BTS Imagines

Jeon Jungkook | Hadiah terakhir

banyak kesalahan dalam penulisan dan lainnya :,v

comment aja ga masalah :) butuh bantuan dan dukungan :D

semoga kalian senang! jangan lupa like ,pencet bintang yaa  :D

Oh iyaa,biar kebelakangnya pada ga kepo~

Mending langsung follow gue aja :D

caranya~ tinggal follow gue,terus balik ke story ini,refresh sebentar..

and walaa :D

selamat membaca...happy reading  

***

Wajahnya,senyumnya,segalanya tentang dia.

Dia telah merubahku. Semua perjalanan hidup beratku.

Kesalahan tentang hidup yang pernahku alami sebagai Jeon Jungkook yang masih memiliki salah karena hal tidak penting.

Dulu hal paling memuakkan kukeluarkan sebagai amarah di sekolah. Bahkan kupukulkan tangan ini ke wajah tanpa dosa orang-orang di sekelilingku,memarahi dan meluapkan segalanya disana.

Mencetak gol biru dalam wajah mereka.

Mencetak kesakitan yang nampak benar-benar real didepannya seakan mereka adalah mainan yang patut dipermainkan didepan semua media.

Namun..

Dia datang dan menghentikannya.

Semua tentangku.

Hal yang salah denganku, ia rubah dengan senyum manisnya.

Mengambil tanganku untuk membuatku menghentikan semuanya.

Senyum itulah yang membuatku jauh lebih berbeda.

Hanya waktu yang kumiliki. Hanya dia yang mampu merubahku sejauh ini.

Dia berbeda dari yang lainnya.

☔ Tapi sekarang sudah terlambat. ☔
Dia tidak dapat mendengarku sekarang.

Aku hancur,hilang,dan merasa tak berguna lagi untuk menjalankan hidup.

Sangat-sangat sulit. Dia adalah kunci diantara banyak kunci yang mampu membuka penjara yang memenjarakanku didalam sebuah sel besi tua. Sebuah perangkap besi yang telah termakan usia karena kesombongan, keegoisan, bahkan kesalahan yang tidak mampu dilihat oleh diriku sendiri.

She's there. Save me with her smile.

But that was just a fake smile.
.
.
.
Jika aku dapat berharap,aku ingin membalikkan waktu. "aku akan selalu berada disampingmu" kata itu adalah sebuah kata perpisahan yang bahkan tidak mampu terucap lagi.

"Aku mencintainya."
"(Y/n)."

.

.

.

Kejadian bermula ketika aku sedang duduk ditepi pohon untuk tidur siang di sekolah.