampan dariku sampai kamu tidak mau kembali kesini?" Gumam Alvaro sedikit terkekeh meski hatinya amat sakit

Bahkan Vale saja mengatakan kalau Alvaro seharusnya sudah jatuh sakit saat ini. Bagaimana tidak? Alvaro tidur hanya satu sampai dua jam sehari dan hanya makan ketika dipaksa, itupun hanya beberapa suap saja. Sisanya, dia habiskan dengan kerja, mengurus ketiga putranya atau menemani Allecia sambil mengajak Allecia tertawa

"Hey, sleeping beauty. Tidakkah kamu mau bangun? Aku sudah menciummu sekian banyak dan kamu masih tidak mau bangun..." Ujar Alvaro dengan senyum pahit di bibirnya

"Aku harus apa Alle?? Beritahu aku..." Ujar Alvaro dengan parau

"Sayang jangan tidur lagi... Ayo bangun..." Lirih Alvaro

"Beritahu para malaikat untuk menukar kita berdua saja ya? Bilang pada mereka untuk mengizinkanmu kembali dan membawa aku sebagai gantinya"

Dia tidak peduli apabila dirinya terluka atau sakit atau apapun itu, baginya asal Allecia-nya bangun, nyawanya pun akan dia tukarkan untuk istrinya

"Please sayang... Bangunlah"

.........

Alvaro menatap langit yang mulai bersinar. Matanya menatap kosong langit yang mulai berganti warna itu. Alvaro menarik napasnya dalam-dalam. Dia sedikit tersenyum dan mencium kening Allecia juga pipi dan bibir Allecia

"Good morning sayang" ujarnya dengan lembut meski air matanya kembali mengalir

Alvaro melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Dia membersihkan badannya dan mencuci wajahnya. Alvaro menatap kaca kamar mandi itu. Wajahnya sudah seperti zombie. Pucat, lingkar mata hitam, mata sedikit bengkak dan sedikit berjanggut. Alvaro menyisir rambutnya dan memakai pakaiannya. Hanya kaus polos berwarna biru muda dan celana panjang

"Sayang... Ayo bangun, hari ini cuacanya cerah loh..." Ujar Alvaro setelah dia kembali ke sisi Allecia

Alvaro menaikkan ranjang pasien milik Allecia dan berjalan untuk membuka tirai jendela agar matahari pagi bisa masuk ke dalam. Tanpa Alvaro sadar jemari lentik Allecia bergerak kecil begitu pula mata indahnya yang masih bersembunyi di balik kelopak matanya

"Sayang, coba lihat. Cuacanya cerah, kan?" Ujar Alvaro sambil berjalan kembali ke arah istrinya

Tidak ada jawaban apapun membuat Alvaro kembali menangis. 'Sebenarnya gue sedang membodohi siapa?' Batin Alvaro. Alvaro mendudukan dirinya di kursi dan menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangannya yang terletak di atas tepi ranjang rawat Allecia

"Yang..."

"Sayang..."

"Papi..."

Alvaro menundukkan kepalanya semakin dalam. Dia merasa dirinya tengah berhalusinasi mendengar suara Allecia memanggilnya dengan sedikit serak dan lemas. Sebuah tangan mengelus rambutnya perlahan dengan penuh sayang

"Papi... Papi nangis?" Ucapan itu dan elusan sayang di rambutnya membuat Alvaro mengangkat kepalanya

Kedua pasang mata itu bertemu. "Alle..." Panggil Alvaro dengan lirih. Dia berdiri dan memeluk erat istrinya. Tangisnya pun pecah. Alvaro sudah seperti anak kecil yang ketakutan, dia menangis dengan cukup kencang. Seolah menumpahkan semua kesedihannya dan mengadu pada Allecia

"Jangan menangis lagi...!" Pinta Allecia setelah Alvaro agak tenang. Dia mengusap kedua pipi suaminya, menghapus semua air mata Alvaro

Alvaro mencium pipi dan kening Allecia. "Tolong bilang ini bukan mimpi" lirih Alvaro

Allecia tidak menjawab tapi, dia memberikan ciuman singkat di bibir Alvaro. Setelahnya dia terkekeh kecil

"Sudah yakin ini nyata?" Tanya Allecia

Alvaro mengangguk dan menekan tombol untuk memanggil suster dan dokter. Dokter yang datang segera memeriksa Allecia. Sang dokter berucap tidak ada masalah pada Allecia, hanya lukanya masih belum terlalu sembuh. Setelah memberi penjelasan tentang kesehatan Allecia dokter itu pamit

"Aku merindukanmu" ujar Alvaro

"Selamat pagi putri tidur..."

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang