Allecia sudah memberikan surat itu pada Julio. Dia juga sudah mendapatkan KTPnya kemarin, setelah tiga bulan menunggu. Nama yang tertera di KTP itu bukan lagi Allecia Marvello Legiand, bukan juga Allecia saja. Nama yang tertera di KTP itu adalah Allecia Kenneth Dimitra. Dengan pekerjaan pelajar dan status menikah. Allecia mengulum senyuman di bibirnya
"Pagi sayang" ujar Alvaro sambil memeluk Allecia dari belakang
"Pagi juga sayang" jawab Allecia
Kini mereka berdua ada di Bali, di Vila milik orang tua Alvaro. Sebenarnya mereka hendak tinggal di Vila milik Alvaro sendiri tapi, orang tuanya tidak mengizinkan. Allecia sendiri datang terpisah dengan Alvaro ke Vila ini. Allecia pergi dengan Sandra dan Alvaro dengan ayahnya pada penerbangan berikutnya. Maklum saja, mereka sedang kena yang namanya dipingit
"Apa mereka akan datang?" Tanya Allecia
"Sepertinya begitu"
Allecia mengangguk
Allecia sendiri merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Setelah dia keluar dari nama Legiand, dan Alvaro melamarnya secara dadakan lalu, mereka langsung dipingit. Dan Sandra yang sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka hingga akhirnya, tibalah hari ini. Hari pernikahan mereka. Menurut yang dikatakan oleh Sandra mereka mengundnag keluarga Legiand ke acara ini
.....
Pukul 10.00
Allecia sudah memakai gaun miliknya dan berangkat ke gereja bersama dengan Alvaro. Mereka akan memulai susunan pernikahan ini dengan mengikat janji setia. Alvaro merubah susunan Acara pengucapan janji, dengan menghilangkan bagian dimana sang pengantin wanita berjalan ke altar dengan didampingi oleh sang ayah. Alvaro merubahnya menjadi dia dan Allecia berjalan bersama ke Altar
" I, Alvaro Kenneth Dimitra, take you, Allecia to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, till death us do part, according to God’s holy law. In the presence of God I make this vow." Ujar Alvaro di depan pendeta dan para tamu undangan sebagai saksi mereka
" I, Allecia, take you, Alvaro Kenneth Dimitra to be my husband, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, till death us do part, according to God’s holy law. In the presence of God I make this vow." Ujar Allecia
Pendeta menyuruh mereka untuk saling memakaikan cincin pernikahan mereka, dan pendeta meresmikan mereka sebagai suami istri. Para tamu undangan yang kebanyakan merupakan keluarga Alvaro bertepuk tangan dengan gembira
....
Malam hari acara resepsi pun hampir dimulai. Allecia bersiap untuk mengenakan sebuah gaun cantik dan elegan untuk acaranya malam ini. Gaun yang menjadi perdebatan antara Sandra dan Alvaro pada saat mereka bertiga melakukan fitting baju
"Kenapa kamu tersenyum sayang?" Tanya Alvaro saat Allecia tersenyum
Allecia sedang dimake-up oleh penata rias ternama pilihan Sandra. Sandra sendiri juga heran melihat menantunya tersenyum
"Tidak, aku hanya sedang mengingat ketika kamu dan mama berebut memilihkan baju untuk pernikahan kita" ujar Allecia
Julio , Sandra dan Alvaro pun tersenyum bahkan terkekeh geli mengingatnya
Flashback
"Varo, coba lihat bajunya bagus kan?" Ujar sandra
"Hm?" Alvaro mendongak untuk melihat pakaian yang dipakai gadisnya
"He-em..." Alvaro berdehem
"Gak ada yang lain?" Tanya Alvaro
"Ada tuan" ujar sang pelayan butik
"No! Ini sudah bagus. Untuk acara di gereja pakai ini saja"
"Tapi, ma..."
"Pokoknya yang ini! Titik!"
Alvaro menghela napas. Dia mengangguk pasrah. Julio terkekeh melihatnya
"Berarti tinggal baju untuk resepsi" ujar Sandra
"Em... Ma, kenapa harus cari baju lagi?" Tanya Allecia
"Sssttt... Pokoknya harus cari baju lagi ya, sweety. Inikan cuma sekali seumur hidup"
Allecia mengangguk. Alvaro langsung berdiri dan melihat gaun-gaun yang tergantung rapi di butik itu. Alvaro menarik sebuah gaun dan memberikannya pada sang pelayan. Allecia bertukar dengan baju itu, lalu kembali ke hadapan kedua calon mertua serta calon suaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
From Me To You
Teen FictionAllecia tak pernah meminta apapun selama hidupnya, keadaan membuat dia harus mengalah pada kembarannya. kasih sayang seluruh keluarga tak pernah terasa untuknya. benci? jelas Allecia seharusnya benci pada kembarannya. Kesal? tentu dia kesal "bunda d...