Selamat datang sesuatu!
••
Siang ini Yoongi sedang bercanda ringan dengan kedua teman juga rekan kerjanya.
"Jadi, besok kau jadi pergi?" Tanya Hoseok yang berdiri di sampingnya.
"Ya"
"Ku rasa itu bagus. Kau bisa bersenang-senang sejenak. Ah! Aku juga mau" imbuh Namjoon.
"Aku bertugas, bukan bersenang-senang" sanggah Yoongi yang tidak suka dengan ucapan temannya.
"Lalu, bagaimana dengan anak dan is-"
Ucapan Hoseok terpotong oleh bunyi ponsel Yoongi. Dengan cepat Yoongi mengambil dari sakunya. Dia mengamati sejenak nama yang tertera di layar.
"Siapa?" Tanya Hoseok kemudian.
"Ayahku" jawabnya sebelum menjawab panggilan tersebut. Tidak biasanya sang ayah akan menghubunginya di jam kerja.
Mata Yoongi melebar seketika. Jantungnya bekerja lebih keras dari seharusnya.
"Ada apa?" Namjoon menyela.
Yoongi menurunkan tangannya dengan lemas. Pandangannya kosong beberapa saat.
Untuk pertama kalinya, seorang Min Yoongi berekspresi seperti itu. Setidaknya, itu untuk Jung Hoseok. Teman seperjuangannya di bangku kuliah.
"Tangani semua. Aku harus pergi" ucapnya kemudian.
Yoongi berlari dengan cepat menuju parkiran. Melajukan mobilnya lebih dari batasan. Sementara, dua temannya ini hanya menatap heran.
Ramai, bisingnya jalanan tak dia hiraukan. Pikirannya sekarang hanyalah cepat sampai tujuan.
"Rae Na kecelakaan. Dia sedikit mengalami pendarahan. Sekarang di jalan menuju rumah sakit"
Ucapan ayahnya benar-benar terus terngiang di otaknya. "Dasar ceroboh". Yoongi merutuki istrinya sendiri selama perjalanan. Meski di lain sisi ada rasa ketakutan.
Yoongi tiba di rumah sakit. Segera dia bertanya pada resepsionis. Setelah mendapat informasi dia segera mencari ruangan istrinya.
Di sana, sudah berdiri sang ayah yang tampak gelisah.
"Ayah!" Sapa Yoongi dengan napas setengah tersengal.
"Dia di dalam. Tenanglah!"
"Aku harus masuk, ayah!"
"Tunggu saja. Dia akan baik-baik saja"
"Tapi, ayah-" Yoongi kalut. Untuk pertama kalinya, Yoongi merasa tidak kuat berdiri. Entahlah. Mungkin dia teringat saat pendarahan setelah melahirkan anak keduanya dulu.
"Yoongi!"
"Kakak!"
Sang ibu datang bersama sang adik. Dengan sigap sang ibu memeluk anaknya.
"Aku sudah menghubungi ayahnya" ucap sang ibu.
"Aku harus kembali sekarang. Ada rapat yang tertunda. Nanti aku kembali lagi" pamit sang ayah. Karena, istrinya sudah datang.
Setidaknya, ada yang memastikan bahwa Yoongi tidak akan melakukan hal buruk. Bagaimanapun juga, Yoongi akan lemah jika menyangkut istrinya.
"Kalau begitu, aku yang akan menjemput Kiyoon dan Kihoon" Joongi menawarkan diri.
"Baiklah. Langsung bawa ke sini saja. Atau kau ajak jalan-jalan jika ada waktu" saran sang ibu.
Joongi berlalu dari sana. Meninggalkan ibu dan kakaknya. Tak lama waktu berselang. Dokter keluar dari ruangannya.
"Keluarga nyonya Min?"
"Ya, dokter"
"Nyonya Min membutuhkan donor darah"
Belum selesai dokter bicara, Yoongi sudah memucat seketika. "Darah yang keluar memang tidak terlalu banyak. Tapi, kondisinya yang kurang darah, donor darah sangat penting untuk melakukan operasi ringan di bagian sisi perutnya"
Yoongi semakin gelisah. Haruskah separah itu?
"Dan harus ada pembenahan pada tulang kaki kanannya" jelas sang dokter dengan pelan. Karena Yoongi sudah tampak lemah layaknya mayat hidup.
"Sayang!"
Ibu Yoongi langsung terisak di pelukan anaknya.
..
Joongi
"Kakak?"
Kiyoon berlari kecil menuju kakaknya. Atau lebih tepatnya sang paman. Tapi, dari awal memang Joongi tidak mau di panggil paman. Baginya, sebutan itu terlalu tua untuk dirinya.
Kiyoon melihat kiri-kanan. "Ayah? Ibu?"
"Ayah sedang menemani ibu. Jadi, Kiyoon pulang dengan kakak. Kita jemput Kihoon sekarang"
"Emm. Baiklah"
Setengah perjalanan telah mereka lalui. Kiyoon kembali bersuara. "Tapi, kakak? Kenapa ayah menemani ibu? Memang ibu kenapa?"
Joongi terlihat menggigit bibir bawahnya. Dia tampak bingung. Bagaimana harus menjelaskan pada keponakannya.
TT
Hehehehe,,,
Kasian raena.
Biar. Biar Min Yoongi berduka.
Yg perasaannya tidak enak. Mungkin terbukti.
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kiss Me Chapters 3 (Little Family)/END
Fanfiction"Detak waktu kian berlalu. Musim telah berganti musim. Dingin telah menjadi hangat. Malam telah menyambut pagi, pagi merenggut siang, siang berangsur senja, senja berganti malam. Begitulah setiap hari. Hari-hari yang kami lalui." ...