Aku akan menyayangimu, seperti kabut yang raib di cahaya matahari.
Aku akan menjelma awan, hati-hati mendaki bukit agar bisa menghujanimu.
Pada suatu hari, baik nanti.(Sapardi Djoko Damono)
..
"Apa ini?"
"Ikatan."
"Kenapa?" Yerim menatap cincin yang berada di dalam genggaman Jungkook.
"Memang kenapa?"
"Kau tidak harus melakukan apapun untukku."
"Apa ini kau anggap main-main?"
Yerim mengurungkan niatnya untuk mendebat Jungkook. Ia sangat bahagia mengetahui laki-laki itu semakin terlihat serius membawa hubungan mereka kelak ke pelaminan, namun di sisi lain Yerim gamang. Apakah setelah menikah nanti, ia akan mudah mendapatkan putra atau putri mengingat posisi usus dan rahim yang berdekatan. Tidak menutup kemungkinan jika sinar radiasi juga berpengaruh pada rahimnya.
"Rim?"
"Bagaimana jika aku sulit mempunyai keturunan? Apa kau akan tetap bersamaku?"
Jungkook mengerjapkan kedua mata. Lagi-lagi berhadapan dengan pemikiran pesimis kekasihnya. "Kata siapa kau sulit memiliki keturunan?"
Yerim mengatupkan bibirnya, bukan tanpa sebab ia mengatakan demikian. Tempo hari ia membaca sebuah artikel tentang dampak radioterapi terhadap rahim dan janin.
"Tidak, aku hanya..," Yerim menundukkan wajah, berusaha menerima kondisi dirinya yang memang tidak lagi sempurna.
"Aku tahu bagaimana membuktikan analisamu ini." Jungkook mendongakkan dagu Yerim.
Yerim mengerjap, dadanya berdegup kencang. Ingatannya beralih pada malam liburan mereka di Seoul. "Tidak." Yerim menutup kedua matanya tatkala Jungkook memajukan wajahnya, mengikis jarak diantara mereka.
Hening.
Yerim membuka kedua mata ketika merasakan sebuah logam dingin melingkar di jari manisnya. Tampak Jungkook tersenyum lalu mengecup ujung hidungnya. "Otakmu ini sangat kotor ternyata." Selorohan Jungkook yang berhasil membuat Yerim malu bukan kepalang.
"Ish! Kau jahat, oppa!"
-------
Jungkook menatap jendela kereta yang membawanya kembali ke Gwangju. Tiga minggu lagi ia akan mengucapkan sumpah sehidup semati dengan Yerim. Wanita pilihannya yang tidak pernah terpikir akan menjadi miliknya kelak.
Ia masih ingat bagaimana masa remaja mereka, bersama mengelilingi Pulau Manjae, menunggu Hon Ju yang berusaha menculik Yuna dari Tuan Kim, bahkan ikut dalam kapal Tuan Shim atau Paman Hae Jin.
"Oppa, dengarkan aku."
"Hem?"
"Tiba-tiba aku terpikir untuk membuat filosofi samudera." Yerim meletakkan bolpoinnya, kedua matanya menatap lekat Jungkook remaja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -