Termakan usia.. kalo gaje maklumin aja. Gak pake edit.
°°
"Aku sudah mengirimkan Pengacara Park" kata Hoseok yang tengah duduk di meja Yoongi.
"Lalu?"
"Awalnya dia menolak" jawabnya santai seraya membuang kulit kacang yang baru saja di makan isinya.
"Jangan membuang sampah sembarangan di ruanganku"
"Telat"
"Bersihkan!"
"Baiklah! Ck! Kau ini benar-benar seperti seorang ayah yang memarahi anaknya"
"Aku memang seorang ayah kalau kau lupa"
"Ya ya. Tapi, bagaimana kau tahu Pengacara Park? Bukankah dulu dia sekelas dengan kita?" Hoseok memutar badannya hingga condong ke arah Yoongi.
"Setelah lulus, dia mengambil kelas hukum di luar negeri. Setelah kembali dia langsung jadi pengacara" jawab Yoongi santai.
"Lalu, kapan kau bertemu dengannya? Kau dapat informasi dari mana?"
"Apa pentingnya untukmu?"
Hoseok menghembuskan napas kecewa seraya menegakkan badannya. "Kau tahu? Saat kau bilang Pengacara Park, ku kira Park Jimin. Ternyata Park Ah Soon".
Tapi, sekian detik kemudian dia mengulang posisi yang sama. "Kalau Suran? Dari mana kau kenal dengan Suran?" Hoseok benar-benar antusias.
"Dia satu SMA denganku. Dia juga menyukaiku"
"Sungguh? Dia orang seperti apa?"
"Suran? Dia cantik, pintar, anggun. Kalau aku masih sepertimu aku pasti sudah memilihnya. Ku pastikan kau tidak menyesal jika menikah dengannya"
Brakk!
"Tidak ceroboh, tidak kekanak-kanakan. Kenapa dulu tidak menikahinya saja?!"
Tahu itu siapa?
Ya, Rae Na. Dia datang tepat di saat Yoongi memujinya. Niat hati menggoda temannya, Yoongi justru dihadiahi amukan sang istri.
Yoongi berdiri dan menghembuskan napas panjangnya. Anehnya, dia hanya bergeming tanpa mengejar sang istri yang pergi dari sana.
"Istrimu marah?"
"Ya, mungkin saja"
"Kau tidak ingin mengejarnya?"
"Biarkan saja"
Hoseok bingung sendiri. Jika suami lain akan mati-matian mengejarnya dan menjelaskan semuanya. Teman yang satu ini justru terlihat santai.
--
Yoongi menghampiri istrinya yang sedang berdiri di balkon menatap bintang. Telapak tangannya sempat bertengger di kepala istrinya. Rae Na hanya mencibir di sana.
"Apa yang kau lihat?"
"Gadis cantik bernama Suran"
"Kau masih cemburu?"
"Ciih! Dasar!" Maki Rae Na.
Yoongi hanya tersenyum melihat tingkah istrinya. Segera Yoongi memeluknya. Sayang, sang istri berontak. "Lepaskan! Jangan memelukku! Peluk saja Suran-mu itu!" Pekiknya.
"Bagaimana mungkin aku memeluk orang lain jika yang dekat saja ada" goda Yoongi.
"Jangan bercanda, Min Yoongi"
"Siapa yang bercanda? Kau saja yang-"
"Oh, bagus! Setelah memuji wanita lain, sekarang kau menyalahkanku? Mati saja kau, Min Yoongi!"
"Sungguh, kau ingin aku mati? Kau tidak takut kehilanganku?" Kekeh Yoongi. Telunjuk Yoongi menekan kening istrinya. "Kehilangan cintaku saja kau tidak bisa. Apalagi kehilangan diriku. Hati-hati kalau bicara. Di dunia ini mungkin hanya aku yang bisa menerimamu. Tidak ada yang lain"
"Singkirkan tanganmu!" Rae Na menepis tangan suaminya. "Siapa bilang?"
"Suamimu yang bilang, sayang" Yoongi masih setia dengan senyum menggodanya.
"Apa? Sayang? Aku tidak salah dengar?"
"Kenapa? Aku sering memanggilmu sayang"
"Kapan?"
"Saat kau tidur"
"Ciih! Tidak bisakah kau memanggilku Rae Na sayang, Rae Na-ku, istriku"
"Tidak. Itu aneh. Namamu itu aneh"
"Terserah kau saja! Ayo tidur!"
"Tidur?"
"Iya tidur! Kau ingin begadang semalaman?!"
"Baiklah! Ayo tidur" Yoongi mendahului istrinya. "Tidur bersama"
"Ya bersama. Memang kau mau tidur di mana?!" Kesal Rae Na.
Yoongi segera menarik istrinya hingga terbaring di ranjang. Yoongi segera mengungkungnya dan berbisik di telinganya. "Di sini! Di atasmu" seringainya.
"MIN YOONGI!"
"Bisa kita mulai?"
"TIDUR KAU DI LUAR!"
"Aku ingin tidur di sini"
Rae Na mendorong tubuh suaminya hingga terguling di sampingnya. Naas, tubuhnya di tarik hingga ke pelukannya. "Yaakk!"
"Begini saja"
Rae Na diam. Justru mencari posisi yang nyaman di dekapan sang suami.
TT
Tet tot..
Ala emakkk... Kenapa gua ngetik macem gini?
Gila gua kali ya. Senyum2 sendiri sambil ngetik.
Entahlah kalian yang baca.
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kiss Me Chapters 3 (Little Family)/END
Fanfiction"Detak waktu kian berlalu. Musim telah berganti musim. Dingin telah menjadi hangat. Malam telah menyambut pagi, pagi merenggut siang, siang berangsur senja, senja berganti malam. Begitulah setiap hari. Hari-hari yang kami lalui." ...