Alvaro melirik arlojinya dan dia menambah kecepatan mobilnya. Dia sudah hampir terlambat untuk menemui Alexander. Alvaro memarkirkan mobilnya dan masuk ke salah satu resto yang ada disana
"Varo!" Panggil Alexander sambil mengangkat tangannya
Alvaro mengangguk dan berjalan menghampiri sahabatnya, dia juga sempat melihat badan Bianca terlonjak kaget
"Lo kenapa Bi?" Tanya Alvaro
"Kaget gue, dia tahu-tahu teriak!" Ucap Bianca yang justru membuat Alvaro dan Alexander mengernyit heran
Alvaro duduk di sebelah Alexander sementara Bianca duduk di depan mereka. Alvaro memesan minuman untuknya dan dia segera menyuruh pelayan restorant itu untuk pergi
"Baby" panggil Alexander
"Hm?" Bianca mengangkat kepalanya menatap Alexander kekasihnya
"Kemarin adik aku ke tempat kamu ya?"
"Nggak kok. Kemarin nggak ada yang ke tempat aku"
"Maksud aku beberapa hari yang lalu"
Bianca membulatkan bibirnya dan mengangguk kecil
"Alle maksud kamu?" Ucap Bianca
"Iya"
"Dia ke rumah sakit memang. Dia bilang dia tidak enak badan dan mau diperiksa"
"Apa hasil pemeriksaannya?" Tanya Alvaro tidak sabaran
"Hm? Hasil pemeriksaan? Alle bilang apa ke lo?"
"Kalau gue tahu gue nggak nanya lo!" Ujar Alvaro cuek
Percakapan mereka terhenti saat seorang pelayan menngantarkan pesanan Alvaro. Alvaro menyesap sedikit kopi pesanannya. Matanya menatap Bianca dengan tajam. Dia yakin Bianca tahu sesuatu, terlihat sangat jelas dari gelagat gadis itu yang sedikit tidak nyaman dengan keadaan yang dia jalani sekarang
"Bianca!" Panggil Alvaro tegas
Bianca meminum minumannya. "Dia kelelahan. Lo tahu kan dia sedang hamil" ujar Bianca
"Serius? Cuma itu?" Tanya Alexander dan Bianca mengangguk
"Lalu, kenapa pemeriksaan seperti itu memakan waktu satu hari full?" Tanya Alvaro
"Hah? Ya kan ngantri panjang pak..." Ujar Bianca berusaha mencairkan suasana
"Lo nggak lagi bohong, kan?"
"Nggak. Ngapain gue bohong?"
Alvaro mengangguk paham. Dia menyesap lagi kopinya. Meski Bianca dan Allecia mengucapkan hal yang sama tapi, perasaan Alvaro tetap tidak tenang. Dia tetap merasa ada yang disembunyikan oleh istrinya
'Sebenarnya, kamu menyembunyikan apa sih sayang? Kenapa kamu nggak kasih tahu aku?' Pikir Alvaro
Alexander sendiri juga paham kalau kekasihnya tengah berbohong dan kemungkinan karena Allecia sendiri yang meminta. Alexander menoleh dan melihat sahabatnya tengah merenung dengan tatapan kosong sebelum akhirnya kedua mata itu terpejam seolah menenangkan diri. Alexander bukan orang yang baru mengenal Alvaro kemarin sore, dia sudah mengenal pria itu sejak di bangku kelas satu sekolah dasar. Dia tahu dan cukup sangat tahu kalau sahabatnya sedang resah dan khawatir
Alexander juga menatap kekasihnya. Dia bukan baru mengenal Bianca tadi malam. Dia sudah berpacaran dengan gadis itu selama lima tahun. Dia sudah dan sangat hafal semua tingkah gadisnya. Bianca yang ada di depannya bukanlah Bianca yang dia kenal. Bianca yang sekarang tengah berbohong kepada dirinya dan juga sahabatnya
"Gue balik duluan" ujar Alvaro yang membuyarkan lamunan Alexander
"Hati-hati di jalan. Titip salam buat Alle dan Ar"
Alvaro mengangguk. Dia berjalan menuju ke mobilnya. Alvaro duduk dan meremat kemudi mobilnya dengan erat sampai kuku dan buku jarinya memutih
"Sial!!" Geram Alvaro
Alvaro menundukan kepalanya dan menyandarkan kepalanya di atas punggung tangannya yang masih meremat kemudi
"Apa yang kamu sembunyikan dariku Alle? Apa!?!!" Alvaro berteriak lirih. Air matanya mengalir begitu saja. Rasanya sangat menyesakan bagi Alvaro
Alvaro merasa Allecia tidak lagi jujur padanya. Pikiran Alvaro mulai menerka-nerka segala kemungkinan. Dia semakin meremat kemudi-nya dan berteriak lirih. Alvaro tahu dan yakin Allecia menyimpan sesuatu dan Allecia tidak ingin Alvaro tahu hal itu. Alvaro semakin merasa kesal dan sedih. Dia merasa dirinya gagal menjadi seorang suami, lantaran Allecia tidak memberitahu apapun padanya
"Aku suamimu Alle! Aku suamimu! Kenapa tidak memberitahu aku?! Apa aku tidak kamu butuhkan lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...