Awan hitam di hati yang sedang gelisah. Daun-daun berguguran, satu satu jatuh ke pangkuan.
Kutenggelam sudah ke dalam dekapan, semusim yang lalu. Sebelum ku mencapai langkahku yang jauh.
Kini semua bukan milikku. Musim itu telah berlalu. Matahari segera berganti.
(Badai Pasti Berlalu)
..
Jungkook duduk di sisi ranjang, untuk kesekian kalinya ia masih bersabar menunggu Yerim siuman pacsa operasi pengangkatan sel kanker. Dokter mengatakan kondisi Yerim cukup stabil, kesadarannya telah pulih, hanya menunggu ia membuka kedua matanya. Namun bagi Jungkook, lima hari waktu yang cukup lama untuknya tanpa Yerim berbicara padanya, menyapanya, berkeluh kesah padanya.
"Aku datang," Jungkook memegang punggung tangan Yerim, mengelusnya perlahan. Berharap keajaiban akan segera datang. Yuna telah meninggalkan mereka tiga puluh menit yang lalu, berganti dengan Jungkook yang akan menunggu malam ini di sisi Yerim.
Jungkook melepas genggaman lalu berjalan mengitari ranjang, sesekali menatap selang infus atau alat deteksi jantung di samping ranjang yang berbunyi bip ritmis. Tanpa ia sadari waktu berjalan cepat hingga kedua matanya tidak sanggup bertahan.
Kuharap besok aku bisa melihat tatapanmu lagi. Jungkook menguap lebar, menarik kursi di samping ranjang. Lalu seperti malam sebelumnya, ia menyandarkan kepalanya di sisi ranjang bersebelahan dengan tangan Yerim yang masih bergeming. Perlahan namun pasti, ia tenggelam dalam tidurnya.
..
"Oppa."
"Hem?"
"Seperti apa rasanya salju di Seoul?"
"Maksudmu?"
"Kau akhirnya merasakan saljumu kan?"
Jungkook menautkan kedua alisnya, menatap lekat Yerim.
"Kau tidak lagi iri pada Hyeoyon karena dia terlebih dahulu bertemu dengan salju."
Alis Jungkook perlahan mengendur, lalu ia tersenyum kecil. "Kau tahu, Rim. Rasanya akan sangat menyenangkan jika aku dan kau menikmati salju di sana."
Yerim perlahan membuka kedua mata, jemarinya bergerak kecil. Pandangannya yang kabur sedikit demi sedikit mulai terang, jelas. Tanpa sanggup berpikir apapun, ia menatap langit-langit kamar, tembok putih dan tirai biru. Jam menunjukkan pukul dua yang ia tidak mengerti apakah angka dua menandakan waktu siang atau malam.
"Oppa." Yerim masih tidak sanggup berkata, dengan penuh keyakinan ia menggerakkan kembali jemarinya diantara jemari Jungkook tatkala menyadari kepala lelaki itu masih menyandar di sisi ranjang.
"Ergh!" Jungkook menggeliat pelan, namun sedetik kemudian ia menegakkan tubuhnya tatkala merasakan gerakan kecil diantara jemarinya.
"Rim?" Kedua mata Jungkook terbuka cepat. Seakan tidak percaya, ia menepuk pipinya lalu mengulang nama Yerim. Pelan, ia merasakan kembali jemari Yerim yang bergerak beserta tatapan yang sangat ia rindukan.
"Ini aku." Suara lirih Yerim hampir tidak terdengar.
Jungkook mengecup pelan punggung tangan Yerim, lalu dengan segera memencet sebuah tombol yang terhubung pada ruang jaga perawat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Them - A Short Stories
Fanfiction[Tamat] Ini adalah kumpulan kisah tentang mereka yang mencinta. - Them | Mereka -