Persahabatan

1K 63 34
                                    

Tidak ada tanda-tanda (y/n), karena ini menceritakan persahabatan di antara beberapa member yang disebutkan didalamnya. Terima kasih (◍•ᴗ•◍)

Hope you all like it!
.Sedia tisu sebelum pilek.

Flashback.

...

"Dia sedang dalam kondisi kritis. Jadi, jangan membawanya kemana-mana."

"Kritis?! Kau bilang dia dalam keadaan kritis?! Sejak kapan?! Kau mau mengurungnya hingga kapan?! Hingga dia sembuh?! Dia tidak akan sembuh tanpa terapi seperti yang kulakukan dulu padanya!"

"Diam! Kau tidak mengetahui apa-apa tentang anakku!"

"Kau yang tidak pantas disebut dengan sebutan ibu untuknya! Kau lebih pantas disebut dengan sebutan monster!"

"Diam!"

Plak!

Satu tamparan mendarat pada pipi Jungkook. Air mata menetes pada kedua matanya secara perlahan.

"Kau bukan siapa-siapanya! Aku orang tuanya yang berhak memiliki hak asuh atasnya! Kalau mengerti seperti ini, Jimin lebih baik kumasukkan ke rumah sakit Jiwa, daripada bertemu denganmu yang sama sekali tidak menguntungkanku."

Terulang kembali kata-kata tersebut dalam benaknya setelah Ibu Jimin meninggalkan rumah sakit saat itu.

Hatinya teriris. Begitu pula dengan milik Jimin. Dimana pengobatan terpenting yang seharusnya didapatkannya malah menjadi jauh jika ia tertidur di kasur berbau obat-obatan yang bahkan sama sekali tidak menyembuhkannya.

Jimin bisa gila karena ini. Sejauh mana ibunya memperlakukannya hingga saat ini?!

Itulah mengapa Jungkook selalu berfikiran bahwa Jimin tidak pernah baik-baik saja selama di sekolah. Walaupun senyumnya terpancar, namun rasa takut juga rasa sesal menghantui Jimin. Perasaan Jungkook benar. Sudah sejak lama ia bersahabat dengan Jimin, dan sekarang baru terbaca semuanya.

Ibu Jimin menginginkan harta yang ada dalam Jimin diberikan padanya. Jadi.. intinya adalah ibunya, menginginkan Jimin mati secara perlahan-lahan.

Flashback off.

Jungkook duduk di kursi yang telah tersedia dalam ruangan atau kamar Jimin.

"Ini. Makanlah, rasanya manis." Ujar Jimin tersenyum sambil memberikan potongan-potongan jeruk yang dikupasnya.

Jungkook beruntung mendengar kabar bahwa Jimin dapat sadar dengan cepat. Akibat tabrakan mungkin kepalanya sedikit terbentur dan terluka cukup serius, yang juga dapat diatasi oleh dokter. Beruntungnya Jungkook juga mengenal dokter yang mengoperasi Jimin, sehingga memudahkannya untuk segera mengetahui dan memperbolehkannya masuk dalam ruangan Jimin.

Sebenarnya, ibu Jimin melarang siapapun masuk kekamar Jimin kecuali dokter atau suster yang menjaga. Tapi dokter lebih mengerti, siapa yang mungkin lebih dapat menyembuhkan Jimin. Apabila Jungkook tidak ada disana, maka nyawa Jimin akan berakhir.

"Jungkook-ah? Waeyo?"

Jungkook tersadar setelah panggilan kedua Jimin. Matanya mengedip cepat, lalu menatap sosok di depannya yang terlihat lemah namun berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Anieyo." Jawab Jungkook sambil tertawa sebentar. Kemudian dilanjutkan dengan tanyanya " Enak-kah?"

Jimin tersenyum. "Enak! Kau pasti yang membelikannya untukku. Aku tahu kalau kau memang ahli dalam memilih-milih makanan sehat."

BTS ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang