He took my smile..
He took my happiness life..
He took everything from me..
Sulit rasanya meninggalkan semuanya begitu saja. Secara tak sadar, pintu lift sudah terbuka, mempersilahkanku untuk segera pergi dari sini. Secara perlahan air mataku menetes, sedikit demi sedikit mulai membasahi seluruh pipiku.
Tanpa mengusapnya, aku berharap itu akan berhenti sendiri. Namun, ..
Semua terasa sulit.
Aku berada di ambang di mana aku sudah dan telah memilih..Jika inilah saatnya untukku pergi dari sini, ..
Thanks, Park Jimin..
Everything happend, not gonna happend in second times, again..Park Jimin
Ada apa dengan diriku?
Bangunlah Park Jimin!
She's yours! Don't throw her away! Just left her back to your cuddle. Just go!Aku langsung berlari keluar, menjemputnya untuk kembali. Namun tanganku di tahannya.
"Kau mau kemana!?" Tanya Hyorin. "Jangan bilang kau mau mengejarnya."
Aku menatap Hyorin, menatapnya dalam dan sadar, bahwa semua ini.. salah.
"Lepaskan aku, ini sudah keterlaluan." Pintaku halus.
Hyorin melepas lenganku dan menamparku dengan keras. "Katakan lagi! Atau akan kuhancurkan hidup itu sekali lagi!"
Aku menatap lantai yang telah retak karena kejadian tadi. Hyorin, aku, dan (y/n) sempat bertengkar barusan. Biasanya tidak akan terjadi sejauh ini, tapi kami memang sering bertengkar, terutama aku.. pada (y/n) disaat tidak ada Hyorin. Namun kali ini, aku membiarkan Hyorin memukul dan menampar (y/n) berulangkali, tanpa kutolong.
Manusia apakah aku?
No- did I am still a human? After all of this?Mataku membelalak ketika melihat warna darah pada retakan tersebut. Aku menyatukan kedua alisku. Mendekati warna merah tersebut, dan kuharap bukan. Aku mendudukkan kakiku, menyentuh ujung retakan lantai tersebut perlahan. Ini darah..
Tidak mungkin, jangan bilang-
"Kau harus memilihku! Aku sudah membuatmu mampu mengambil keseluruhan miliknya, terutama rumah ini!"
"Jangan pernah perlihatkan wajahmu lagi hari ini!" Teriakku padanya.
"Jimin-ah~ ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu hari ini? Kau tidak terlihat seperti biasanya."
"T-tidak, aku baik-baik saja." Jawabku tanpa menatapnya.
Dan aku mengucapkannya setelah melihat semua keadaan keluargaku bunuh diri.
(Y/n) memegang kedua pipiku, membuatku berhasil menatap matanya secara langsung.
"I know you have a big problem.. maybe no one wanna hear, but now, just me can help you. "
Aku memang memalukan. Di mana bukan aku yang seharusnya memeluknya terlebih dahulu, namun ia. Ia yang membiarkanku menangis di pundaknya. Dia yang membuatku tegar akan semuanya,..
Namun..
Apa yang kulakukan sekarang?
Apa aku akan tetap memandangnya dari kejauhan dan membiarkannya pergi begitu saja? Mengambil semua kepemilikannya di sini, dan mungkin bukan hanya itu..
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Imagines
FanfictionRead this! sebuah cerita cinta reader (y/n) dengan BTS ?❤ "To lose your path/Is the way to find that path." - BTS ((SLOW UPDATE))