Tangannya merajut indah sepasang sarung tangan kecil. Wanita itu telah mempersiapkan semuanya sejak jauh-jauh hari. Laki-laki di belakangnya tersenyum bahagia menatapnya duduk disana. Dimana ia sekarang hanya bisa menatap melalui sebuah kaca berlayar yang menyala.
Air matanya terjatuh. Ia kembali mengingat hal tersebut terjadi. Begitu cepat dan sangat menyakitkan. Kehilangan wanita yang sangat di sayanginya di sana.
Percuma jika berharap apapun pada sebuah peta untuk menyelematkan tubuhnya yang mungkin telah menjadi jasad. Kota yang seakan menghilang itu sudah tak dapat di temukan lagi sejak saat itu.
Jimin menepuk televisinya. Menangis dan memeluk kedua sarung tangan kecil tersebut. "Aku benar-benar merindukanmu.."
Reader disini adalah orang yang beda. Di part sebelumnya mungkin reader dah meninggal, tapi disini beda lagi.
Kalo ga ngerti bisa nanya deh.
(Y/n) POV
Aku telah sampai di rumah pasienku. Namanya Park Jimin. Jungkook menyarankanku untuk segera mengobatinya. Aku menelfon Jungkook terlebih dahulu.
"Halo?"
"Ah. Jungkook-ah, aku sudah berada di depan apartemennya."
"Wah! Cepat sekali? Kalau begitu kau pencet belnya saja. Aku minta maaf Noona, aku tidak bisa berlama-lama, Namjoon Hyung memanggilku."
"Oh. Iya Jungkook, tidak masalah."
"Baiklah, aku duluan."
Tuut.
Ku masukkan handphoneku pada tasku. Kemudian segera memencet bel apartemennya. Belum memencet, suara pecahan dari dalam terdengar.
Cpyar!!
Terkejut. Tanganku dengan cepat membuka pintu yang ternyata tak dikunci. Tanpa pikir panjang, aku masuk begitu saja. Menatap apa yang membuat mataku membelalak.
"Tuan Jimin!" Teriakku melihatnya jatuh tepat di depan televisi.
Aku segera membantunya menjauhi televisi yang dihancurkannya. Mematikan sambungan listrik ke televisi kemudian mengambil obat P3K yang ada tepat di sebelah pintu.
Aku mengobatinya, membantu mengangkatnya ke kasur dan menidurkannya. "Tidurlah. Tidak boleh.. jangan gegabah, Jimin.." ucapku lembut.
Aku mengusap kepalanya supaya ia bisa menutup matanya dan tertidur.
Jimin POV
Aku membuka mataku, mengedipkannya sebentar. Mendudukkan diriku di pinggiran kasur dan menatap sekitar dan mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi.
Aku melihat tanganku terbebat oleh perban. Aku melakukannya lagi..
Dari arah luar kamarku, tercium sebuah masakan. Aku segera berdiri dan berjalan kearah dapur. Jungkook? Jin Hyung?
Mataku menatap seorang perempuan memakai celemek berwarna biru yang tersedia disana. T-tunangan.. dia sudah mati Jimin. Apa yang kau harapkan.. berhentilah membual.
Wanita itu berbalik dan menatapku. "Kau sudah bangun?"
Aku berjalan mendekatinya. "Um." Jawabku mengiyakan. Lalu mencoba bertanya, karena aku tidak mengenalnya. "Kau siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Imagines
FanfictionRead this! sebuah cerita cinta reader (y/n) dengan BTS ?❤ "To lose your path/Is the way to find that path." - BTS ((SLOW UPDATE))