Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
(Sapardi Djoko Damono)
..
Jungkook menghirup nafas panjang tatkala angin laut menerpa wajah. Tubuhnya condong ke arah sebuah pulau yang membawa kembali dirinya ke sana. Laju kapal ferry memecah riak ombak yang tampak tenang di permukaan, tapi tidak di bawahnya.
Permukaan air laut tampak berkilau tertimpa cahaya mentari, sesekali menyilaukan mata. Decak kagum beberapa backpacker yang sengaja berkunjung ke sana tertangkap dengar oleh telinga Jungkook. Jika saja ia tidak mendengar kabar Hon Ju yang meminta dirinya datang ke sana, ia mungkin akan meninggalkan Korea dalam waktu dekat.
Lee Hon Ju, lelaki teman masa kecilnya. Merupakan sosok spesial bagi Jungkook, sama halnya bagi seorang perempuan yang keberadaannya kini hampir ia lupakan. Perempuan masa remajanya yang dahulu sempat menghalangi dirinya yang kala itu akan bertolak ke Seoul.
Sebuah masa lalu Jungkook yang terlahir dari orang tua yang bercerai ketika ia menginjak usia enam tahun. Ia sebagai anak lelaki sulung dipilih untuk menemani ibu-nya menetap di sana. Jungkook kecil yang sangat mengidolakan Sang Ayah mendadak menjadi pemuram setelah sosok yang sangat ia sayangi meninggalkannya.
Pernah sekali ia mendengar Nenek Gokju mengatakan jika ayahnya tidak berperasaan, meninggalkan keluarga yang dimilikinya di sana, membawa si kecil Jeon Haeyon bersamanya tanpa menanyakan perasaannya sebagai anak yang lain.
Jungkook kecil selalu bertanya-tanya akan kalimat Nenek Gookju, ia yang selalu diliputi perasaan ingin tahu memutuskan untuk mengajak Hon Ju yang sedikit tambun untuk mengikutinya ke rumah Kakek Yoon yang berada di pulau sebelah dengan menaiki kapal kecil milik Tuan Shim.
Belum sempat Jungkook dan Hon Ju meninggalkan pulau tempat mereka tinggal, Kakek Yoon secara kebetulan mendaratkan kakinya di dermaga. Sontak Hon Ju yang melihat Kakek Yoon dari seberang, segera menarik kaos oblong Jungkook dan menunjuk-nunjuk berteriak.
Jungkook terkena amarah Tuan Shim yang terpaksa membawa mereka kembali ke dermaga, dan lagi-lagi ia mendapatkan ocehan Kakek Yoon yang berulang kali melarang mereka yang masih kecil untuk berkunjung di pulau kecil tempat ia tinggal.
Jungkook juga masih ingat tatkala ia dan Hon Ju terpaku menatap sebuah kapal ferry milik salah satu warga membawa rombongan keluarga beranggotakan ayah, ibu, dan dua anak perempuan.
Hon Ju memilin kaosnya sembari menatap, bibirnya yang hampir jatuh sengaja Jungkook katupkan. Bahkan alat pancing yang sedari tadi dipegang Hon Ju perlahan melorot.
"Yya!" Jungkook mengguncang bahu Hon Ju yang kemudian menoleh kepadanya sembari tersenyum tiga jari. Menarik kedua mata sipitnya ke ujung atas, melengkungkan bibir tebalnya, menyebabkan hidungnya tampak pesek khas anak penderita down syndrome.
"Jadi memancing tidak?" Tanya Jungkook kecil.
"A ha!" Hon Ju menganggukkan kepalanya berkali-kali selayaknya mainan boneka yang pernah Jungkook lihat di siaran televisi.
"Ayo!"
Jungkook berjalan melewati tubuh Hon Ju, kakinya melangkah kecil menyusuri dermaga yang dihiasi kapal ferry kecil dan boat yang menepi. Lalu, di selatan dermaga terdapat karang-karang yang diantaranya terdapat rockfish, kumpulan ikan kapas dan gurita yang selalu menjadi buruan warga sekitar. Sebuah desa nelayan yang menjadi tempat ia tinggal sedari lahir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -