Part 29

3.1K 304 84
                                    


Shit! Gue fast update masa? Gpp lah. Mumpung otak ngumpul.





|

"Kenapa aku takut? Kau mencintaiku, kan?" Kataku di dalam dekapannya. Tanganku melingkar di pinggangnya dan kepalaku di ceruk lehernya.

Seperti biasa kami akan duduk di ranjang sebelum tidur. Membuka sedikit pembicaraan di antara remang-remang cahaya kamar.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Aku tidak suka dengannya"

"Aku tahu"

"Kau tahu?"

"Tidak ada yang tidak kuketahui darimu, kan?"

"Ah! Benar juga" aku sedikit mendongakkan kepalaku.

"Tidurlah!"

Ku lepas pelukannya dan bersiap tidur.



Drrtt

Drrtt

Kembali aku menatapnya.

Suran lagi?

"Bukan. Ini dari pengembang proyek"

Huft

Aku lega. Yoongi menunjukkan ponselnya padaku. Aku terpejam meski pikiranku masih berputar tak mau istirahat.

Asal kalian tahu, hari ini tak sengaja aku dan Kiyoon bertemu dengannya saat jalan-jalan di dekat rumah karena bosan. Kemudian, mengajak kami makan di sebuah restoran.

"Kau menyukai suamiku?" Tanyaku setelah banyak basa-basi sebelumnya.

"Ya, ku rasa begitu"

Sudah ku duga. Aku pun tersenyum miris.

"Kau tahu, kan kami akan punya dua anak?"

"Bahkan jika kalian punya 10 anak pun aku tidak peduli"

Hebat sekali jawabannya. "Ah, ya! Nanti akan ku tambah satu agar jadi tim kesebelasan. Bagaimana? Dan anakku yang akan jadi penjaga gawangnya. Tak kan ku biarkan satu bola pun masuk ke gawang. Dan kalian akan tetap jadi penyerang siapapun di depan kalian untuk kelindungi kami"

"Apa maksudmu?"

"Kau akan mengerti jika itu semua terjadi"

"Sayangnya, tidak akan ku biarkan itu terjadi"

"Dan sayangnya, akan ku usahakan itu terjadi"

Kami melanjutkan makan. Kiyoon, ku harap kau tidak mendengar pembicaraan ini.

"Ibu, minum!" Celoteh Kiyoon. Aku segera mengambilkannya segelas air putih untuknya.

"Anakmu sangat lucu"

Aku tidak tahu dia memuji atau mengejek. Tapi, entah kenapa aku tidak suka mendengarnya.

"Kau tahu, Yoongi denganku saling mengenal di masa lalu?"

"Ya, aku tahu. Dia sendiri yang cerita"

"Wow! Ternyata dia sangat terbuka padamu"

"Tentu saja. Aku istrinya"

"Bagaimana jika aku membuatnya tertutup?"

"Bagaimana kau akan melakukannya?"

"Bagaimanapun caranya"

°°°





"Kiyoon! Ayo sarapan!" Teriakku dari dapur.

Kiyoon langsung berlari kecil ke arahku. "Susu Kiyoon!"

"Ini! Tapi, Kiyoon duduk dulu"

Tak lama Yoongi datang. Dia langsung mencium keningku dan kepala Kiyoon.

"Selamat pagi, ayah!"

"Selamat pagi anak ayah!"

Aku tersenyum melihat interaksi mereka. Tapi, sedetik kemudian aku teringat kejadian kemarin. Ini mengganggu otakku.

"Kau kenapa?"

"Em? Oh, tidak apa-apa. Ayo makan!"

Aku masih menatap makananku. Otakku masih saja berputar pada hal yang sama.

Aku sedikit berjingkat, Yoongi menggenggam tanganku. Sedikit tersenyum di sana.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Apa kau akan menceritakan semua hal padaku?"

Aku tahu dia bingung. Terlihat dari sikap diamnya. "Bolehkah aku tahu semua yang terjadi padamu?"

"Tentu saja"

"Kau akan selalu jujur padaku, kan?"

"Kenapa bertanya seperti itu? Apa ini bawaan ibu hamil?"

Aku tersenyum. "Ya, mungkin saja. Entahlah tiba-tiba aku ingin bertanya seperti itu"

"Makanlah! Anakku harus selalu sehat di sana"

"Anakmu juga anakku" kekehku.

Kami kembali melanjutkan makan. Sebelum mengantarnya sampai depan pintu.

"Aku berangkat. Hati-hati di rumah. Jangan terlalu lelah. Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku"

"Iya. Kenapa kau jadi seperti ini?"

"Aku hanya mengingatkan"

Tak lupa memberi kecupan di pipi gembil Kiyoon, perutku, dan terakhir keningku. "Jangan khawatirkan apapun. Jaga dia baik-baik. Kiyoon, jaga ibu dan adik. Mengerti?"

"Siap, ayah!"

Segera ku tutup pintu besar di depanku setelah Yoongi berlalu. Ku biarkan Kiyoon bermain sementara aku akan membereskan dapur.










TT

Saya harap kalian paham yang di bilang mbak suran, ya.

Lavyu

Ryeozka







Gimana kalo saya nyoba nulis BxB/BL

Aiss! Abaikan!

Love Me, Kiss Me Chapters 3 (Little Family)/ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang