SAVE or DIED?

886 91 17
                                    

3rd Person POV

Jimin menangis. Ia kesulitan untuk memilih. Dimana hanya ada dua pilihan. Antara mempertahankan seluruh teman-temannya atau mempertahankan kehidupan tunangannya.

Walaupun tersedia dua pintu, tapi hanya satu pintu yang mampu terbuka. Jimin harus memilih diantaranya.

Taehyung menangis disana, menatap Jimin yang juga tak tega. Mungkin bukan hanya dia, Namjoon, Jungkook, Yoongi, Hoseok, Jin, dan juga (y/n). Mereka terlihat ketakutan, terutama Jimin. Dia harus menolong semuanya, tapi disini hanya tersedia satu kunci yang hanya bisa membuka satu pintu yang dibukanya.

Jimin terjatuh, menangis disana. Setelah memperjuangkan satu kunci dengan susah payah, dan jelas tidak mungkin kembali untuk mengambil kuncinya. Kakinya bahkan hampir patah karena berlarian kesana kemari membawa barang berat tanpa henti untuk mendapatkan satu kunci ini. Bagaimana jika ia kembali? Ia bahkan tidak mempedulikan kaki ataupun tubuhnya sama sekali, asalkan semuanya bisa selamat, ia hampir mati pun tidak masalah. Ia ingin melihat teman-temannya tertawa bahagia di pernikahannya dengan istrinya tercinta. Bukan malah melihat mereka seperti tikus yang terkurung dalam kandang. Tempat kotor dan bau serta terlihatnya beberapa lumut di kedua tempat tersebut bahkan sudah membuatnya muntah berkali-kali, apalagi yang berada di dalam sana. Jimin tidak mau mendeskripsikannya lebih jelas, yang pasti ia sangat-sangat membenci tempat ini daripada kandang babi. Ini benar-benar tempat yang sangat-sangat kotor dan sangat bau.

"Jimin! Lupakan saja kami! Selamatkan saja tunanganmu!" Ucap Hoseok. Taehyung tidak terima. "Kenapa?! Kau bisa-kan menyelamatkan kami semua?! Hyung! Selamatkan kami!"

Jungkook menarik kerah Taehyung. "Hyung! Dia hanya memiliki satu kunci dan itu hanya untuk satu pintu!"

"Kau kira aku tidak mau hidup apa?! Istriku menungguku dirumah?!" Ucap Taehyung marah dan melepaskan tangan Jungkook dengan mendorongnya.

"Kalian jangan bertengkar! Pikirkan semuanya baik-baik!" Ucap Namjoon berdiri dari kursinya.

Jin menangis memikirkan keluarganya disana. Sedangkan Yoongi memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya dan hampir tidak mempercayai bahwa dia akan mati nantinya jika Jimin tidak membuka pintunya. Mungkin ia tidak khawatir pada dirinya sendiri, tapi saudara perempuannya sedang menunggunya pulang, tapi dia sudah menghilang beberapa hari ini. Berharap akan ada polisi, namun penjelasan Jimin telah menjawab semuanya. "Tempat ini sudah terblokir. Tidak ada polisi ataupun orang-orang yang kita kenal. Percuma meminta tolong pada mereka, mereka berotak kosong! Aku lebih baik berbicara pada batu daripada dengan mereka. Kita berada di tempat yang salah. Tidak seharusnya kita masuk kemari."

"Kukira itu idemu hyung?" Ucap Jungkook.

"Itu ideku. Maafkan aku. Aku harap kita bisa segera menolong (y/n)." Jawab Jin.

"Sudah, jangan saling menyalahkan. Sekarang kau ambil kunci kedua gembok ini. Susul orang tadi." Ucap Namjoon. Jimin tersentak.

"A-aku tidak yakin. Bukankah kita bisa melihat wajahnya tadi? Dia tidak seperti manusia." Ucap Jungkook.

"Ya. Itu seperti manusia, tapi berkepala babi." Ucap Taehyung.

"Aku tidak melihatnya. Aku mencari obat untuk (y/n) tadi." Jawab Jimin setelah memberikan obat pada (y/n).

"Kau harus segera mencari tau. Maafkan kami, kami hanya bisa berdoa untukmu." Ucap Namjoon diangguki oleh lainnya.

Jimin mengangguk. "Baiklah."

"Sayang." Panggil (y/n), Jimin pun langsung melihatnya. "Ya, jagi? Kau butuh sesuatu? Akan kuambilkan." Jawab Jimin cepat.

(Y/n) menggeleng. "Ani. Berhati-hatilah."

BTS ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang