Petir Disiang Bolong

7.1K 316 8
                                    

Allecia menikmati kehamilannya yang kali ini. Entah kenapa dia merasa kebahagiaanya sangat lengkap. Ada dua keluarga yang menyayanginya, suami dan anak-anak yang mencintai dan menjaganya. Seperti kebanyakan ibu hamil, Allecia sering meminta hal-hal di luar nalar untuk dilakukan oleh suami atau bahkan kakak laki-lakinya, seperti sekarang contohnya

"Ayolah Al, apaan aja deh. Kakak beliin. Asal jangan minta yang ini..." Pinta Alexander dengan wajah memelas sementara Bianca, Kedua orang tua Alexander, kakek nenek mereka dan juga orang tua dari Alvaro ada disana dan sedang menertawakan pemuda tampan itu

"Nggak mau, Al maunya itu! Kalau kakak nggak mau nanti anak Al ileran loh! Kakak mau anak Al ileran?" Ujar Allecia

Alexander akhirnya hanya bisa menghela pasrah. Dia berbalik dan menatap ayahnya, ayah Alvaro, dan Alvaro sendiri sudah berdiri dengan memakai pakaian yang nyaris membuat Alexander menangis. Alvaro menyodorkan pakaian yang sama pada Alexander

"Jangan di foto!" Pinta Alexander pada Bianca

"Gak janji ya, Lex"

Alexander menghela berat. Dia memakai pakaian itu dan seketika itu dingin mengenakan helm di kepalanya agar tidak ada yang mengenalnya

"Sabar-sabar... Demi keponakan biar nggak ileran" gumam Alexander

Alvaro mengajak sahabatnya itu bermain basket. Mereka bermain basket di lapangan yang ada di perumahan sebelah. Alexander benar-benar merasa dipermalukan. Bagaimana tidak? Dia pria yang berbadan atletis dan sangat macho harus memakai DASTER hanya untuk bermain basket dan menyenangkan adiknya. Alexander benar-benar mau membenturkan kepalanya ke tiang ring basket

"Main yang benar Lex!" Ujar Varell

"Alex malu ayah! Masa Alex yang gagah begini pake DASTER?" Protes Alexandet membuat ketiga pria itu tertawa

Mereka bermain basket dengan serius sampai Varell meminta beristirahat sejenak. Jelas saja alis Alexander mengernyit heran. Ayahnya belum setua itu sampai tidak bisa bermain basket terlalu lama. Varell duduk di sebelah putrinya dia menenangkan diri disana, mengatur napasnya dengan perlahan

"Ayah nggak apa-apa?" Tanya Allecia

"Hm?" Varell menoleh. "Ayah nggak apa-apa" jawabnya singkat

Sekilas Allecia teringat kalau dirinya pernah bertemu sang ayah di rumah sakit. Tapi, Allecia tidak pernah tahu kenapa ayahnya pergi kesana. Mungkin setelah ini Allecia akan mencari tahunya. Dan Allecia tahu pada siapa dia harus mengorek informasi itu. Bianca. Karena saat ini, Bianca sedang memperhatikan Varell seolah Varell orang yang sakit parah

...........

Tiga bulan kemudian

"Awwhh..." Ringis Allecia

Allecia membaringkan dirinya di ranjang. Dia memijat kepalanya perlahan. Kepalanya terasa ingin meledak dan Allecia hampir tidak sanggup menahannya

"Ssss... Ini kenapa begini sih?" Gumam Allecia

Allecia memejamkan matanya perlahan dan berakhir dengan ketiduran. Sekitar pukul delapan malam, Allecia baru terbangun. Entah dia pingsan atau terlelap, Allecia sendiri ragu dengan hal itu

"Astaga! Makan malam anak-anak"

Allecia bergegas bangun dan merintih kecil saat kepalanya kembali sakit. Allecia akhirnya duduk kembali di ranjangnya dan tepat saat itu Alvaro masuk ke kamar mereka

"Astaga! Sayang, kamu kenapa?" Tanya Alvaro dengan panik. Dia berjongkok di depan Allecia

"Sakit kepalaku..." Rintih Allecia

Alvaro membaringkan istrinya. Dia membantu memijat kepala Allecia perlahan

"Lebih baik?" Tanya Alvaro dan Allecia mengangguk

"Ke dokter ya?" Ajak Alvaro

"Iya. Besok aku ke dokter"

"Aku temenin"

"Nggak usah. Kan, kamu besok ke Tokyo"

"Oh iya. Lupa. Tapi, kamu gimana?"

"Nggak pa-pa. Aku ke dokter sendiri aja"

Alvaro mengangguk. Allecia melewatkan makan malam dan terlelap dengan cepat hari itu. Keesokan harinya Allecia pergi ke rumah sakit dan melakukan tes kesehatan secara menyeluruh. Dibantu oleh Bianca, Allecia menjalani semua tes itu. Menunggu selama seharian full, Allecia mendapat hasil dari pemeriksaanya

"A-apa kak?"

"Maaf Alle"

Bagai tersambar petir di siang bolong, Allecia terenyuh mendengar hasil pemeriksaannya

'Sepertinya memang aku tidak ditakdirkan untuk bahagia dalam waktu lama'

From Me To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang