Petikan Ilusi

1.4K 75 1
                                    

Perhatikan judul baik-baik.
Mengandung makna dalam.

***

Seandainya dulu kita tidak bertemu, apa yang akan terjadi selanjutnya..

Seandainya kita tidak saling menolong, apa yang harus kulakukan pada hidupku selanjutnya..

Sesaat memang mata saling memandang, tapi lirikan yang telah membuatku jatuh cinta itulah yang membuatku langsung terpana olehmu..

Khansahamida (y/n)

Sang wanita pujaan hati yang takkan kutemukan dimana pun selain dirimu..

You are my everything

Saranghae..💕

Park Jimin.

"Tutup lukanya!"

"Sobekannya cukup besar, dokter?"

"Cepat!"

"Nu..nugu?"  Tanyaku.

Aku melihat semuanya buram dan kabur. Bahkan pandanganku hanya mampu menatap satu cahaya dan kegelapan buram dimana-mana.

"Dimana aku?" Tanyaku lagi.

Setelah itu..

"Jiminie pabbo!" Panggil seorang gadis dari kejauhan.

Aku melihat tempat yang berbeda. Sebuah taman indah dan banyak macam bunga bermekaran disini, dan sebuah senyum menukik tersungging dari bibirnya.

"Aku akan mengejarmu, Jimin!" Tawanya.

#JBbuam!!!

Sebuah kobaran api terlihat membakar sebuah villa mewah didepanku. Aku digendong ayahku dan langsung berlari menjauh dari kobaran api disana.

Setelah api padam, dia terlihat sangat-sangat terpukul, sehingga tidak henti-hentinya meneteskan air matanya didepanku. Terduduk kaku sambil menghapus luka pada air mata yang terus menerus keluar. Kejadian apa yang baru kualami hari ini hingga membuatnya seperti ini.

"Kita harus pindah Jimin. Aku harap kau tidak mengingatnya lagi.." Ucapnya mengusap kepalaku.

Setelah itu aku melihatnya berdiri dan berjalan pergi menggandeng tanganku.

.
.
.

"Kumohon selamatkan dia!"

"A..Appa, appa.." Panggilku.

Suara sirine mulai berbunyi. Tusukan tajam mereka eratkan padaku. Rasa sakit yang tak seberapa, membuatku mampu bertahan..

Tapi gadis itu..

(Y/n)..

Aku mencintainya..

Dia tidak seberuntung diriku.

Terbakar bahkan terluka parah adalah sebuah suguhan dalam hidup..

Tapi dia tidak mendapatkan itu semua..

Dia .. pergi..

.
.
.

"Appa.. dimana dia?" Tanyaku menyulap kesedihan terbaikku menjadi senyum terindah yang pernah terlihat.

"Jimin, kau sudah melalui banyak luka. Jangan ingat dia lagi.."

"Wae?"

"Dia hanyalah sebuah ilusi. Ilusi yang bahkan mampu membuatmu buta akan segalanya."

"..w..wae? Dokter ataukah kau sendiri yang melakukannya?"

"Kami berdua.. maafkan aku. Mungkin aku harus mengatakan yang sebenarnya. (Y/n) sudah mati, bahkan sebelum villa itu dibuat. Villa yang terbakar dulu."

"A..anieyo.. Kau berkata bohong kan?"

Jawabnya menggeleng. Aku semakin tidak percaya.

Setelah appaku pergi karena masih ada urusan untuk pekerjaannya, aku menulis sebuah pesan untuknya.

Setelah selesai menulis, kutaruh surat itu didekat meja kasur rumah sakit. Aku pergi ke balkon atas dan menempatkan diriku di pinggiran balkon. Jarak lantai balkon kebawah adalah sekitar 27 lantai. Sangat mudah bagiku mengakhiri semuanya.

"Appa.. mianhae.. (y/n) adalah hidupku."

Namjoon POV

Aku kembali dan melihat kamar Jimin kosong. Aku hanya melihat secarik kertas berwarna putih yang kurasa ia letakkan secara tak beraturan.

Sebuah tulisan yang tertera disana adalah.

Appa.. (y/n) adalah segalanya untukku.

Mungkin aku memang bodoh. Tapi aku memang mencintainya.

Mencintai gadis mati..

Gadis yang pernah menampilkan senyumnya padaku.

Khansahamida Appa..

Mianhae..

Park Jimin.
To : Namjoon Appa.

***

Hiatus dulu.










BTS ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang